BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, merupakan momentum terjadinya pergeseran paragdigma sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah yang semula bercorak sentralistik menjadi desentralistik.
Prinsip otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab, sebagaimana dianut UU No 22 tahun 1999 merupakan kebijakan atau strategi untuk memberdayakan dan memandirikan daerah, serta mendorong kemandirian Pemda.
Secara eksplisit otonomi daerah merupakan kewenangan hakiki yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai urusan penyelenggaraan pemerintahan bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah, optimalisasi dan efisiensi dinas/badan/bagian/kantor serta uit-unit terkait lainnya melelui peningkatan prestasi kerja karyawan.
Dengan prestasi kerja karyawan yang meningkat akan terjadi efisiensi pada masing-masing sektor, sehingga dengan melalui peningkatan prestasi kerja karyawan diharapkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat. Untuk meningkatkan prestasi kerja tersebut, perlu adanya motivasi yang diberikan oleh pimpinan dalam suatu organisasi.
Suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai tujuan an program-programnya bila orang-orang yang bekerja dalam organisasi itu dapat melakukan tugas-tugas dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung jawab masing-masing.
Agar orang-orang dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka diperlukan seorang pemimpin yang dapat memotivasi an mengarahkan segala sumber daya yang ada kearah pencapaian tujuan. Menurut Lysen (1960:81) sejarah manusia dari abad ke abad membuktikan bahwa kehidupan setiap kelompok sosial tidak terlepas dari manusia besar yang memimpinnya. Tanpa ada pemimpin tidak akan ada organisasi dan perkembangan sosial. Disamping itu tujuan organisasi akan sulit dicapai apabila orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut tidak mau menggali potensi yang ada dalam dirinya untuk bekerja semaksimal mungkin. Oleh karena itu dibutuhkan karyawan yang mempunyai sifat dan sikap membangun dan aktif, seperti daya tanggap yang tinggi, inisiatif dan kreatif serta kepekaan beradaptasi yang kesemuanya ini dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi kerja.
Salah satu tugas yang dilaksanakan oleh seorang pemimpin dalam memberikan dorongan atau motivasi pada bawahannya. Menurut Koontz & O’Donnel (1968:614) kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mendorong bawahan atau pengikut untuk bekerja dengan penuh semangat an keyakinan.
Keberhasilan atau kegagalan yang dialami oleh sebagian besar organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi tersebut.
Sukses tidaknya suatu perusahaan tergantung dari ketrampilan pemimpin dalam memberikan motivasi kerja pada karyawannya untuk mengelola perusahaan yang dipimpinnya (Swasto, 1996:64).
Menurut Sukamto (2000:282) kepemimpinan yang efektif harus memberikan motivasi terhadap usaha-usaha semua karyawan dalam mencapai tujuan organisasi. Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, tujuan organisasi tidak akan tercapai. Oleh karena itu kepemimpinan sangat penting diperlukan apabila suatu organisasi ingin sukses.
Dari pendapat-pendapat tersebut, menggambarkan bahwa pentingnya peranan yang diemban oleh seorang pemimpin dalam organisasi, sehingga seorang pemimpin diharapkan mempunyai kemampuan memimpin yang baik agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Kemampuan memimpin yang dimaksud disini adalah kemampuan untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan.
Kita ketahui bahwa perusahaan akan berhasil melaksanakan program-programnya apabila orang yang bekerja dalam perusahaan itu dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggungjawabnya masing-masing. Dalam menyelesaikan tugasnya ini karyawan perlu diberikan arahan dan dorongan, sehingga dalam dirinya akan tumbuh komitmen yang tinggi, dan pada akhirnya komitmen ini akan mempengaruhi prestasi kerja yang menguntungkan perusahaan.
Pemberian motivasi dikatakan penting karena pemimpin itu tidak sama dengan karyawan. Seorang pemimpin perusahaan tidak dapat melakukan pekerjaan sendirian, keberhasilannya ditentukan oleh hasil kerja karyawan (bawahan). Untuk melaksanakan tugas sebagai seorang pemimpin ia harus membagi-bagi tugas dan pekerjaan tersebut kepada seluruh bawahan yang ada dalam perusahaan.
Disinilah letak pentingnya pemberian motivasi kepada karyawan, agar mereka tetap dan mau melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kecakapan yang mereka miliki. Motivasi yang diberikan kepada masing-masing karyawan tentunya berbeda-beda karena faktor-faktor yang mendorong seseorang dalam bekerja juga berbeda-beda satu sama lain. Dalam memberikan motivasi sebenarnya terkandung makna bahwa setiap manusia perlu diperlakukan dengan segala kelebihan, keterbatasan, dan kekurangannya. Dalam melakukan pekerjaan seseorang tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor rasio saja, tapi juga emosi. Oleh karena itu dalam memberikan motivasi kepada karyawan seorang pemimpin haruslah mempelajari, memahami terlebih dahulu apa yang menjadi motiv karyawan mau bekerja.
Menurut Saydam (1996:229) bahwa dalam pemberian motivasi kepada karyawan, seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan khusus, karena tidak semua pemimpin berhasil dalam melakukan pemberian motivasi kepada karyawan. Cara pemberian motivasi lebih merupakan suatu seni dibandingkan suatu ilmu. Yang dituntut dalam penerapannya adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang-orangnya, komunikasi an bergaul dengan orang-orang yang akan diberi motivasi itu sendiri.
Keberhasilan suatu organisasi juga tergantung dari prilaku individu. Untuk dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, suatu organisasi harus memperlakukan individu secara manusiawi dengan memberikan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan akan makan, tempat tinggal, menyediakan sarana yang dibutuhkan, memberi jaminan perlindungan, keamanan dan menghindari tekanan yang berat ditempat kerja, memberi kesempatan berinteraksi dan mengikut sertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, memberikan penghargaan dan kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya. Karena bagaimanapun juga tingkat motivasi dan komitmen pekerja terhadap keinginan organisasi akan tercermin dari keputusan mereka terhadap pekerjaan.
Dalam perkembangannya, seringkali organisasi menghadapi beberapa kendala yang diantaranya adalah tingkat kemungkinan perpindahan karyawan maupun rendahnya komitmen karyawan terhadap organisasi.
Prestasi merupakan suatu kebutuhan bagi seorang karyawan motivasi yang kuat untuk berprestasi, keinginan untuk berhasil dan unggul dalam situasi persaingan, berhubungan dengan sejauh mana individu dimotivasi untuk menjalankan tugas-tugasnya.
Prestasi kerja karyawan kadang-kadang tidak sesuai dengan kecakapan yang dimilikinya. Faktor penyebabnya tidak sama antara karyawan yang satu dengan yang lain. Penyebabnya tergantung dari orangnya sendiri dan lingkungan kerjanya.