BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Sebagai Negara Agraris, Indonesia dengan potensi sumber daya alam yang tinggi dan diperkaya keanekaragaman hayati menjadikan sektor pertanian memiliki keunggulan komperatif yang tinggi pula. Potensi dan keunggulan komperatif ini perlu dikembangkan dengan keunggulan kompetitif melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang akan menghasilkan produk dan jasa pertanian yang memiliki daya saing tinggi.
Pembangunan Pertanian sebagai bagian inti dari pembangunan nasional, penerapannya diharapkan akan sinergis dengan pembangunan sektor lainnya. Dalam jangka panjang sektor pertanian diproyeksikan dapat memberikan kontribusi yang semakin penting dalam sistem perekonomian nasional.
Program pembangunan pertanian dirumuskan dalam dua program utama yaitu program program agribisnis dan program peningkatan ketahanan pangan. Kedua program utama pembangunan pertanian tersebut merupakan kesatuan program yang tidak terpisahkan dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, menciptakan kesempatan kerja produktif dan mendorong pengembangan ekonomi pedesaan.
Program tersebut dilaksanakan dengan pendekatan penerapan sistem agribisnis berbasis pada sumber daya setempat dan dilaksanakan secara partisipatif oleh berbagai komponen masyarakat.
Program peningkatan ketahanan pangan dimaksudkan untuk mengoperasionalkan kebijaksanaan ketahanan pangan. Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan aksesibilitas (keterjangkauan) dan stabilitas pengadaannya.
Ketahanan Pangan mensyaratkan pendapatan yang cukup bagi masyarakat untuk memanfaatkan bahan pangan , disamping aspek produksi, distribusi dan keamanan.
Ternak Ruminansia (Sapi Potong, sapi perah, kerbau, domba), ternak non ruminansia (babi, kuda) unggas, (ayam buras,ayam ras, itik, burung puyuh) dan aneka ternak (kelinci, rusa) merupakan komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal hingga nasional yang termasuk komoditas program Ketahanan Pangan. Salah satu program ketahanan pangan yang mendesak adalah program kecukupan daging .
Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan produktivitas ternak di antaranya adalah dengan memperbaiki mutu genetik ternak. Salah satu cara untuk memperbaiki mutu genetik ternak khususnya ruminansia besar adalah mengawinkan ternak yang rendah produktivitasnya dengan ternak yang telah diketahui memiliki produktivitas tinggi, baik secara kawin alam maupun dengan Inseminasi Buatan (IB). Perkawinan ternak secara kawin alam ternyata sulit dilakukan, disebabkan sangat terbatasnya jumlah pejantan yang memiliki produktivitas tinggi. Teknik IB merupakan salah satu cara yang paling baik untuk tujuan tersebut.
Keuntungan IB di antaranya adalah : Dapat mempertinggi fertilitas, mengiliminir kendala minimnya ketersediaan pejantan, mengurangi kemungkinan penyebaran penyakit reproduksi hewan menular dan merupakan cara yang murah, mudah , cepat untuk penyebaran bibit unggul.
Keberhasilan pelaksanaan program IB dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah kelayakan kondisi fisiologi reproduksi akseptor, manajeman pemeliharaan akseptor, kualitas semen beku serta tetap tersedianya semen beku sesuai kebutuhan masing-masing daerah.
Pelaksanaan program IB di Indonesia telah dilaksanakan hampir selama 50 tahun, di mana pelaksanaannya cukup berjalan baik dan memberikan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan populasi sapi dari awal hingga kini , seperti dilaporkan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan pada tahun 2002 yang menyatakan bahwa populasi sapi potong dan sapi perah pada tahun 1969 meningkat dari sebesar 6.447.000 ekor dan 52.000 ekor , pada tahun 2002 menjadi sebesar 10.215.000 ekor dan 354.000 ekor.
Sumber yang sama menyebutkan bahwa kegiatan IB pada lima tahun terakhir menunjukkan penurunan. Hal ini terlihat dengan adanya penurunan jumlah dosis semen beku yang digunakan. Pada tahun 1997 sebanyak 1.665.185 dosis sedangkan pada tahun 2001 sebanyak 1.000.004 dosis .
Ketersediaan Semen Beku di pos-pos IB belum terjamin kontinuitasnya, sehingga hal ini merupakan salah satu kendala yang menghambat penerapan IB di lapangan.
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Di Singosari sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 287/KPTS/OT/210/4/2002 tanggal 16 April tahun 2002 mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : Melaksanakan produksi dan pemasaran benih unggul ternak serta pangembangan IB.
Jumlah pejantan yang saat ini dimiliki oleh BIB Di Singosari dalam mendukung program IB adalah : jenis/bangsa Limousin sebanyak 31 ekor, Simental 14 ekor, Brahman 2 ekor, Brangus 1 ekor, Angus 2 ekor, Bali 3 ekor, Madura 5 ekor dan Sapi Perah jenis Frisian Holstein sebanyak 16 ekor.
Semen beku merupakan salah satu faktor yang sangat penting didalam program IB, karena dengan semen beku dari pejantan unggul maka dapat digunakan untuk memperbaiki mutu genetik ternak. Prosentase kebuntingan dengan menggunakan IB sebesar 60 - 70 % pada setiap daerah, dengan jumlah kelahiran yang selalu meningkat, yaitu pada tahun 1999 sebanyak 478.902, pada tahun 2001 sebanyak 553.867 ekor ( Anonymous , 2002)
Strategi BIB Di Singosari dalam penyediaan semen beku yang dibutuhkan, setiap tahunnya adalah menyediakan pejantan unggul yang disukai peternak, mengganti pejantan kurang produktif dengan pejantan unggul produktif lainnya, meningkatkan kemampuan personil baik personil Laboratorium maupun personil yang menangani pemeliharaan pejantan.
Jalur distribusi semen beku melalui beberapa cara, sebagai berikut :
· Kerja sama Operasional dengan berbagai instansi.
· Menjual langsung stock semen beku .
· Distribusi ke intansi terkait berdasarkan target yang ditetapkan oleh Pusat.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
No comments:
Post a Comment