PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membicarakan masalah kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari sudut mana saja ia akan diteropong. Dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi perhatian manusia. Bahkan ada yang berpendapat bahwa masalah kepemimpinan itu sama tuanya dengan sejarah manusia. Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia. Di satu pihak ada orang yang terbatas kemampuannya, dipihak lain ada orang yang mempunyai kelebihan untuk memimpin. Disinilah timbulnya kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan.
Untuk menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia membutuhkannya, sampai ada pendapat yang galak yang mengatakan bahwa dunia atau umat manusia di dunia ini pada hakikatnya hanya ditentukan oleh beberapa orang saja, yakni yang berstatus sebagai pemimpin. Jika sekelompok orang yang berstatus pemimpin tersebut memutuskan untuk menimbulkan perang dunia sebagai satu-satunya jalan keluar dan konflik, maka umat manusia didunia akan mati di tengah-tengah konflik tersebut.
Dalam skala yang lebih kecil sering dikatakan bahwa suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Ada suatu ungkapan mulia yang mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Ungkapan ini juga ingin menunjukkan betapa pentingnya posisi pemimpin dalam suatu organisasi. Perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai dan berhasil apabila Sumber Daya Manusia yang ada siap dan profesional dalam menjalankan tugas-tugasnya untuk menjadikan perusahaan dalam kondisi tersebut diatas, maka diperlukan keefektifan seorang pemimpin perusahaan.
Dalam era reformasi ini seorang pemimpin dituntut untuk bersifat jujur, adil dan transparan karena masyarakat Indonesia sudah waktunya mendapatkan haknya yaitu menyampaikan suara hatinya lewat pemimpin pemimpin yang mereka pilih .
Adapun pemimpin-pemimpin yang dimaksud adalah para pimpinan dari top manajer sampai menengah pada Dinas Pehubungan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung adalah sosok pemimpin yang lahir dari pengalaman bekerja, yang diharapkan mampu mengendalikan perusahaan yang dalam hal ini koperasi, mulai dari lapisan bawah sampai lapisan atas.
Sumber daya manusia merupakan aset perusahaan yang paling unik, paling rentan, paling murni dan sukar diperkirakan. Setiap karyawan memiliki seperangkat latar belakang yang berbeda, yang akan mempengaruhi harapan masing-masing dan pada gilirannya akan mempengaruhi dinamika hubungan antara manusia dan organisasi perusahaan. Harapan individual atau kelompok karyawan boleh jadi sama, tidak sama atau sama sekali bertentangan dengan harapan perusahaan. Interaksi dua harapan dan tujuan itu beserta negosiasinya mempengaruhi kontrak psikologis yang mewujud dalam budaya organisasi. Hal ini pada gilirannya akan sangat mewarnai lingkungan sumber daya manusia di dalam perusahaan.
Di dalam Organisasi masalah yang sering dihadapi adalah mengapa beberapa karyawan bekerja lebih baik dari pada karyawan lain, merupakan suatu pertanyaan yang terus menerus muncul dan selalu dihadapi para pimpinan unit kerja, ada karyawan mempunyai kemampuan dan ketrampilan serta semangat kerja yang sesuai dengan harapan organisasi, adakalanya karyawan yang mempunyai kemampuan dan ketrampilan tetapi tidak mempunyai semangat kerja yang tinggi, sehingga kinerja tidak sesuai dengan harapan organisasi, hal ini kiranya dapat dipahami karena dalam suatu organisasi terdiri dari individu-individu yang mempunyai latar belakang yang berbeda satu sama lainnya dan mempunyai tujuan yang kadang-kadang berbeda dengan tujuan organisasi.
Pada dasarnya suatu instansi bukan saja mengharapkan pegawai mau dan mampu bekerja secara giat tetapi bagaimana memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi. Kemampuan, kecakapan dan ketrampilan karyawan tidak ada artinya apabila tidak diiringi dengan motivasi yang tinggi dari setiap pegawai guna meningkatkan kinerjanya. Sumber daya manusia merupakan faktor yang dominan dalam mencapai tujuan organisasi perlu mendapat perhatian secara khusus. Pimpinan unit kerja atau instansi memiliki kewajiban untuk selalu memotivasi pegawai agar meningkatkan kinerjanya, dengan demikian kerjasama dan saling memahami tugas dan fungsi dari setiap unit kerja sangat diperlukan.
Seberapa besar motivasi atau perfomance karyawan dalam melaksanakan setiap tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya sangat tergantung pada keseimbangan antara produktifitas kerja dan kesejahteraan yang diperoleh. Studi tentang motivasi merupakan usaha untuk mendapatkan jawaban-jawaban atas segala perilaku manusia yang begitu komplek dalam keterkaitannya dengan kerja pegawai. Di dalam Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung dengan sangat bervariasi keadaan pegawai mulai dari tingkat kemampuan hingga kemauan pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan, memiliki motivasi yang berbeda-beda pula sebagaimana yang tersebut di atas. Dengan demikian seorang pemimpin unit kerja atau instansi harus memiliki visi ke depan yang dapat dipergunakan sebagai gambaran yang akan dicapai oleh instansi yang bersangkutan. Visi sangat diperlukan guna memotivasi setiap pegawai, dengan visi yang jelas maka dalam memberikan motivasi pegawai tinggal mengarahkan kemana kemampuan dan kemauan pegawai untuk berprestasi. Setiap pegawai sering memiliki motivasi sesuai dengan obsesinya, ada yang dalam melaksanakan pekerjaan berorientasi pada besar kecilnya upah yang diterima ada pula yang berorientasi pada kesempatan dalam memperoleh karier. Sesuai dengan kenyataan tersebut maka pengendalian pimpinan diperlukan, sehingga apapun yang terjadi tidak akan berpengaruh terhadap tujuan instansi atau unit kerja.
Usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja bukan pekerjaan yang mudah, karena produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya skill, kemampuan, lingkungan kerja dan motivasi pimpinan. Secara tegas produktivitas kerja pegawai yang paling dominan disebabkan oleh kesiapan mental seseorang untuk memacu dirinya dan berprestasi guna memperoleh segala yang diharapkan. Dengan demikian unsur-unsur kepuasan merupakan rangsangan untuk memacu tumbuhnya niat seseorang untuk berprestasi. Salah satu cara yang paling tepat harus dilakukan pimpinan dalam memberikan rangsangan terhadap pegawai untuk mengembangkan diri dan berprestasi guna mendukung tercapainya tujuan organisasi.
Ada beberapa hal yang menyebabkan motivasi seseorang menjadi tinggi, diantaranya adalah gaji atau upah (reward), prestasi, afiliasi, kekuasaan atau karier. Menurut hasil beberapa penelitian khususnya tentang sumber daya manusia, disebutkan bahwa motivasi kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan produktivitas kerja atau productivity work. Produktivitas kerja karyawan merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam mencapai tujuan organisasi yang merupakan akumulasi dari setiap partisipasi yang diberikan oleh pegawai hendaknya selalu memperhatikan kode etik yang telah ditentukan, sehingga secara legal tidak melanggar hukum dan ketentuan baik moral maupun verbal.
Dari uraian di atas maka tampak jelas bahwa peranan motivasi dalam menunjang pemenuhan kebutuhan berprestasi sangat besar, atau dengan kata lain motivasi mempunyai hubungan yang positif terhadap prestasi kerja, ini sejalan dengan pendapat Armstrong (1998:75) yakni "Hubungan antara motivasi dan prestasi kerja adalah sesuatu yang positif", meningkatnya motivasi akan menghasilkan lebih banvak usaha dan prestasi kerja yang lebih baik, dan sebaliknya.
Hal tersebut didasarkan pada suatu dugaan, bahwa seorang karyawan tidak selalu bekerja dengan latar belakang mendapatkan gaji, dimana oleh Maslow diidentifikasi adanya lima jenjang kebutuhan manusia, yaitu seseorang akan berusaha untuk memenuhi jenjang kebutuhan yang lebih tinggi apabila jenjang yang lebih rendah sudah terpenuhi. Tidak dipungkiri bahwa seorang karyawan pada awalnya tertarik pada besarnya gaji maupun bonus yang ditawarkan, namun hal ini tidak akan berlangsung terus menerus, karena saat tertentu. perhatian utamanya bukan lagi bertumpu pada besarnya gaji, melainkan job content yang ditanganinya, dengan demikian masalah gaji dan upah bergeser peringkatnya menjadi kebutuhan sekunder.
Pada sisi lain, ada anggapan bahwa gaji atau bonus hanyalah merupakan faktor hygiene yang dari padanya seseorang bersedia untuk bekerja namun bukan atas dasar kebutuhan untuk berprestasi. Motivasi untuk berprestasi sebenarnya merupakan fungsi dari faktor-faktor luar gaji, yaitu faktor pekerjaan itu sendiri kemungkinan untuk mengembangkan diri, tanggung jawab yang diemban dan pengakuan atas perolehan dalam hal karier disepanjang masa kerjanya.
Dengan merujuk uraian di atas, dapat ditarik suatu pokok pemikiran bahwa upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh seorang manajer dalam memotivasi karyawan haruslah dilakukan dengan mengetahui beberapa komponen yang mempengaruhi mereka dalam melakukan pekerjaan. Jadi produktivitas kerja juga dapat dilakukan dengan menstimulasi aspek-aspek yang lain yang membuat dirinya mau melakukan tindakan yang lebih baik pada peningkatan produktivitas kerja karyawan.
Dengan demikian suatu pengetahuan dan pemahaman secara komprehensif terhadap faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan motivasi karyawan haruslah diidentifikasi secara lebih dini. Melalui penelitian ini penulis ingin mengkaji "Pengaruh Motivasi Pimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung”.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
No comments:
Post a Comment