(MAKALAH ISBD)
KESENIAN TARI DI SUARAKARTA JAWA TENGAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
1. Alasan Pemilihan Judul
Dalam makalah ini, alasan Penulis memilih judul Seni Tari di Surakarta, selain karena tugas yang telah diberikan oleh Dosen Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) mengenai pemahaman yang lebih jauh tentang kebudayaan yang terdapat di daerah asal, juga karena Penulis berharap dengan pembuatan makalah ini, Penulis tetap bisa menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di Surakarta pada khususnya dan kebudayaan di Indonesia pada umumnya, terutama dalam hal ini adalah kebudayaan tentang seni tari, serta ingin memperkenalkan seni tari yang terdapat di Surakarta pada semua orang dari daerah atau wilayah yang berbeda. Terlebih lagi saat ini banyak negara lain yang mengakui kebudayaan Indonesia sebagai kebudayaan mereka sendiri. Selain itu, pada era globalisasi ini banyak para pemuda kita yang lebih mengagungkan/ menyukai budaya-budaya Barat daripada kebudayaan mereka sendiri. Untuk itu dengan pembuatan makalah ini bisa menggugah pribadi para pemuda Indonesia untuk lebih mencintai kebudayaan mereka sendiri. Estetika (keindahan) dan amanat atau cerita yang disampaikan dalam kebanyakan seni tari di Surakarta juga menjadi salah satu pertimbangan penting dalam pembuatan makalah ini. Karena seperti tari-tari di daerah lain, tarian di Surakarta biasanya diangkat dari sebuah cerita yang memiliki amanat-amanat yang penting untuk para penikmatnya. Oleh karen beberapa alasan tadi, Penulis memilih judul ini.
2. Landasan Teori
Seorang ahli sejarah tarian dan musik Jerman yan bernama C. Sachs berpendapat bahwa seni tari dapat didefinisikan sebagai gerakan-gerakan yang berirama. Seni tari adalah ungkapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Seni tari yang merupakan bagian budaya bangsa sebenarnya sudah ada sejak jaman primitif, Hindu sampai masuknya agama Islam dan kemudian berkembang. Bahkan tari tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan upacara adat sebagai sarana persembahan.
Seni tari merupakan salah satu bentuk/macam dari kesenian. Sedangkan, kesenian itu sendiri berasala dari kata seni. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian/definisi seni, antara lain sebagai berikut:
a. Kamus Dewan
Seni dapat didefinisikan sebagai karya (sajak, lukisan, musik, dll) yang tercipta dengan bakat (kecakapan), hasil dari sebuah ciptaan.
b. Herberth Read
Kesenian adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan dan seni itu dijalankan pula daripada estetika.
c. Kesenian manakal bermaksud perihal seni, yang berkaitan dengan seni keindahan (kehalusan)
Kesenian itu sendiri sebenarnya dapat dikategorikan dalam 4 kategori, yaitu:
- Seni suara
Seni suara merupakan salah satu bentuk kesenian yang menggunakan suara/bunyi-bunyian dalam hasil karyanya, baik berasal dari suara manusia, alat musik atau yang lainnya.
Contoh: lagu daerah, nasyid, musik modern, dll.
- Seni Gerak
Seni gerak adalah seni yang menggunakan segala gerak an tubuh atau lainnya yang mengandung unsur keindahan. Seni ini dapat dilihat dengan indera penglihatan yang dapat meliputi gerakan tangan, kaki, badan, mata dan anggota tubuh yang lainnya. Dan seni tari merupakan salah satu bentuk dari seni gerak.
Seni gerak itu sendiri, meliputi dari seni tari dan drama tradisional. Contoh: tari daerah, tari modern, wayang, reog, dll.
- Seni Rupa
Seni rupa biasanya diartikan sebgai ciptaan yang mengandung unsur-unsur seni yang dihasilkan oleh orang dalam bentuk barang atau yang lainnya yang memiliki daya seni.
Contoh: ukiran, anyaman, lukisan, tenun, batik, dll.
- Permainan Rakyat
Permainan-permainan yang dihasilkan seseorang yang memiliki daya tarik dan seni tersendiri. Permainan ini terkadang bukan hanya berfungsi sebagai alat hiburan saja, tetapi juga berperan penting dalam dalam aktivitas sosial, seperti dalam upacara perkawinan, upacara keagamaan, dan sebagainya.
Contoh: layang-layang, gangsing, sabung ayam, dll.
B. TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan makalah tentang seni tari di Surakarta ini, Penulis tidak hanya sekedar menulis saja, tetapi penulisan makalah ini juga memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Penulisan makalah ini bisa memperdalam wawawasan Penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya tentang kebudayaan asli milik negara kita. Terutama budaya seni tari di Surakarta.
2. Memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Dosen Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) tentang pengenalan dan pemahaman lebih jauh tentang daerah asal.
3. Menjaga dan melestarikan budaya Indonesia agar tidak hilang dan direbut oleh negara lain.
4. Menggugah hati para pemuda Indonesia untuk lebih mencintai budaya sendiri, daripada budaya asing.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Untuk dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, Penulis memperoleh data dengan cara, sebagai berikut:
1. Pengambilan data melalui media internet.
2. Pengalaman serta pemikiran pribadi yang didapat Penulis selama menempuh pendidikan di bangku sekolah.
BAB II
SENI TARI DI JAWA TENGAH
A. SENI TARI DI JAWA TENGAH
Di daerah Jawa Tengah seni tari sering disebut juga dengan istilah ”beksa”, kata “beksa” itu sendiri berasal dari kata “ambeg” dan “esa”, kata-kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh.
Tari di daerah Jawa Tengah mengalami masa kejayaannya pada masa-masa kerajaan Kediri, Singosari, Majapahit khususnya pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Dimana, tari dari daerah ini diperkenalkan oleh tiap-tiap kerajaan tersebut sebagai pertunjukan/hiburan kepada kerajaan tetangga yang singgah ke kerajaan mereka.
Pedoman tari tradisional, terutama tari di Jawa Tengah sebagian besar mengutamakan gerak yang ritmis dan tempo yang tetap sehingga ketentuan-ketentuan geraknya tidaklah begitu ditentukan sekali. Jadi lebih bebas dan labih ekspresif, lebih perseorangan
B. MACAM-MACAM SENI TARI DI JAWA TENGAH
Ada beberapa macam seni tari yang ada di Jawa Tengah, antara lain:
1. Surakarta
- tari Bedhaya
Legenda tarian percintaan antara raja Mataram dengan Ratu Kencanasari.
- tari Srimpi
Tarian yang dilakukan oleh 4 orang yang melambangkan tentang terjadinya manusia dan empat penjuru arah mata angin.
2. Purworejo
Tari Dolalak, pertunjukan ini dilakukan oleh beberapa orang penari yang berpakaian menyerupai pakaian prajurit Belanda atau Perancis tempo dulu dan diiringi dengan alat-alat bunyi-bunyian terdiri dari kentrung, rebana, kendang, kencer, dllnya. Menurut cerita, kesenian ini timbul pada masa berkobarnya perang Aceh di jaman Belanda yang kemudian meluas ke daerah lain.
3. Blora
Daerah ini terkenal dengan atraksi kesenian Kuda Kepang, Barongan dan Wayang Krucil (sejenis wayang kulit terbuat dari kayu).
4. Pekalongan
Di daerah Pekalongan terdapat kesenian, antara lain:
- Kuntulan
Kesenian bela diri yang dilukiskan dalam tarian dengan iringan bunyi-bunyian seperti bedug, terbang, dllnya.
- Sintren
Sebuah tari khas yang magis animistis yang terdapat selain di Pekalongan juga di Batang dan Tegal. Kesenian ini menampilkan seorang gadis yang menari dalam keadaan tidak sadarkan diri, sebelum tarian dimulai gadis menari tersebut dengan tangan terikat dimasukkan ke dalam tempat tertutup bersama peralatan bersolek, kemudian selang beberapa lama ia telah selesai berdandan dan siap untuk menari. Atraksi ini dapat disaksikan pada waktu malam bulan purnama setelah panen.
5. Cilacap
Di daerah ini terdapat kesenian yang bernama Obeg. Pemain Obeg ini terdiri dari beberapa orang wanita atau pria dengan menunggang kuda yang terbuat dari anyaman bambu (kepang), serta diiringi dengan bunyi-bunyian tertentu. Pertunjukan ini dipimpin oleh seorang pawang (dukun) yang dapat membuat pemain dalam keadaan tidak sadar.
6. Banyumas
Kesenian di daerah ini adalah begalan. Begalan adalah salah satu acara dalam rangkaian upacara perkawinan adat Banyumas. Kesenian ini hidup di daerah Bangumas pada umumnya juga terdapat di Cilacap, Purbalingga maupun di daerah di luar Kabupaten Banyumas
7. Temanggung
Kuda Lumping (jaran kepang), kesenian ini diperagakan secara massal, sering dipentaskan untuk menyambut tamu -tamu resmi atau biasanya diadakan pada waktu upacara
8. Wonosobo
Kesenian khas Wonosobo adalah Lengger, dimainkan oleh dua orang laki-laki yang masing-masing berperan sebagai seorang pria dan seorang wanita. Diiringi dengan bunyi-bunyian yang antara lain berupa Angklung bernada Jawa. Tarian ini mengisahkan ceritera Dewi Chandrakirana yang sedang mencari suaminya yang pergi tanpa pamit. Dalam pencariannya itu ia diganggu oleh raksasa yang digambarkan memakai topeng. Pada puncak tarian penari mencapai keadaan tidak sadar.
9. Magelang
Jatilan, pertunjukan ini biasanya dimainkan oleh delapan orang yang dipimpin oleh seorang pawang yang diiringi dengan bunyi-bunyian berupa bende, kenong dll. Dan pada puncaknya pemain dapat mencapai tak sadar.
10. Boyolali
Tari Jlantur, sebuah tarian yang dimainkan oleh 40 orang pria dengan memakai ikat kepala gaya turki. Tariannya dilakukan dengan menaiki kuda kepang dengan senjata tombak dan pedang. Tarian ini menggambarkan prajurit yang akan berangkat ke medan perang, dahulu merupakan tarian penyalur semangat kepahlawanan dari keturunan prajurit Diponegoro.
11. Wonogiri
Ketek Ogleng merupakan kesenian yang diangkat dari ceritera Panji, mengisahkan cinta kasih klasik pada jaman kerajaan Kediri. Ceritera ini kemudian diubah menurut selera rakyat setempat menjadi kesenian pertunjukan Ketek Ogleng yang mengisahkan percintaan antara Endang Roro Tompe dengan Ketek Ogleng. Penampilannya dititik beratkan pada suguhan tarian akrobatis gaya kera (Ketek Ogleng) yang dimainkan oleh seorang dengan berpakaian kera seperti wayang orang. Tarian akrobatis ini di antara lain dipertunjukan di atas seutas tali.
BAB III
SENI TARI DI SURAKARTA
A. SENI TARI DI SURAKARTA
Surakarta merupakan pusat seni tari yann terdapat di daerah Jawa Tengah. Sumber utama seni tari itu sendiri berasal dari Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Dari kedua tempat/kerajaan inilah kemudian meluas ke daerah Surakarta seluruhnya dan akhirnya meluas lagi hingga meliputi daerah Jawa Tengah, terus sampai jauh di luar Jawa Tengah. Seni tari yang berpusat di Keraton Surakarta itu sudah ada sejak berdirinya Keraton Surakarta dan telah mempunyai ahli-ahli tari yang ditugaskan untuk membuat tarian yang dapat menghibur semua orang, terutama raja dan keluarganya, serta mereka harus bisa mempertanggungjawabkan hasil karyanya. Tokoh-tokoh tersebut umumnya masih keluarga dari Sri Susuhunan atau kerabat kraton yang berkedudukan (ningrat). Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu kemudian terkenal dengan Tari Gaya Surakarta.
B. MACAM-MACAM SENI TARI DI SURAKARTA
1. Tari Bedhoyo
Tarian Bedhaya yang paling terkenal adalah tari Bedhoyo Ketawang yang dimainkan dalam kurun waktu 130 menit dan dilakukan oleh 9 orang gadis yang masih perawan, yang sebelumnya hanya 7 orang karena ada pengaruh agama Islam terjadi perubahan pada komposisinya. Dari kesembilan orang itu memiliki kedudukan sebagai:
a. Endhel Pojok
b. Batak
c. Gulu
d. Dhada
e. Buncit
f. Endhel Apit Ngajeng
g. Endhel Apit Wuri
h. Endhel Weton Ngajeng
i. Endhel Weton Wuri
Menurut kitab Wedhapradangga, pencipta tarian Bedhoyo Ketawang adalah Sultan Agung (1613-1645) raja pertama terbesar dari kerajaan Mataram bersama Kanjeng Ratu Kencanasari, penguasa laut selatan yang juga disebut Kanjeng Ratu Kidul. Tarian ini menceritakan tentang kisah cinta dari keduanya. Sebelum tari ini diciptakan, terlebih dahulu Sultan Agung memerintahkan para pakar gamelan untuk menciptakan sebuah gendhing yang bernama Ketawang. Konon penciptaan gendhingpun menjadi sempurna setelah Sunan Kalijaga ikut menyusunnya. Tarian Bedhoyo Ketawang tidak hanya dipertunjukan pada saat penobatan raja yang baru tetapi juga pertunjukan setiap tahun sekali bertepatan dengan hari penobatan raja atau "Tingalan Dalem Jumenengan".
Bedhoyo Ketawang tetap dipertunjukkan pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwana ke-XII (sekarang), hanya saja sudah terjadi pergeseran nilai filosofinya. Pertunjukan Bedhoyo Ketawang sekarang telah mengalami perubahan pada berbagai aspek, walapun bentuk tatanan pertunjukannya masih mengacu pada tradisi ritual masa lampau. Namun nilainya telah bergeser menjadi sebuah warisan budaya yang nilai seninya dianggap patut untuk dilestarikan. Busana Tari Bedhoyo Ketawang menggunakan Dodot Ageng dengan motif Banguntulak alasan-alasan yang menjadikan penarinya terasa anggun.
Gamelan yang mengiringinya pun sangat khusus yaitu gamelan "Kyai Kaduk Manis" dan "Kyai Manis Renggo". Instrumen alat gamelan yang dimainkan hanya beberapa yakni Kemanak, Kethuk, Kenong, Kendhang Ageng, Kendhang Ketipung dan Gong Ageng. Istrumen-instrumen tersebut selain dianggap khusus juga ada yang mempunyai nama keramat. Dua buah Kendang Ageng bemama Kanjeng kyai Denok dan Kanjeng Kyai Iskandar, dua buah rebab bemama Kanjeng Kyai Grantang dan Kanjeng Kyai Lipur serta sehuah Gong ageng bernama Kanjeng Nyai Kemitir. Pertunjukan Bedhoyo Ketawang pada masa Sri Susuhunan Paku Buwana XII kini diselenggarakan pada hari kedua bulan Ruwah atau Sya'ban dalam Kalender Jawa.
Tari Bedhaya bersifat sangat sakral. Oleh karena itu dalam penyajiannya pun hanya dalam acara-acara tertentu saja. Selain itu, untuk para penarinya harus menjalani beberapa ritual yang wajib dikerjakan untuk kelancaran pertunjukkannya nanti.
Jenis-jenis tari Bedhoyo yang belum mengalami perubahan selain tari Bedhoyo Ketawang, adalah sebagai berikut:
a. Bedhaya Pangkur
b. Bedhaya Duradasih
c. Bedhaya Sabda Aji
d. Bedhaya Anglir Mendhung
e. Bedhaya Dirada Meta
f. Bedhaya Tunjung Anom
g. Bedhaya Mangunkarya
h. Bedhaya Sinom
i. Bedhaya Endhol-endhol
j. Bedhaya Gandrungmanis
k. Bedhaya Kabor
l. Bedhaya Tejanata
Jenis-jenis tari Bedhoyo yang telah mengalami perubahan, adalah sebagai berikut:
- Bedhaya La la
- Bedhaya To lu
- Bedhaya Alok, dll.
2. Tari Srimpi
Tari Srimpi muncul sejak masa pemerintahan Prabu Amiluhur, ketika masuk ke Keraton tarian ini mendapat perhatian yang besar sama seperti tari Bedhoyo. Tarian yang ditarikan 4 putri itu masing-masing merupakan perwujudan dari empat elemen, yaitu: air, api, angin dan bumi/tanah, dimana selain melambangkan terjadinya manusia juga melambangkan empat penjuru mata angin. Sedang nama peranan dari empat penari tersebut, adalah sebagai berikut:
a. Batak
b. Gulu
c. Dhada
d. Buncit
Komposisinya yang membentuk segi empat waktu pertunjukan tari melambangkan tiang Pendopo.
Seperti Bedhaya, tari Srimpipun ada yang suci atau sakral yaitu Srimpi Anglir Mendhung. Juga karena lamanya penyajian (60 menit) maka untuk konsumsi masa kini diadakan inovasi. Contoh Srimpi hasil garapan baru :
a. Srimpi Anglirmendhung menjadi 11 menit
b. Srimpi Gondokusumo menjadi 15 menit
c. Srimpi Sangopati karya Pakubuwono IX
d. Srimpi Moncar
e. Srimpi Ludira Madu
f. Srimpi Renggowati
g. Srimpi Topeng
3. Tari Gambyong
Konon tari Gambyong tercipta berasal dari tari Glondrong yang ditarikan oleh seorang penari jalanan yang bernama Nyi Mas Ajeng Gambyong yang hidup pada jaman Paku buwono IV di Surakarta (1788-1820). Sosok penari ini dikenal sebagai seseorang yang cantik jelita dan memiliki tarian yang cukup indah, akhirnya Nyi Mas itu dipanggil oleh Bangsawan Kasunanan Surakarta untuk menari di Istana sambil memberi pelajaran kepada putra-putri Raja. Oleh Istana tari itu diubah menjadi tari Gambyong.
Tarian ini merupakan sejenis tarian pergaulan masyarakat. Ciri khas pertunjukan tari Gambyong adalah sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya akan terlihat indah dan elok apabila si penari dapat menyelaraskan gerak dengan irama kendhang. Sebab kendhang sering disebut otot tarian dan pemandu gendhing.
Pada zaman Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan gong dan bonang. Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang, kenong, kempul, dan gong. Semua instrumen ini dibawa kemana-mana dengan cara dipikul.
Adapun ciri-ciri Tari Gambyong ini, adalah sebagai berikut :
a. Jumlah penari seorang putri atau lebih
b. Memakai jarit wiron
c. Tanpa baju melainkan memakai kemben atau bangkin
d. Tanpa jamang melainkan memakai sanggul/gelung
e. Dalam menari boleh dengan sindenan (menyanyi) atau tidak.
Beksan Wireng
Tarian ini berasal dari kata Wira (perwira) dan 'Aeng' yaitu prajurit yang unggul, yang 'aeng', yang 'linuwih'. Tari ini diciptakan pada jaman pemerintahan Prabu Amiluhur dengan tujuan agar para putra beliau tangkas dalam olah keprajuritan dengan menggunakan alat senjata perang. Sehingga tari ini menggambarkan ketangkasan dalam latihan perang dengan menggunakan alat perang. Ciri-ciri tarian ini :
a. Ditarikan oleh dua orang putra-putri
b. Bentuk tariannya sama
c. Tidak mengambil suatu cerita
d. Tidak menggunakan ontowacono (dialog)
e. Bentuk pakaiannya sama
f. Perangnya tanding, artinya tidak menggunakan gending sampak/srepeg, hanya iramanya/temponya kendho/kenceng
g. Gending satu atau dua, artinya gendhing ladrang kemudian diteruskan gendhing ketawang
h. Tidak ada yang kalah/menang atau mati.
4. Tari Pethilan
Tari ini hampir sama dengan Tari Wireng. Bedanya Tari Pethilan mengambil adegan / bagian dari ceritera pewayangan.
Ciri-cirinya :
- Tari boleh sama, boleh tidak
- Menggunakan ontowacono (dialog)
- Pakaian tidak sama, kecuali pada lakon kembar
- Ada yang kalah/menang atau mati
- Perang mengguanakan gendhing srepeg, sampak, gangsaran
- Memetik dari suatu cerita lakon.
5. Tari Bondan
Tari ini dibagi menjadi :
a. Bondan Cindogo
b. Bondan Mardisiwi
c. Bondan Pegunungan/Tani.
Tari Bondan Cindogo dan Mardisiwi merupakan tari gembira, mengungkapkan rasa kasih sayang kepada putranya yang baru lahir. Tapi Bondan Cindogo satu-satunya anak yang ditimang-timang akhirnya meninggal dunia. Sedang pada Bondan Mardisiwi tidak, serta perlengakapan tarinya sering tanpa menggunakan kendhi seperti pada Bondan Cindogo. Ciri pakaiannya :
- Memakai kain Wiron
- Memakai Jamang
- Memakai baju kotang
- Menggendong boneka, memanggul payung
- Membawa kendhi (dahulu), sekarang jarang.
Untuk gendhing iringannya Ayak-ayakan diteruskan Ladrang Ginonjing. Tapi sekarang ini menurut kemampuan guru/pelatih tarinya.
Bondan Pegunungan, melukiskan tingkah laku putri asal pegunungan yang sedang asyik menggarap ladang, sawah, tegal pertanian. Dulu hanya diiringi lagu-lagu dolanan tapi sekarang diiringi gendhing-gendhing lengkap. Ciri pakaiannya :
- Mengenakan pakaian seperti gadis desa, menggendong tenggok, memakai caping dan membawa alat pertanian.
- Di bagian dalam sudah mengenakan pakaian seperti Bondan biasa, hanya tidak memakai jamang tetapi memakai sanggul/gelungan. Kecuali jika memakai jamang maka klat bahu, sumping, sampur, dll sebelum dipakai dimasukkan tenggok.
Bentuk tarian dari jenis ini adalah pertama melukiskan kehidupan petani kemudian pakaian bagian luar yang menggambarkan gadis pegunungan dilepas satu demi satu dengan membelakangi penonton. Selanjutnya menari seperti gerak tari Bondan Cindogo / Mardisiwi.
Adapun tari Gambyong, tari Beksan Wireng, tari Bondan, dan tari Pethilan merupakan tari yang berasal dari gubahan tari Bedhaya dan Srimpi.
C. FUNGSI TARI SURAKARTA
Tari-tari di Surakarta memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai alat hiburan.
2. Disajikan dalam upacara keagamaan dan perkawinan.
3. Untuk menyambut tamu yang datang, dll.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, bahwa:
1. Kesenian itu terdiri dari empat macam, yaitu seni suara, seni gerak, seni rupa, dan permainan rakyat.
2. Seni tari merupakan salah satu bentuk dari seni gerak.
3. Seni tari Jawa Tengah mempunyai satu tujuan, yaitu menyatunya jiwa dengan gerakan tari yang luluh.
4. Seni Tari Jawa Tengah mengalami masa kejayaan pada masa kerajaan Singosari, Kediri, dan Majapahit.
5. Seni Tari Jawa Tengah semula berpusat pada seni tari yang ada di Surakarta.
6. Seni tari di Surakarta semula hanya terdiri dari tari Bedhaya dan tari Srimpi.
B. SARAN
Saran yang bisa Penulis sampaikan, adalah sebagai berikut:
1. Kita harus lebih memperdalam wawasan kita tentang budaya yang ada di Indonesia ini, terutama seni tari.
2. Ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan itu melalui segala bentuk kegiatan yang dapat memajukan kebudayaan tersebut.
3. Kita juga harus bisa menghargai kebudayaan sendiri, daripada kebudayaan bangsa lain.
No comments:
Post a Comment