Gibran Mengekspresikan ide-idenya, pikiran-pikirannya melalui berbagai macam bentuk ekspresi sastrawi. Karya-karyanya dibukukan terdiri dari bentuk puisi, puisi prosa atau prosa puisi, aforisma, cerita-cerita pendek, esai-esai, novel dan parabel. Dengan intensitas mengharukan yang memberi ciri ungkapan yang benar-benar penting, karya-karya Gibran memproyeksikan kebenaran universal yang tidak terbatas waktu.
Karya-karya Gibran pertama, berisi tentang keberanian, cerita yang mengisahkan orang-orang tertindas yang berjuang untuk kebebasan dan membawakan pesan keadilan, makian pedas kepada mereka yang memanfaatkan orang miskin. Kemudian karya-karyanya mulai mengkritisi ketidaksetaraan pria dengan wanita, ekstremisme agama, feodalisme dan cinta yang diluhurkan oleh tradisi.
Bentuk karya-karya Gibran terdiri dari dua bahasa yaitu bahasa Arab dan Inggris. Yang berbahasa Arab, diasumsikan untuk menggugah kesadaran bangsa-bangsa Arab pada keadaan mereka dan membantu menghapuskan penjajahan, termasuk Lebanon. Dan yang berbahasa Inggris, diasumsikan untuk menyadarkan bangsa Barat akan pentingnya perdamaian dan persaudaraan. Kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa, seiring dengan makin banyaknya peminat karya-karya Gibran.
Diantara karya-karya Kahlil Gibran :
1. Nubdah fi Fann al-Musiqa (1905)
Buku pertama Gibran ini di terbitkan oleh al-Mohajir, berupa pidato lirik tentang seni musik dan sejarah musik tentang bangsa-bangsa zaman dahulu dan peran yang dimainkan musik dalam berbagai peradaban. Buku ini tidak nampak ciri karya seorang pemula karena imajinasinya terpendam oleh gaya berbunga-bunga, nada lesu dan ritme tidak pasti. Gaya lebih kuat dan ekspresi puitiknya punya kualitas maskulin yang benar-benar khas dirinya sendiri.
2. Al-‘Ara’is al-Muruj (1906)
Berisi kumpulan cerita pendek yakni berisikan kisah-kisah, baik kisah utopis, realis, ironis dan satiris. Dalam buku ini, Gibran menggambarkan masyarakat yang hirarkis sederhana, masyarakat golongan atas dan bawah yang merupakan kondisi yang banyak terdapat dalam masyarakat Arab tradisi. Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi Nimphs of The Valley.
3. Al-Arwah al-Mutammaridah (1908)
Buku ini mengangkat kondisi masyarakat tertindas di Lebanon sebagai tema sentral. Temanya lebih blak-blakan dan lebih berani di banding Bidadari Lembah.
4. Al-Ajnihah Al-Mukassirah (1912)
Menurut Gibran sendiri, buku ini memiliki kesesuaian dengan filsafat perkawinan. Dalam buku ini ia tidak mengungkapkan problem cinta, yang selalu menjadi topik sentral dalam seluruh novelnya. Definisinya tentang cinta tidak lagi Platonik atau Freudian, namun antara romantis dan spiritual. Dia bersikeras mengikuti cara Blaise Pascal, bahwa cinta bukanlah kerja akal namun kerja hati; cinta bukan sensasi hati secara badaniah, namun sensasi hati yang memiliki logikanya sendiri.
Buku ini diilhami kisah cinta pertamanya dengan Hala Daher tapi kemudian hubungan itu berakhir dengan kesedihan oleh kemauan ayah Hala Daher. Buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Broken Wings.
5. Kitab Dam ‘Ah wa al-Ibtisamah (1914)
Buku ini berisi puisi dan puisi-prosa, bahwa eksistensi manusia terombang-ambing diantara dua situasi-metafisik-problematis, yakni kesenangan dan penderitaan. Dalam kehidupan manusia tidak hanya ada sisi kesusahan tetapi ada realitas kebahagiaan, kesenangan dan cinta. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi A Tear and a Smile.
6. The Mad Man ; His Parabels and Poems (1918)
Dalam The Mad Man terdiri dari kumpulam puisi dan parabel. Di dalamnya sangat tampak pengaruh Nietzsche terhadap gaya Gibran dan trend yang mengikuti Zarathustra. Gibran tidak menyatakan kematian keilahian, tetapi mengungkapkan hubungan kerja sama antara Tuhan dan manusia dalam penciptaan.
7. Al-Mawakib (prosisi: 1919)
Berisi kumpulan puisi-puisi liris dalam bahasa Arab. Sebagian besar isinya tentang cinta dan kehidupan yang memiliki dua sisi, baik buruk, lembut-liar dan lain sebagainya. Puisinya menggambarkan aspek-aspek kehidupan, bahwa diri yang beradab selalu memahami kehidupan dari keteraturan dan tatanan, sedangkan dari spontan menganggap kehidupan sebagai kreatifitas yang liar dan tak teratur.
8. Al-‘Awasif (prahara: 1920)
Berisi antologi puisi, dengan tiga puluh satu judul berupa puisi dari cerpen. Diantara judul yang banyak diminati adalah Nifar al-Qubur, Ra’yu, Al-Syaithan, Al-Syair al-Bagali.
9. The Forreuner (1920)
Dalam pengantar buku ini manusia didefinisikan sebagai “pelopor”. Logikanya dalam buku ini mirip dengan dialektika Marx atau Sarte, secara psikologis inilah yang disebut aktualisasi diri. Isinya kisah-kisah simbolis dan parabel-parabel yang berkaitan dengan cinta dan kehidupan.
10. Al-Bada’I Wa al-Tara’if (1923)
Adalah kumpulan syair dan tulisan-tulisan pendeknya yang pernah dimuat dalam majalah Al-Hilal.
11. The Prophet (1923)
Gibran sendiri menulis bahwa pesan dalam buku sensasionalnya ini adalah “tujuan manusia hanyalah keabadian yang hadir di mana-mana, yang maha kuasa dan maha tahu” dan dalam cahaya itu, kasih sayang, keramahan, pengampunan dan kebajikan semacam itu menjadi kebutuhan untuk hidup dengan benar. Buku ini terbit dan terjual laris dalam gejolak perang dunia II.
Terdiri dari 26 khotbah puitik tentang perkara-perkara yang luas kisarannya. Tokoh dalam Sang Nabi; Almustafa menekankan identitas pokok dari cinta, kegembiraan, kepedihan dan kesedihan, inilah segi utama dari Sang Nabi. Almustafa disini adalah Yesus dan Muhammad yang menyatu padu, penjelmaan al-insan al-kamil dari tradisi sufi. Ciri yang mencolok adalah bahasa Injilinya King James.
12. Sand and Foam (1926)
Merupakan kompilasi pepatah dan kata-kata bijak, setiap kata-kata dalam kumpulan ini biasa digunakan untuk meditasi intelektual.
13. Kalimat Jubran (1927)
Berisi kumpulan aphorisma (kata-kata bijak) yang pernah ia tulis dan diterbitkan dalam banyak majalah.
14. Yesus The Son of Man (1928)
Dalam buku ini Gibran menyajikan 78 kesan yang berbeda tentang Yesus yang secara imajinatif berkaitan dengan kontemporernya, sifatnya nyata sekaligus fiksi. Gibran menempatkan Yesus dalam konteks kedewaan lainnya yang pernah hidup di dunia.
Rekontruksi imajinatif Gibran dilaksanakan dengan tujuan menantang pandangan satu-dimensi di kalangan teolog Barat tentang Kristus. Gibran menggali aspek-aspek sifat kemanusiaan Kristus, ia sering menggambarkan Yesus sebagai sosok yang mempunyai emosi mendua; terharu kepada yang miskin dan malang, marah membara terhadap yang puas kepada diri sendiri dan sombong. Dalam buku ini Yesus adalah suatu kepribadian yang amat terlibat dalam kehidupan emosional manusia, dengan amat mahir Gibran tidak menyamakannya.
15. The Earth God (1931)
Buku yang membentuk sebuah trilogi yang diarahkan untuk melaksanakan dimensi eksistensi manusia. Menitikberatkan hubungan Tuhan dan manusia. Manusia mempunyai keinginan untuk lebih dekat dengan Tuhan. Essai ini merupakan dialog yang terjadi antara tiga dewa, dua di antaranya menganggap bahwa manusia makanan untuk para dewa. Dewa ke-tiga, berupaya merubah sikap dua dewa yang totaliter itu, dia mengingatkan bahwa cinta merupakan kebijakan para dewa.
16. The Wanderer (1932)
The Wanderer menceritakan bahwa ideologi politik, sistem pendidikan, lembaga-lembaga keagamaan, hukum-hukum sosial, lingkungan keluarga kita, bahkan hubungan persahabatan kita, cenderung merampas subyektifitas kita, mematikan kebebasan kita untuk menyadari identitas diri.
Gibran memberikan jalan untuk keluar dari situasinya yaitu dengan menjalani kehidupan agape. Karena cinta murni tidak berpamrih, tidak egois dan tidak campur tangan terhadap kebebasan orang lain untuk “menjadi”, “berbuat”, dan “memiliki”. Di titik ini dia menggambarkan dengan beberapa contoh bagaimana cinta bekerja dalam hubungan akrab perkawinan, keluarga dan persahabatan.
17. The Garden of The Prophet (1933)
Buku ini merupakan kelanjutan kisah Almustafa dalam Sang Nabi.
Selain yang di atas, masih banyak buku-buku lain yang diterbitkan atas keinginan orang lain untuk memenuhi banyak peminat karya-karya Gibran, baik tentang biografinya, proses intelektual, pemikiran Gibran dan bakat seninya. Ada juga buku-buku yang terbit terdiri dari kumpulan tulisan-tulisan Gibran seperti A Treasury of Kahlil Gibran, The Voice of Kahlil Gibran, Spiritual of Sayings of Kahlil Gibran, Kahlil Gibran: A Self Potrait, dan Al-Majmu’ah al-Kamilah Li Muallafat Jubran Khalil Jubran.
Karya-karya Gibran pertama, berisi tentang keberanian, cerita yang mengisahkan orang-orang tertindas yang berjuang untuk kebebasan dan membawakan pesan keadilan, makian pedas kepada mereka yang memanfaatkan orang miskin. Kemudian karya-karyanya mulai mengkritisi ketidaksetaraan pria dengan wanita, ekstremisme agama, feodalisme dan cinta yang diluhurkan oleh tradisi.
Bentuk karya-karya Gibran terdiri dari dua bahasa yaitu bahasa Arab dan Inggris. Yang berbahasa Arab, diasumsikan untuk menggugah kesadaran bangsa-bangsa Arab pada keadaan mereka dan membantu menghapuskan penjajahan, termasuk Lebanon. Dan yang berbahasa Inggris, diasumsikan untuk menyadarkan bangsa Barat akan pentingnya perdamaian dan persaudaraan. Kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa, seiring dengan makin banyaknya peminat karya-karya Gibran.
Diantara karya-karya Kahlil Gibran :
1. Nubdah fi Fann al-Musiqa (1905)
Buku pertama Gibran ini di terbitkan oleh al-Mohajir, berupa pidato lirik tentang seni musik dan sejarah musik tentang bangsa-bangsa zaman dahulu dan peran yang dimainkan musik dalam berbagai peradaban. Buku ini tidak nampak ciri karya seorang pemula karena imajinasinya terpendam oleh gaya berbunga-bunga, nada lesu dan ritme tidak pasti. Gaya lebih kuat dan ekspresi puitiknya punya kualitas maskulin yang benar-benar khas dirinya sendiri.
2. Al-‘Ara’is al-Muruj (1906)
Berisi kumpulan cerita pendek yakni berisikan kisah-kisah, baik kisah utopis, realis, ironis dan satiris. Dalam buku ini, Gibran menggambarkan masyarakat yang hirarkis sederhana, masyarakat golongan atas dan bawah yang merupakan kondisi yang banyak terdapat dalam masyarakat Arab tradisi. Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi Nimphs of The Valley.
3. Al-Arwah al-Mutammaridah (1908)
Buku ini mengangkat kondisi masyarakat tertindas di Lebanon sebagai tema sentral. Temanya lebih blak-blakan dan lebih berani di banding Bidadari Lembah.
4. Al-Ajnihah Al-Mukassirah (1912)
Menurut Gibran sendiri, buku ini memiliki kesesuaian dengan filsafat perkawinan. Dalam buku ini ia tidak mengungkapkan problem cinta, yang selalu menjadi topik sentral dalam seluruh novelnya. Definisinya tentang cinta tidak lagi Platonik atau Freudian, namun antara romantis dan spiritual. Dia bersikeras mengikuti cara Blaise Pascal, bahwa cinta bukanlah kerja akal namun kerja hati; cinta bukan sensasi hati secara badaniah, namun sensasi hati yang memiliki logikanya sendiri.
Buku ini diilhami kisah cinta pertamanya dengan Hala Daher tapi kemudian hubungan itu berakhir dengan kesedihan oleh kemauan ayah Hala Daher. Buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Broken Wings.
5. Kitab Dam ‘Ah wa al-Ibtisamah (1914)
Buku ini berisi puisi dan puisi-prosa, bahwa eksistensi manusia terombang-ambing diantara dua situasi-metafisik-problematis, yakni kesenangan dan penderitaan. Dalam kehidupan manusia tidak hanya ada sisi kesusahan tetapi ada realitas kebahagiaan, kesenangan dan cinta. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi A Tear and a Smile.
6. The Mad Man ; His Parabels and Poems (1918)
Dalam The Mad Man terdiri dari kumpulam puisi dan parabel. Di dalamnya sangat tampak pengaruh Nietzsche terhadap gaya Gibran dan trend yang mengikuti Zarathustra. Gibran tidak menyatakan kematian keilahian, tetapi mengungkapkan hubungan kerja sama antara Tuhan dan manusia dalam penciptaan.
7. Al-Mawakib (prosisi: 1919)
Berisi kumpulan puisi-puisi liris dalam bahasa Arab. Sebagian besar isinya tentang cinta dan kehidupan yang memiliki dua sisi, baik buruk, lembut-liar dan lain sebagainya. Puisinya menggambarkan aspek-aspek kehidupan, bahwa diri yang beradab selalu memahami kehidupan dari keteraturan dan tatanan, sedangkan dari spontan menganggap kehidupan sebagai kreatifitas yang liar dan tak teratur.
8. Al-‘Awasif (prahara: 1920)
Berisi antologi puisi, dengan tiga puluh satu judul berupa puisi dari cerpen. Diantara judul yang banyak diminati adalah Nifar al-Qubur, Ra’yu, Al-Syaithan, Al-Syair al-Bagali.
9. The Forreuner (1920)
Dalam pengantar buku ini manusia didefinisikan sebagai “pelopor”. Logikanya dalam buku ini mirip dengan dialektika Marx atau Sarte, secara psikologis inilah yang disebut aktualisasi diri. Isinya kisah-kisah simbolis dan parabel-parabel yang berkaitan dengan cinta dan kehidupan.
10. Al-Bada’I Wa al-Tara’if (1923)
Adalah kumpulan syair dan tulisan-tulisan pendeknya yang pernah dimuat dalam majalah Al-Hilal.
11. The Prophet (1923)
Gibran sendiri menulis bahwa pesan dalam buku sensasionalnya ini adalah “tujuan manusia hanyalah keabadian yang hadir di mana-mana, yang maha kuasa dan maha tahu” dan dalam cahaya itu, kasih sayang, keramahan, pengampunan dan kebajikan semacam itu menjadi kebutuhan untuk hidup dengan benar. Buku ini terbit dan terjual laris dalam gejolak perang dunia II.
Terdiri dari 26 khotbah puitik tentang perkara-perkara yang luas kisarannya. Tokoh dalam Sang Nabi; Almustafa menekankan identitas pokok dari cinta, kegembiraan, kepedihan dan kesedihan, inilah segi utama dari Sang Nabi. Almustafa disini adalah Yesus dan Muhammad yang menyatu padu, penjelmaan al-insan al-kamil dari tradisi sufi. Ciri yang mencolok adalah bahasa Injilinya King James.
12. Sand and Foam (1926)
Merupakan kompilasi pepatah dan kata-kata bijak, setiap kata-kata dalam kumpulan ini biasa digunakan untuk meditasi intelektual.
13. Kalimat Jubran (1927)
Berisi kumpulan aphorisma (kata-kata bijak) yang pernah ia tulis dan diterbitkan dalam banyak majalah.
14. Yesus The Son of Man (1928)
Dalam buku ini Gibran menyajikan 78 kesan yang berbeda tentang Yesus yang secara imajinatif berkaitan dengan kontemporernya, sifatnya nyata sekaligus fiksi. Gibran menempatkan Yesus dalam konteks kedewaan lainnya yang pernah hidup di dunia.
Rekontruksi imajinatif Gibran dilaksanakan dengan tujuan menantang pandangan satu-dimensi di kalangan teolog Barat tentang Kristus. Gibran menggali aspek-aspek sifat kemanusiaan Kristus, ia sering menggambarkan Yesus sebagai sosok yang mempunyai emosi mendua; terharu kepada yang miskin dan malang, marah membara terhadap yang puas kepada diri sendiri dan sombong. Dalam buku ini Yesus adalah suatu kepribadian yang amat terlibat dalam kehidupan emosional manusia, dengan amat mahir Gibran tidak menyamakannya.
15. The Earth God (1931)
Buku yang membentuk sebuah trilogi yang diarahkan untuk melaksanakan dimensi eksistensi manusia. Menitikberatkan hubungan Tuhan dan manusia. Manusia mempunyai keinginan untuk lebih dekat dengan Tuhan. Essai ini merupakan dialog yang terjadi antara tiga dewa, dua di antaranya menganggap bahwa manusia makanan untuk para dewa. Dewa ke-tiga, berupaya merubah sikap dua dewa yang totaliter itu, dia mengingatkan bahwa cinta merupakan kebijakan para dewa.
16. The Wanderer (1932)
The Wanderer menceritakan bahwa ideologi politik, sistem pendidikan, lembaga-lembaga keagamaan, hukum-hukum sosial, lingkungan keluarga kita, bahkan hubungan persahabatan kita, cenderung merampas subyektifitas kita, mematikan kebebasan kita untuk menyadari identitas diri.
Gibran memberikan jalan untuk keluar dari situasinya yaitu dengan menjalani kehidupan agape. Karena cinta murni tidak berpamrih, tidak egois dan tidak campur tangan terhadap kebebasan orang lain untuk “menjadi”, “berbuat”, dan “memiliki”. Di titik ini dia menggambarkan dengan beberapa contoh bagaimana cinta bekerja dalam hubungan akrab perkawinan, keluarga dan persahabatan.
17. The Garden of The Prophet (1933)
Buku ini merupakan kelanjutan kisah Almustafa dalam Sang Nabi.
Selain yang di atas, masih banyak buku-buku lain yang diterbitkan atas keinginan orang lain untuk memenuhi banyak peminat karya-karya Gibran, baik tentang biografinya, proses intelektual, pemikiran Gibran dan bakat seninya. Ada juga buku-buku yang terbit terdiri dari kumpulan tulisan-tulisan Gibran seperti A Treasury of Kahlil Gibran, The Voice of Kahlil Gibran, Spiritual of Sayings of Kahlil Gibran, Kahlil Gibran: A Self Potrait, dan Al-Majmu’ah al-Kamilah Li Muallafat Jubran Khalil Jubran.
No comments:
Post a Comment