Monday, August 27, 2012

Problematika Penerapan Kurikulum Muatan Lokal Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Sasak (Studi Kasus di SDN Sempoja, Bagu Kecamatan Pringgarata Loteng) (AI-52)

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur bedasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, perkembangan masyarakat serta kebutuhan pembangunan

Disadari ataupun tidak, hakikat segala sesuatu yang ada di dunia ini perlu diatur, pengaturan itu dimaksudkan untuk mengarah kepada usaha kelancaran, keteraturan kedinamisan, dan ketertiban suatu usaha untuk mencapaui tujuan yang dikehendaki. Terlebih lagi dunia pendidikan yang semakin kompleks mutlak diperlukan manajerial yang memuat seperangkat konsep dan teori yang dapat diaplikasikan secara komprehensip untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan.


“Dalam pendidikan formal pelaksanaan pendidikan dibagi atau diatur dalam tahapan/tingkatan pelaksanaan pendidikan. Tingkat pendidikan dalam sistem pendidikan nasional terdiri atas tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Setiap tingkat memiliki tujuan tersendiri yang meningkatan penjabaran dari tujuan umum pendidikan nasional. Tujuan setiap tingkat pendidikan dinamakan tujuan lembaga pendidikan atau tujuan institusional. Untuk mencapai tujuan institusional diperlukan alat dan sarana pendidikan, satu diantaranya adalah kurikulum untuk setiap lembaga pendidikan. Kurikulum inilah yang menjadi alat untuk membina dan mengembangkan siswa menjadi manusia yang berilmu (berkemampuan intelektual tinggi/cerdas), bermoral (memahami dam memiliki nilai-nilai sosial dan nilai religi) sebagai pedoman hidupnya serta beramal (menggunakan ilmu yang dimilikinya untuk kepentingan dan masyarakat) sesuai dengan fungsinya sebagai mahluk sosial” (Sudjana, 2002: 3).

Bagi ahli-ahli sosiologi pendididikan, kurikulum adalah lebih daripada tex-book, lebih dari pada subject metterlebih dari pada rangkaian pelajaran, bahkan lebih dari pada pelajaran kursus (Ahmadi, 2004:129). Jadi kurikulum adalah situasi dan kondisi yang ada untuk mengubah sikap anak. Definisi ini berarti : bahwa situasi itu diarahkan atau dipimpin kepada pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Bahkan kurikulum termasuk di dalamnya : subject metter, metode, organisasi sekolah dan organisasi kelas, serta pengukuran.

Penerapan kurikulum muatan lokal erat kaitannya dengan Undang-undang Republik Indoensia No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 38 ayat (1) menyatakan bahwa : “Pelaksanaan kegiatan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang sesuai dengan keadaan, serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan”.

Menurut pasal 38 ayat (1) di atas, kurikulum pendidikan dasar mengandung dua muatan, yaitu muatan kurikulum yang berlaku secara nasional, dan muatan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah atau disebut kurikulum muatan lokal.

“Pengertian kurikulum muatan lokal berbeda dengan pengertian kurikulum nasional. Kurikulum nasional adalah seperangkat rencana dan pengutar mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan secara nasional dan wajib dipelajari oleh semua siswa di seluruh wilayah Indonesia dan sekolah Indonesia yang berada di luar negeri serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengatueran mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah atau lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar” (Depdikbud, 1994:3-4).

Kurikulum muatan lokal merupakan bagian yang tak terpisah dari kurikulum nasional. Keberadaan kurikulum muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal harus mendukung pelaksanaan kurikulum nasional.

SDN Sempoja, Bagu Kecamatan Pringgarata Loteng menerapkan kurikulum muatan lokal dalam upaya meningkatkan keterampilan berbahasa Sasak. Hal ini dinilai berdampak positif terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa Sasak, terutama dalam bertutur kata yang sopan sesuai dengan tata krama berbahasa Sasak.

Mengacu pada gambaran-gambaran di atas, maka penulis ingin mencermati dan meneliti lebih jauh tentang “Problematika Penerapan Kurikulum Muatan Lokal dalam Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Sasak (Studi Kasus di SDN Sempoja, Bagu Kecamatan Pringgarata Loteng)”.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

No comments:

Post a Comment