Saturday, December 22, 2012

CONTOH SKRIPSI MATEMATIKA LENGKAP PENERAPAN METODE INQUIRI PADA PEMBELAJARAN MATERI POKOK GARIS


PENERAPAN METODE INQUIRI PADA PEMBELAJARAN MATERI POKOK GARIS DAN SUDUT UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR  SISWA KELAS
VII SEMESTER II MTs HIDAYATULLAH AMPENAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010



MOTTO

Tidak ada istilah tua untuk belajar  & Kesabaran adalah tanaman yang pahit namun manis buahnya. Ditengah-tengah tiap kesulitan selalu ada kemudahan
jika kamu percaya bahwa kamu bisa, kamu pasti bisa, kenyataan hidup
yang penuh rintangan akan membuat seseorang
mencapai kematangan pribadi.


PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada:
v  Tuhan yang maha Esa, Allah SWT. Terima kasih atas segalanya, aku mensyukuri semua yang telah Kau berikan dan Kau takdirkan untukku.
v  Ayahanda dan ibunda tercinta (Muhtar dan Marda). Terima kasih atas semua hal terbaik dan terindah yang selalu kalian hadirkan untuk anakda, untuk piluh dan airmata yang telah menetes karena anakda. Walaupun Ananda berusaha menggantinya, tetap tidak akan pernah cukup untuk membayar semuanya.
v  Untuk kakak dan kakak iparku tersayang (Nurhayati dan Asrul). Terima kasih atas bantuan dan dukungan morilnya sehingga adikda bisa menyelesaikan kuliah.
v  KakakQ Sarti. Makasih ya kak sudah hampir 5 tahun bersamaku di dalam suka maupun duka selama kita berada jauh dari orangtua. Walau terkadang kita berselisih pendapat, aku tau kau sangat menyayangiku dan berusaha menjadi ayah dan ibu untukku. I love u....
v  Untuk adik dan keponakanQ tercinta (Sahrul Ramadhan, Aniq and Ainun), Walaupun kalian masih kecil tapi kalian selalu berusaha melindungi kakak-kakakmu dan berusaha adil pada kami semua. I love you my litle hero!!!
v  Untuk sahabat-sahabatQ yang baik hati dan tidak sombong: R5MN (Ros, Rahmah, Rathu, Ratih, Marni and Nur), Arta, Ela, Is, & teman-teman kos ku Ida, Haris, Steven, Slenk Nunung, teman seperjuangan ku (kak Atun, Eka, Fitri, Ayu), serta angkatan 2006 jurusan matematika khususnya kelas F Pokoknya semuanya deh!! Terima kasih ya atas kebersamaan dan kekompakannya. Aku nggak mau pisah dari kalian semua...
v  Dosen-dosen yang telah membina dan membimbingku
v  Untuk almamaterku tercinta, IKIP Mataram.


Deklarasi


Abstrak: Pembelajaran yang baik dan berkualitas adalah pembelajaran yang menggunakan metode dengan tepat dan mampu berinteraksi disaat pembelajaran berlangsung. Salah satu pembelajaran dimaksud adalah pembelajaran dengan penerapan metode inquiri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah metode inquiri pada pembelajaran materi pokok garis dan sudut dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 22 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus dengan masing-masing terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap observasi, tahap evaluasi, dan tahap repleksi. Intrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi untuk memperoleh gambaran langsung tentang aktivitas belajar siswa melalui penerapan metode inquiri dan prestasi belajar siswa kelas VII MTs Hidayatullah Ampenan materi garis dan sudut. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan metode inquiri pada pembelajaran materi pokok garis dan sudut untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini terlihat dari hasil observasi aktivitas siswa dan hasil evaluasi belajar siswa yang mana dari jumlah 22 siswa yang mendapat nilai  65 sebanyak 20 siswa.


Kata Kunci: Penerapan metode inquiri, aktivitas dan prestasi belajat.
Abstrack: the good learning and quality is learning whie use good method and can interaction when studyng. One of the learning is learning with inquiry of method. The purpose this research for knowing what inquiry in learning line and corner for increase aktinity and study resul student class VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan academic year 2009/2010 with total of student 22 persons. The kind of this researce is stady casues (PTK) whic define two of siclus with eash other siclus has the fine levels 4 suchs planing, observation, evaluation and revelaction. Instrumen of research wich used is observation for get direch abaut activity student in class to implementation inquiry of method and study result student class VII MTs Hidayatullah Ampenan in learning line and corner. Kind of this researce qualitative and quantitative. From analisis of data can conclused that the implementation of inquiry in learning line and corver for increase aktivity and study resul student class VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan academic year 2009/2010. we can show from result activity of observation student and result of evaluation student where from 22 student wich good the score ≥65 totality 20 student.



Key Terms: Implementation inquiry of method, aktivity and study resul.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada era desentralisasi sekarang ini peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) menjadi prioritas utama dalam program pembangunan jangka panjang tahap ke II 1994-2018. Peningkatan mutu sumber daya manusia diharapkan untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia, sehingga menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Kondisi aktual hanya dapat dicapai apabila pelaksanaan pendidikan yang bermutu diterapkan dan sesuai kebutuhan disegala bidang (Wardani, 2003).
Dalam Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Wardani, 2003).
Dalam pembelajaran matematika di kelas VII MTs Hidayatullah Ampenan, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Hal ini berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara pada tanggal 09 Januari 2010 dengan ibu Fatmawati, S.Pd selaku guru matematika kelas VII. Sebagian besar siswa yang masih takut bertanya pada guru saat proses belajar berlangsung. Permasalahan yang lain adalah guru lebih banyak menerapkan pembelajaran dengan metode ekspositori dalam menyampaikan materi pelajaran, dimana siswa dipandang sebagai obyek yang menerima apa saja yang diberikan oleh guru.
Permasalahan di atas diduga merupakan penyebab rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Berikut data nilai ulangan umum mata pelajaran matematika kelas VII semester I MTs Hidayatullah Ampenan tahun pelajaran 2009/2010.
Tabel 1.1. Nilai ulangan umum mata pelajaran matematika kelas VII semester I MTs Hidayatullah Ampenan tahun pelajaran 2009/2010

No
Kelas
Jumlah siswa
Nilai rata-rata
1.
VII
22
60

(Sumber: Daftar nilai guru matematika)

Dari data hasil observasi yang dilakukan peneliti di atas, maka diketahui bahwa nilai tara-rata kelas VII di MTs Hidayatullah Ampenan masih belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sedangkan nilai KKM yang harus diperoleh minimal 65 sehingga kelas tersebut dijadikan sebagai subyek penelitian.
Berdasarkan pengalaman mengajar ibu Fatmawati, S.Pd di kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan pada tahun pelajaran 2008/2009 bahwa materi yang masih sulit dipahami oleh siswa adalah materi pokok garis dan sudut.

Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai berikut ini:
Materi
Nilai rata-rata ulangan harian
Prosentase ketuntasan
VII A
VII B
VII A
VII B
1.      Perbandingan dan Aritmatika Sosial 
2.      Himpunan
3.      Garis Dan Sudut
4.      Segitiga
5.      Segi Empat
63,76

68,52
60
60, 95
  64, 09
60.03

59
55
64
   64,44
48%

81%
48%
57%
   29%
15%

25%
26%
20%
     25%
Tabel 1.2.









 Nialai rata-rata ulangan harian dan prosentase ketuntasan untuk masing-masing materi pokok semester II MTs Hidayatullah
Ampenan tahun pelajaran 2008/2009.
(Sumber: Daftar nilai gauru matematika)

Metode mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Untuk itu seorang guru dituntut untuk dapat memilih, menetapkan serta mampu menggunakan metode pengajaran yang tepat yang sesuai dengan situasi dan kondisi dimana terjadinya kegiatan belajar mengajar. Semakin cepat, lancar dan efektif pengajaran yang disiplin, semakin efektif pula pencapaian tujuan pengajaran (Wardani, 2003).
Untuk merealisikan masalah tersebut, dibutuhkan perhatian yang serius bagi pendidik (guru) dan terampil dalam memilih, menetapkan, dan menggunakan metode yang tepat dan cara pelaksanaan yang benar, baik berupa alat pengajaran, metode, pendekatan dan organisasi serta administrasinya. “Seorang guru sebagai orang tua kedua harus mampu menarik simpati, sehinga menjadi idola bagi para siswanya” oleh karena itu kecakapan dan kepandaian dalam menentukan metode menjadi hal yang pokok dalam proses belajar mengajar sehingga guru mampu memperlakukan siswa dengan layak. Salah satu metode pengajaran yang digunakan adalah metode pengajaran inquiri (Usman, 2002).
Metode inquiri merupakan metode pengajaran yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Dalam penerapan metode ini siswa dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan kreativitas dan pemecahan masalah yang dihadapinya sendiri. Metode pengajaran inquiri akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kondusif, serta mempermuda dan memperlancarkan kegiatan belajar mengajar (Sudjana, 2002).
Berdasarkan uraian di atas salah satu strategi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman kepada siswa tentang materi yang diajarkan. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan metode inquiri pada pembelajaran materi pokok garis dan sudut  untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII semester II MTs  Hidayatullah Ampenan tahun pelajaran 2009/2010”. 
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.2.1.      Apakah penerapan metode inquiri dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan pada pembelajaran materi pokok garis dan sudut  tahun pelajaran 2009/2010”?
1.2.2.      Apakah penerapan metode inquiri pada pembelajaran materi pokok garis dan sudut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan tahun pelajaran 2009/2010”?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.3.1.      Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan  tahun pelajaran 2009/2010.
1.3.2.      Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan  tahun pelajaran 2009/2010.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1.      Bagi Siswa
Penelitian ini dapat merangsang siswa lebih aktif dalam belajar matematika serta merangsang kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan masalah sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang lebih baik seperti yang diharapkan.
1.4.2.      Bagi Guru
a.          Menjadi salah satu alternatif pelaksanaan proses belajar mengajar untuk membantu siswanya dalam meningkatkan prestasi belajar.

b.      Sebagai salah satu acuan dalam menentukan berbagai pilihan metode pembelajaran matematika yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
1.4.3.      Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan suatu acuan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran dan dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah pembelajaran terutama pembelajaran matematika.
1.5.Definisi Operasional
Supaya tidak menimbulkan kesalahan interpretasi, maka beberapa istilah penting dalam judul perlu dijelaskan, antara lain:
1.5.1.      Inquiri
Inquiri merupakan penyampaian pengajaran dengan menelaah sesuatu yang bersifat mencari atau siswa menemukan sendiri  dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan (Arikunto, 2006).
1.5.2.      Aktivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian aktivitas adalah kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan di tiap bagian di sekolah (Depdiknas, 2002).



1.5.3.      Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar, dalam Kamus Bahasa Indonasia (2001) prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan). Slameto (2005) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkunganya.
Berdasarkan uraian di atas yang sikmaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil dan taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan pengetahuan.
1.6.Lingkup Penelitian
Untuk membatasi masalah agar lebih terarah maka ditentukan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1.6.1.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Hidayatullah Ampenan tahun pelajaran 2009/2010.
1.6.2.      Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan tahun pelajaran 2009/2010
1.6.3.      Obyek Penelitian
Adapun obyek penelitian ini adalah  penerapan metode inquiri  pada pembelajaran materi pokok garis dan sudut; aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan tahun pelajaran 2009/2010. 



 
                                                                           BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori
2.1.1.      Belajar dan Pembelajaran
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang berkaitan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Seseorang baru dikatakan belajar jika orang tersebut telah mendapatkan hasil atau terjadinya tingkah laku berupa perubahan dalam ilmu pengetahuan keterampilan, sikap emosi dan sebagainya.
Pembelajaran merupakan suatu proses (aktivitas) belajar mengajar yang didalamnya ada dua subyek yaitu pengajar dan peserta belajar. Tugas dan tanggung jawab seorang pengajar adalah membangun kesadaran dan keterlibatan aktif dari dua subyek pengajaran tersebut. Dimana dalam kontaks pengajaran, pengajaran adalah penginisiatif awal dan pengaruh serta pembimbing, sedangkan peserta belajar sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pelajaran (Sardiman, 2001).
Keterkaitan proses belajar  siswa dengan proses mengajar guru dapat menimbulkan interaksi belajar dan mengajar (terjadinya proses pengajaran). Interaksi tidak datang begitu saja dan tidak tumbuh tanpa pengaturan dan perencanaan. Namun perencanaan dan pengaturan dalam proses belajar mengajar sangatlah perlu diperhatikan dimana perencanaan tersebut hendaknya terlebih dahulu dirumuskan dan ditetapkan komponen dan variabel dalam proses belajar mengajar agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif.
2.1.2.      Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi:
2.1.2.1.      Guru memberikan kepercayaan kepada kelas agar kelas memiliki belajar secara terstruktur.
2.1.2.2.Guru dan siswa membuat kontrak kerja
2.1.2.3.      Guru menggunakan metode inquiri atau belajar menemukan.
2.1.2.4.Guru menggunakan metode simulasi.
2.1.2.5.      Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.
2.1.2.6.Guru sebagai fasilitator belajar.
2.1.2.7.      Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreatifitas (Dimyanti, 2006).



2.1.3.      Penerapan Metode Inquiri
2.1.3.1.Pengertian Penerapan Metode Inquiri
Menurut Hamalik (2001), metode inquiri adalah strategi yang berpusat pada siswa (Student-Center-Strategi) dimana kelompok siswa dibawah ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006), metode inquiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengelolah pesan, sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
2.1.3.2.      Syarat-Syarat Penerapan Metode Inquiri
Menurut Sudjana (2002), syarat-syarat penerapan metode inquiti yaitu:
a.       Guru harus terampil dalam memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada siswa, (persoalan merupakan sumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan sesuai dengan kelas siswa.
b.      Guru harus terampil dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.
c.       Adanya fasilitas belajar dan sumber belajar yang cukup.
d.      Adanya kebebasan siswa berpebdapat dan berkarya.
e.       Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar.
f.       Guru tidak banyak campur tangan dari interpensi terhadap kegiatan siswa.
2.1.3.3.      Langkah-Langkah Penerapan Metode Inquiri
Langkah umum dalam pelaksanaan metode inquiri, adalah sebagai berikut:
a.       Mengidentifikasi kebutuhan siswa
b.      Menyeleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari.
c.       Menyeleksi bahan dan problema atau tgas-tugas.
d.      Membantu dalam memperjelas:
e.       Mempersiapkan setting kelas dan alat yang diperlukan.
f.       Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diperoleh dan tugas-tugas siswa.
g.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.
h.      Membant siswa dengan informasi atau data jika diperlukan.
i.        Memuji dan memperbesar siswa yang tergiat dalam proses penemuan.
j.        Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi hasil penemuan.
Sedangkan menurut Sudjana (2002), dalam melaksanakan penerapan metode inquiri ada beberapa tahapan yang harus ditempuh antara lain:
a.       Merumuskan masalah untuk dipecahkan.
b.      Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan hipotesis.
c.       Siswa mencari data, fakta yang diperlikan intuk menjawab permasalahan atau hipotesis.
d.      Menarik kesimpulan atau generalisasi.
e.       Mengaplikasikan kesimpulan, generalisasi dalam situasi  tertentu.
2.1.4.      Penerapan Metode Inquiri dan Aplikasinya di Sekolah
Penerapan metode inquiri merupakan salah satu metode yang digunakan oleh guru untuk menyajikan suatu mata pelajaran pada siswa (Sudjana, 2002).
2.1.4.1.      Cara Pelaksanaan Inquiri
Cara pelaksanaan inquiri menjadi tiga cara:
1)      Inquiri terpimpin, yakni pelaksanaan penyelidikan dilakukan berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing, pelaksanaan pengajaran dimulai dari suatu pernyataan inti.
2)      Inquiri bebas, yaitu melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientist, masalah dirumuskan sendiri, eksperimen dilakukan sendiri dan kesimpulan konsep diperoleh sendiri.
3)      Inquiri bebas yang modifikasi, yaitu berdasarkan masalah yang diajukan guru, dengan konsep atau teori yang sudah dipahami, siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenarannya (Ali, 2002).
2.1.4.2.      Kelebihan dan Kelemahan Metode Inquiri
1)      Kelebihan Metode Inquiri
a)      Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consep” dap dri siswa sehingga siswa dapa mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b)      Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.
c)      Mendorong siswa agar berfikir intuatif dan merumuskan hipotesanya sindiri.
d)     Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik.
e)      Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
f)       Dapat mengembangkan bakat indifidu.
g)      Memberikan kebebasan untuk belajar sendiri.
h)      Dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
i)        Mem,beri waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat menerapkan dan mengakomodasikan informasi (Roestyah, 2001).
2)      Kelemahan Metode Inquiri
Kelemahan dari metode kini antara lain, memerlukan waktu yang banyak sehingga kalau kurang terpimpin dan terarah dapat menjurus kepada kekaburan atas materi yang dipelajari (Makmun, 2004.)
2.1.5.      Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar, dalam Kamus Bahasa Indonasia (2001) prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan). Slameto (2005) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkunganya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu (Slameto, 2003).
2.1.5.1.      Faktor-Faktor Intern
Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu:
1)      Faktor Jasmaniah
a)      Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagien-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya karena proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang tersebut terganggu.
b)      Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tengan, lumpuh, dan lain-lain.
2)      Faktor Psikologis
a)      Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b)      Perhatian
Perhatian menurut Gajali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada sesuatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.
c)      Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
d)      Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikilogis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk belajar merupakan kondisi psikilogis yang mendorong seseorang untuk belajar.
e)      Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya suidah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
f)       Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.
2.1.5.2.      Faktor-Faktor Ekstern
1)      Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
a)      Cara Orang Tua Mendidik
Menurut Sudjipto Wirowidjojo mengatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat, besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsan, Negara dan dunia. Melihat pernyataan di atas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya (Slameto, 2003).
b)      Relasi Antar Anggota Keluarga
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih saying, disertai dengan bimbingan untuk mensukseskan prestasi belajar anak sendiri.
c)      Suasana Rumah Tangga
Suasana rumah tangga yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar.
d)      Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar dan prestasi anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
e)      Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya agar prestasi belajar anak meningkat.
 
2)      Faktor Sekolah
a)      Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kutang baik akan mempengaruhi prestasi belajar siswa yang tidak baik pula.
b)      Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberika kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap prestasi belajar.
c)      Relasi Guru Dengan siswa dan Antar siswa
Menciptakan relasi yang baik antar siswa dan guru adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa.
d)      Metode Belajar
Banyak siswa melaksanakan metode belajar yang salah. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
3)      Faktor Masyarakat
a)      Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat
Kegiatan siswa hendaknya dibatasi dalam masyarakat agar jangan sampai mengganggu prestasi belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar.
b)      Mass Media
Hendaknya siswa mendpatkan bimbingan dan control yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
c)      Taman Bergaul
Sangat perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.

2.1.6.      Garis
2.1.6.1.   Pengertian Garis
                                            
                        A                    B   
Sukono (2006) garis adalah deretan titik-titik (bisa tak berhingga jumlahnya) yang saling bersebelahan dan memanjang kedua arah. Titik-titik tersebut kita gambar menyatu satu sama lain segingga seperti gambar di atas.
Untuk menamakan sbuah garis, kita ambil duia titik (misalkan A dan B) yang mewakili titik-titik lain dalam garis tersebut sehingga kita namakan sebagai garis AB ditulis .
2.1.6.2.  Sifat-Sifat Garis
1.      Melalui dua titik hanya dapat dibuat satu garis saja.
2.      Garis AB adalah jarak terdekat antara titik A dan titik B.
3.      Suatu garis dapat diperpanjang secara tak terbatas ke kedua arahnya.
2.1.6.3.      Kedudukan Dua Garis
1)      Dua garis sejajar
Dua garis dikatakan sejajar jika kedua garis tersebut tidak memiliki titik persekutuan/titik potong.

2)      Dua garis berpotongan
Dua garis dikatakan berpotongan, jika kedua garis tersebut memiliki satu titik persekutuan/titik potong
3)      Dua garis berimpit
Dua garis dikatakan saling berimpit jika kedua garis tersebut memiliki lebih dari satu titik persekutuan/titik potong.
2.1.6.4.      Garis Vertikal dan Horizontal
Pada bidang koordinat, garis vertikal garis yang sejajar dengan sumbu Y, dan garis horizontal merupakan garis yang sejajar sumbu X. garis vertikal dan horizontal berpotongan tegak lurus di satu titik. Dalam koordinat Cartesius, sumbu Y (garis vertikal) dan sumbu X (garis horizontal) berpotongan tegak lurus di titik 0.
Roket yang sedang meluncur ke atas adalah contoh benda yang bergerak dengan arah vertikal sedangkan contoh benda yang bergerak dengan arah horizontal adalah kapal laut.
2.1.7.      Sudut
2.1.7.1.      Pengertian Dasar Tentang Sudut
Secara matematis, sudut dapat didefenisikan sebagai berikut.
Sukono (2006) sudut adalah daerah yang terbentuk dari pertemuan atau perpotongan dua garis pada satu titik.
Pada beberapa sumber, sudut didefinisikan sebagai suatu ukuran (measure) dari rotasi sebuah garis di satu titik.
Kaki sudut merupakan garis-garis pembentuk sudut. Garis AC dan AB adalah kaki sudut. Titik A disebut pangkal atau titik sudut atau pojok. Daerah yang diarsir disebut daerah sudut dan selanjutnya disebut sudut.

Dalam memberikan pengertian tentang sudut, dapat kita simpulkan sebagai berikut.
-          Kaki sudut adalah garis-garis pembentuk sudut
-          Titik sudut adalah titik perpotongan atau pertemuan kedua kaki sudut.
-          Daerah sudut adalah daerah yang dibatasi oleh kedua kaki sudut.
2.1.7.2.      Notasi dan Nama Sudut
Sudut dinotasikan dengan lambing “”. Lambang ini diikuti dengan nama sudut tersebut. Pemberian nama sudut dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu:
1)      Memberi nama sudut dengan huruf Yunani
Nama sudut dapat dinyatakan secara langsung dengan huruf Yunani. Huruf Yunani yang biasa digunakan adalah  (alfa),  (beta),  (gamma), dan  (teta). Jika daerah sudut dinamai , maka sudutnya ditulis  (“dibaca alfa”).
2)      Memberi nama sudut dengan tiga huruf
Untuk memberikan nama sudut, nama titik sudut diletakkan di tengah kedua nama ujung kaki sudut tersebut. Ketiga titik ditulis dengan huruf capital. Misalkan ketiga titik pada kaki sudut adalah A, B, dan C. A merupakan pangkal, B dan C merupakan ujung. Nama sudut itu adalah BAC atau CAB, atau dapat juga ditulis sudut BAC atau sudut CAB.
3)      Memberi nama sudut dengan satu huruf
Penamaan sudut dengan satu huruf sesuai dengan titik pangkalnya. Adalah A, maka sudut itu diberi nama A atau sudut A.
2.1.7.3.      Satuan Sudut
Satuan sudut yang sering digunakan untuk mengukur besar sudut ada tiga, yaitu:
1)      Sistem sexagesimal
Dalam sistem ini, besar sudut diukur besar sudut derajat.

10 dibaca satu derajat
60 dibaca enam puluh menit
60’’’ dibaca enam puluh detik
2)      Sistem centesimal
Dalam sistem ini besar sudut diukur dalam satuan grad.
3)      Ukuran lingkaran
Dalam sistem ini  besar sudut diukur dalam radia. 1 radian ditulis sebagai 1c.   
2.1.7.4.      Sudut Sebagai Jarak Putar
Sudut sebagai jarak putar dapat dipandang sebagai ukuran dari rotasi (perputaran) sebuah garis pada satu titik,  contohnya adalah pada perputaran jarum jam.
Jika jarum panjang pada jam yang mengarah ke angka 12 diputar hingga kembali ke angka 12, maka jarum jam tersebut dikatakan satu putaran  penuh. Dalam matematika, bidang atau jarak putar satu putaran penuh tersebut membnetuk sudut sebesar 3600.
Jika jarum panjang berputar ½ putaran, yaitu berputar dari angka 12 dan berakhir pada angka 6, maka dikatakan jarum membentuk sudut lurus sebesar 1800.
Jika jarum panjang berputar dari angka 12 dan berakhir pada angka 3, maka jarum panjanga tersebut berputar ¼ putaran, dan membentuk sudut siku-siku sebesar 900.  pada putaran jarum jam, semakin jauh jarak putar ujung jarum maka sudut yang diperoleh semakin besar.


2.1.7.5.      Melukis dan Mengukur Sudut dengan Busur Derajat
Kita dapat menggunakan busur derajat  untuk mengukur dan melukis sudut. Pada busur derajat, dapat kita lihat bahwa pada satu sisinya terdapat skala bagian luar dan skala bagian dalam yang urutanya saling berlawanana arah. Tujuanya adalah untuk kemudahan dalam melukis dan mengukur sudut.
1)      Melukis sudut
Untuk menggambar sebuah sudut, misalnya KLM dengan ukuran 600, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a)      Gambarlah salah satu kaki sudut KLM, misalnya KL dengan L sebagai titik sudutnya
b)      Letakkan busur derajat pada garis KL sedemikian sehingga garis nol pada busur berimpit dengan garis KL dan titik L berimpit dengan titik tengah (pusat) busur.
c)      Perhatikan angka nol pada busur yang berimpit dengan garis KL, ada yang terletak di dalam dan di luar. Jika letak angka nol ada pada skala bagian luar, maka angka 60 yang digunakan pada skala bagian luar. Jika angka nol ada pada skala bagian dalam maka anfgkaa 60 yang digunakan pada bagian dalam. Beri tanda titik M pada posisi 600.
d)     Lepas busur, kemudian tarik garis dari titik sudut L ke titik M yang sudah ditandai tadi.  Buat keterangan sudut 600dengan garis lengkung dan arsiran.
2)      Mengukur sudut
Langkah-langakah dalam mengukur suatu sudut dengan busur derajat adalah sebagai berikut :
a)      Himpitkan titik tengah busur dengan titik sudut yang akan diukur sehingga salah satu kakinya berimpit dengan titik nol.
b)      Perhatikan titik nol pada busur, agar dapat memakai skala derajat tersebut. Bacalah besar sudut yang tertera pada kaki sudut lainnya.
2.1.7.6.      Jenis-Jenis Sudut
Berikut ini diberikan beberapa jenis sudut mulai dari sudut yang kecil hingga sudut yang besar dan sering digunakan dalam geometri.
 

              Tabel 2.1. Jenis dan besar sudut
Jenis Sudut
Besar Sudut
Sudut lancip
00 <  < 900
Sudut siku-siku
 = 900
Sudut tumpul
900 <  < 1800
Sudut lurus
 = 1800
Sudut refleks
1800 <  < 3600
Sudut satu putaran penuh
 = 3600

2.1.7.7.      Melukis Sudut-sudut Tertentu dengan Menggunakan Penggaris dan Jangka
Untuk melukis sudut yang besarnya telah ditentukan, dugunakan penggaris, jangka, dan busur derajat. Berikut ini langkah-langkah meluikis sudut dengan penggaris dan jangka.
1)      Membagi sudut menjadi dua bagian sama besar
Misalkan kita ingin membagi BAC menjadi dua bagian yang sama besar. Lukiskan busur dengan menggunakan jangka yang berpusat di A sehingga memotong AB dan AC. Titik-titik potongnya kita namakan Q dan R.
a)      Dengan pusat masing-masing di Q dan R, lukiskan busur lingkaran dengan jari-jari lingkaran yang sama. Titik potongnya kita namakan P.
b)      Hubungkan titik A dan P maka akan diperoleh ACP dan ABP.
c)      BAC = 2 PAC = 2 BAP
d)     PAC = BAP.
2)      Melukis sudut 900
a)      Lukis sebuah garis lurus l dan tetapkan sebuah titik pada garis tersebut, yaitu titik P.


b)      Dengan pusat P buat busur lingkaran yang memotong garis l di Q dan S dengan posisi jangka tertentu.
c)      Dengan pusat Q dan S buat jari-jari lingkaran yang sama besar.
d)     Hubungkan titik P dan U maka diperoleh QPU = 900 dan Ð SPU = 900.
3)      Melukis sudut 600
a)      Lukis sebuah garis l dan titik P pada garis tersebut.
b)      Dengan pusat P lukiskan busur lingkaran yang memotong gris l di titik Q.
c)      Dengan pusat Q dan lebar jangka yang sama, lukiskan busur lingkaran yang memotong busur lingkaran awal dan tandai dengan R.
d)     Hubungkan titik P dan R maka diperoleh QPR = 600.
a)      Lukis sudut 900 dengan langkah-langkah seperti pada bagian nomor 2.
b)      Dengan pusat B dan T buat busur lingkaran yang saling berpotongan di R.
c)      Hubungkan titik M dan R maka diperoleh sudut lambing BMR = 450.      

4)      Melukis sudut 300
a)      Lukis sudut 600 dengan langkah-langkah separti bagian nomor 3.
b)      Dengan pusat R dan Q serta jari-jari lingkaran yang sama besar, lukiskan busur lingkaran yang saling berpotongan di R.
c)      Hubungkan titik S dan P, maka diperoleh QPS = 300.
2.1.7.8.      Hubungan Antarsudut
Dua buah sudut dapat mempunyai hubungan saling: berpelurus, berpenyiku, bertolak belakang, sehadap atau berseberangan. Dalam pasal ini kita hanya akan membahas pengertian dari tiga hubungan yang pertama. Khusus untuk sudut yang sehadap dan berseberangan akan kita bahas pada pasal berikutnya.

1)      Pasangan sudut yang saling berpelurus (bersuplemen)
Perhatikan masing-masing sudut ROT dan sudut TOR.kedua sudut tersebut bilka dihimpitkan akan membentuk sudut 1800. sudut ROT dan sudut TOL dikatakan sudut yang saling berpelurus.
Dua sudut a dan b yang saling berpelurus jumlahnya 1800dan ditulis a + b = 1800.
2)      Sepasang sudut yang saling berpenyiku (berkomplemen)
Dua sudut a dan b yang saling berpenyiku jumlahnya 900 dan ditulis a + b = 900

3)      Sepasang sudut yang saling bertolak belakang
                                            
Dua sudut yang saling bertolak belakang terbentuk apabila dua buah garis lurus saling berpotongan tidak pada kedua ujungnya, yang akan membentuk empat buah sudut yang berlawanan. Sudut-sudut yang berlawanan dari keempat sudut itu ada dua pasang dan disebut sudut yang saling bertolak belakang.
2.2.Kerangka Berpikir
Metode pengajaran adalah salah satu cara tertentu yang tepat dan serasi untuk menyajikan suatu materi pelajaran sehingga dapat dijadikan alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. Salah satu upaya yang tidak pernah guru tinggalkan, bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu kompenen yang ikut ambil bagian dari pada keberhasilan kegiatan belajar mengajarar.
 Dalam pembelajaran inquiri, mengajak siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan barunya di dalam pengalaman bersama temannya. Hal yang lain dari pentingnya pembelajaran ini, bahwa dalam proses belajar mengajar siswa diarahkan untuk belajar berpikir, berinteraksi dengan sesama temannya, serta dituntut untuk aktif meminta bimbingan baik dari guru maupun orang lain guna menemukan pengetahuannya (materi pelajaran) untuk meningkatkan aktivitasnya pada saat proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan metode inquiri (penemuan), dimana siswa melibatkan diri secara aktif pada saat proses belajar berlangsung untuk mencapai upaya maksimal. Pengajaran dengan metode belajar inquiri ini juga memungkinkan guru memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang masih kurang memahami konsep tersebut serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajara inquiri dianggap perlu untuk dapat membantu siswa dalam rangka memahami konsep atau isi pelajaran dan menekankan perlunya hubungan antara manusia sebagai tujuan dan hasil belajar, sehinga diharapkan meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan pada materi pokok garis dan sudut tahun pelajaran 2009/2010.
2.3.Hipotesis Penelitian
Menurut Suharsimi (2006), arti kata hipotesis berasal dari dua penggalan kata yaitu “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis adalah teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji (di bawah kebenaran).
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan metode inquiri pada pembelajaran materi pokok garis dan sudut diduga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan  tahun pelajaran 2009/2010




 
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Wardani, dkk (2003) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru (peneliti) di dalam kelas melalui refleksi diri dengan fokus penelitian adalah kegiatan belajar yang berupa perilaku guru dan kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Perbaikan diadakan secara bertahap dan terus menerus selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal dengan adanya siklus pelaksanaan pola: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan revisi (perencanaan ulang), pada siklus selanjutnya sampai mecapai target yang diinginkan.
3.2.    Pendekatan Penelitian
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1.      Pendekatan kuantitatif yaitu berupa aktivitas siswa dan nilai hasil evaluasi mengukur prestasi siswa melalui tes soal atau pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang berbentuk angka-angka.
3.2.2.      Pendekatan kualitatif yaitu digunakan untuk mengolah data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran.
3.3.    Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
3.3.1.   Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Hidayatullah Ampenan Tahun Pelajaran 2009/2010.
3.3.2.   Waktu Pelakasanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II  mulai dari tanggal 08 Maret sampai dengan 03 April 2010.
3.4.    Rancangan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan skenario yang telah disusun tahapan yang harus dilalui yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan eveluasi, refleksi.
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini untuk tiap-tiap siklus adalah sebagai berikut:
3.4.1.  Siklus I
3.4.1.1.      Perencanaan/Planning
Perencanaan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode inquiri yaitu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1)      Peneliti mensosialisasikan pembelajaran inquiri pada guru mata pelajaran matematika.
2)      Membuat rencana penelitian (RPP).
3)      Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) atau aktivitas belajar siswa.
4)      Menyiapkan tes hasil belajar
3.4.1.2.      Pelaksanaan Tindakan
Tahapan pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun.
3.4.1.3.      Observasi dan Evaluasi
Kegiatan observasi dilakukan setiap proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi dimana pada tahap ini kegiatan peneliti dan aktivitas belajar siswa diobservasi oleh guru matematika yang tampak pada proses pembelajaran.
            Evaluasi dilakukan dengan memberi tes prestasi belajar yang terdiri dari 5 soal essay untuk mengetahui pemahaman atau penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari.
3.4.1.4.      Refleksi
Hasil yang diperoleh dari observasi dan hasil evaluasi belajar siswa dikumpulkan serta dianalisis, seingga dari hasil tersebut peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi yaitu: identifikasi kekurangan, analisis sebab kekurangan sehingga dapat menentukan perbaikan pada siklus berikutnya.
3.4.2.  Siklus II
Siklus II  merupakan lanjutan siklus I. langkah-langkah yang dilakukan pada prinsipnya sama dengan pada siklus I. Jika refleksi siklus I memperoleh hasil yang kurang optimal atau belum berhasil sesuai dengan ketuntasan belajar yang ingin dicapai 85% siswa mencapai nilai 65 maka peneliti melakukan perbaikan/penyempurnaan pada siklus II.
3.4.3.      Rincian Pertemuan dan Materi Tiap Siklus
Siklus
Pertemuan
Materi

I
I
-          Pengertian garis dan sifat-sifat
-          Kedudukan dua garis
  -     Garis fertikal dan horizontal
II
Evaluasi






II
I
-          Pengertian dasar tentang sudut
-          Notasi dan nama sudut
-          Satuan sudut
-          Sudut sebagai jarak putar
  -    Melukis dan mengukur sudut dengan busur derajat
II
-          Jenis-jenis sudut
-          Melukis sudut-sudut tertentu dengan menggunakan penggaris dan jangka
-          Hubungan antarsudut
III
Evaluasi

















Tabel 3.1. Rincian materi dan pertemuan tiap siklus

3.5.    Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan untuk dianalisis adalah:
3.5.1.      Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes prestasi belajar dalam bentuk essay dan tes diberikan pada tiap akhir siklus.
3.5.2.      Data mengenai aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru diperolah dari lembar observasi.
3.6.      Instrumen Penelitian
Arikunto (2002) mengatakan, bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaan lebih muda dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1.      RPP
3.6.2.      Lembar observasi kegiatan guru dan siswa
3.6.3.      Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
3.6.4.      Soal evaluasi
3.7.      Analisis Data
3.7.1.      Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa dianalisis sebagai berikut:
Menghitung skor aktivitas siswa dengan rumus
 
Dengan:
A =         Rata-rata skor aktivitas siswa
X =         Skor setiap deskriptor aktivitas siswa
i   =         Banyaknya diskriptor


Menentukan Mi dan SDi dengan rumus sebagai berikut:
MI = (skor tertinggi + skor terendah)
SDI = ( skor tertinggi - skor terendah)
Keterangan:
MI = Mean Ideal
SDI = Standar Deviasi Siswa
3.7.2.      Data Aktivitas Guru
Setiap indikator prilaku guru pada penilaiannya mengikuti aturan sebagai berikut:
BS (baik sekali)  : Jika semua (4) diskriptor yang nampak
B (baik)              : Jika ada (3) diskriptor yang nampak
C (cukup)           : Jika ada (2) diskriptor yang nampak
K (kurang)          : Jika ada (1) diskriptor yang nampak
Yang dimaksud nampak adalah ada terlihat kegiatan guru selama mengajar di kelas yang sesuai dengan skenario yang telah disiapkan diawal pelajaran. Kaitan antara aktivitas guru dengan hasil evaluasi siswa yaitu makin banyak diskriptor perilaku yang nampak dalam proses mengajar maka semakin berhasil guru itu dalam menerapkan ilmu-ilmunya sehingga siswa menjadi senang dan tingkat pemahaman siswa meningkat.
Menghitung skor aktivitas guru dengan rumus

Dengan:
A =      Rata-rata skor aktivitas guru
X =      Skor setiap deskriptor aktivitas guru
i   =      Banyaknya diskriptor
Menentukan Mi dan SDi dengan rumus sebagai berikut:
MI = (skor tertinggi + skor terendah)
SDI = (skor tertinggi + skor terendah)
Keterangan:
MI = Mean Ideal
SDI = Standar Deviasi Siswa
Tabel 3.3. Tabel Kriteria Untuk Aktivitas Guru
Interval
Kategori
Mi + 1,5 SDI ≤ A
Sangat Baik
Mi + 0,5 SDI ≤ A < Mi + 1,5 SDI
Baik
Mi -  0,5 SDI ≤ A < Mi + 0,5 SDI
Cukup Baik
Mi -  1,5 SDI ≤ A < Mi - 0,5 SDI
Kurang Baik
A < Mi - 1,5 SDI
Sangat Kurang Baik
                                                              






3.7.3.Data Prestasi Belajar Siswa
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, hasil tes belajar di analisis secara deskriptif, yaitu dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah seluruh siswa yang memperoleh nilai minimal 65
Z = Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
3.8.      Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini didasari
3.8.1.      Prestasi belajar dikatakan meningkat apabila tiap siklus terjadi peningkatan nilai ketuntasan minimal  ≥ 65 dari nilai rata-rata siklus sebelumnya dan dikatakan tuntas dengan nilai klasikal ≥ 85%.
3.8.2.      Aktivitas belajar  siswa dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan skor aktivitas siswa tiap siklusnya dan minimal berkategori aktif.


                                                                            BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.    Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini yang telah dilaksanakan dari tanggal 08 Maret sampai dengan tanggal 03 April 2010 pada siswa kelas VII MTs Hidayatullah Ampenan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi belajar siswa pada materi pokok garis dan sudut dengan menggunakan matode inquiri. Penelitian yang telah dilaksanakan ini berlangsung dalam dua siklus. Dari hasil observasi diperoleh data kualitatif yang akan memberikan gambaran tentang kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses belajar mengajar, dan hasil tes diperoleh data kuantitatif berupa prestasi belajar siswa secara klasikal. Data-data tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode dan rumus yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun rincian pelaksanaan dan hasil penelitian penerapan metode inquiri pada  pembelajaran materi pokok garis dan sudut untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah  Ampenan tahun pelajaran 2009/2010 dapat diuraikan dalam bagian-bagian berikut:

4.1.1.       Hasil Penelitian Siklus I
4.1.1.1. Perencanaan
Adapun pada tahap ini, guru merencanakan dan mempersiapkan perangkat kegiatan pembelajaran yaitu:
a.          Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat dilihat pada lampiran 1.
b.      Lembar observasi aktivitas siswa yang dapat dilihat pada lampiran 5.
c.          Lembar observasi aktivitas guru yang dapat dilihat pada lampiran 6.
d.      Alat evaluasi siswa seperti yang terlihat pada lampiran 2.
4.1.1.2.Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mulai dari tanggal 13 meret 2010 yang terdiri dari satu kali pertemuan dan dilanjutkan dengan evaluasi yang dilaksanakan pada tanggal 17 meret 2010.
Pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan inquiri siswa dapat mengikuti dan mendengarkan apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang disampaikan. Naman berdasarkan observasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran berlangsung siswa pada umumnya belum mampu menemukan sendiri apa yang menjadi konsep dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Hal ini terjadi karena sebelumnya siswa belum pernah diterapkan dan diajarkan oleh gurunya tentang metode inquiri yang pada akhirnya siswa membutuhkan bimbingan yang serius untuk dapat menyimpulkan materi yang telah diajarkan dan dituntut untuk lebih memahami konsep dengan memberikan soal latihan berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Pada siklus I ini sebagaian besar siswa kurang antusias dalam pembelajaran, masih malu untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Hal ini disebabkan karena pendekatan guru ke siswanya pada saat pembelajaran berlangsung masih kurang.
4.1.1.3. Hasil Observasi dan Evaluasi
Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru dan siswa sebagaimana yang terdapat dalam lampiran 11 dan 13  didapat data sebagai berikut:
a.        Hasil Observasi
1)      Hasil observasi aktivitas siswa
Antusias siswa dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama masih kurang. Sebagian besar siswa masih malu untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Selain itu juga siswa belum bisa menyimpulkan sendiri materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini disebabkan karena pendekatan langsung ke siswa pada saat pembelajaran masih kurang.
Berdasarkan kriteria pengolahan aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I, banyaknya siswa 22 orang, dan jumlah skor yang diperoleh 13 sehingga rata-rata skor aktivitas belajar siswa sebesar 1,9 ini berarti bahwa aktivitas belajar siswa tergolong rendah.
2)      Hasil observasi kegiatan guru
Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru, dalam proses belajar mengajar sudah sesuai dengan skenario pembelajaran, walaupun masih terdapat kekurangan-kekurangan, diantaranya:
·         Kurangnya pendekatan kepada siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
·         Waktu yang tersedia pada saat pertemuan pertama kurang sehingga perkenalan kepada siswa kurang yang mengakibatkan adanya kesenjangan antara siswa dengan guru.

b.      Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan tanggal 17 Maret 2010. Adapun  hasil evaluasi pada siklus I  dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Hasil Evaluasi Siklus I
No
Jumlah Siswa Ikut Tes
Jumlah Siswa Tuntas
Jumlah siswa yang tidak tuntas
Persentase Tuntas
Rata- rata
1
22
16
6
71,43 %
68,18

Dari tabel di atas bahwa nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah 68,18 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa adalah 71,43% sehingga masih ada 6 siswa yang nilainya kurang dari 65 maka perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya dan  sebelum dilanjutkan dilakukan perbaikan terlebih dahulu.
Dalam pelaksanaan evaluasi siklu I soal yang asih dianggap siswa sulit adalah soal nomor 4 dimana siswa masih belum bias membedakan garis sejajar yang dimaksud dalam soal tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa hanya bias mengerjakan soal sesuia dengan contoh yang sering diberikan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung.

4.1.1.4.Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada siklus I, guru perlu membimbing siswa secara khusus agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran serta membangkitkan minat dan motivasi siswa agar antusias dalam belajar, pengaplikasian soal lebih ditingkatkan sehingga siswa lebih berpengalaman dan dapat dengan mudah menyelesaikannya serta mampu menyimpulkan sendiri materi pelajarannya.
Memperhatikan permasalahan di atas, maka rencana perbaikan yang akan dilakukan pada siklus I agar nantinya tidak terulang pada siklus berikutnya adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan bimbingan kepada siswa secara khusus dengan cara memperhatikan letak kelemahan atau kekurangan siswa kemudian membimbingnya agar dalam pembelajaran selanjutnya siswa tidak mengalami kesulitan.
2.      Guru memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajar dan membiasakan untuk mengajukan pertanyaan apabila mendapat masalah dalam belajar.
3.      Guru menjelaskan kembali langkah-langkah atau cara penyelesaian soal yang tidak bisa dikerjakan oleh siswa agar dalam pembelajaran selanjutnya siswa tidak mengalami kesulitan.
4.1.2.      Hasil Penelitian Siklus II
4.1.2.1.Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II sama halnya dengan tahap perencanaan siklus I dimana guru merencanakan dan mempersiapkan perangkat kegiatan pembelajaran yaitu:
a.          Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10.
b.      Lembar observasi aktivitas siswa yang dapat dilihat pada lampiran 15 dan 16.
c.          Lembar observasi aktivitas  guru yang dapat dilihat pada lampiran 17 dan 18.
d.      Alat evaluasi siswa seperti terlihat pada lampiran 12.
4.1.2.2.Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2010 dan pertemuan kedua pada tanggal 24 Maret 2010 serta dilanjutkan dengan evaluasi yang dilaksanakan pada tanggal 31 Meret 2010.
Pada pertemuan pertama pelaksanaan pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa sudah mulai aktif bertanya tentang materi pelajaran yang kurang dipahami dan sudah mampu menemukan sendiri apa yang diberikan gurunya  sehingga siswa pada umumnya sudah bisa menyimpulkan dan merangkum sendiri materi yang diajarkan oleh gurunya serta mampu menjawab pertanyaan atau soal yang diberikan.
Sedangkan pada pertemuan kedua siklus II, pada tahap ini guru menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) secara berkelompok, guru juga memantau dan membimbing siswa dalam mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) serta memilih perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Siswa sudah mulai meningkat, hal ini terlihat pada sebagian besar siswa sudah bisa menjawab pertanyaan guru serta berani bertanya dan mengemukakan pendapat kepada guru. Hal ini menunjukkan antusiasme siswa yang cenderung meningkat terhadap proses pembelajaran.
Sedangkan hasil observasi kegiatan guru menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar berjalan baik  sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Hal ini terlihat dari penguasaan kelas serta aplikasi pembelajaran inquiri sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik.
4.1.2.3.Hasil Observasi dan Evaluasi
a.       Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi siswa sebagaimana yang terdapat pada lampiran 15, 16 dan hasil observasi guru sebagaimana terdapat pada lampiran 17, 18 didapatkan data sebagai berikut:
1)      Hasil observasi kegiatan siswa
Antusias pembelajaran sudah mulai meningkat, hal ini terlihat pada sebagian besar siswa sudah bisa menjawab pertanyaan guru serta berani bertanya dan mengemukakan pendapat kepada guru. Selain itu juga siswa sudah bisa menyimpulkan sendiri materi pelajaran yang sedang dipelajarinya.
Pertemuan ke-
Pertemuan pertama
Pertemuan kedua
Banyaknya siswa
22
22
Jumlah skor
19,9
25,27
Rata-rata
2,84
3,61
kategori
Cukup tinggi
Tinggi
Tabel 4.2. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II


2)      Hasil observasi kegiatan guru
Hasil observasi kegiatan guru menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar berjalan baik sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Hal ini terlihat dari penguasaan kelas serta aplikasi pembelajaran inquiri sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik.


b.      Evaluasi
Evaluasi siklus II dilaksanakan pada tanggal  31 Maret 2010. Adapun hasil evaluasi pada siklus II  dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel 4.3. Hasil Evaluasi Siklus II
No
Jumlah Siswa Ikut Tes
Jumlah Siswa Tuntas
Jumlah siswa yang tidak tuntas
Persentase Tuntas
Rata- rata
1.
22
20
2
90,90 %
72,27

Hasil evaluasi pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I sebagaimana terlihat pada pada tabel di atas yang menunjukkan bahwa keseluruhan siswa telah tuntas yakni keseluruhan siswa nilainya ≥ 65. Ini berarti indikator penelitian atau ketuntasan belajar dengan menerapkan metode inquiri telah tercapai sehingga penelitian dihentikan pada siklus ini yakni siklus II.
4.1.2.4.Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada siklus II, guru sudah mampu memotivasi siswa serta mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar dan semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan walaupun tidak semua siswa memiliki semangat yang sama dalam belajar sehingga bimbingan siswa sangat dibutuhkan.  
4.2.    Pembahasan
Pembelajaran inquiri berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa agar siswa dapat belajar menemukan sendiri. Dalam pelaksanaannya guru berperan sebagai fasilitator, pendiagnosis kesukaran belajar serta rekan diskusi (Sagala, 2007). Pelaksanaan pembelajaran inquiri juga membutuhkan waktu yang relatif banyak, hal ini terlihat dari berubahnya rencana siklus yang semula direncanakan satu siklus dengan dua kali pertemuan menjadi dua sikus dengan enam kali pertemuan.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, pada pertemuan pertama antusias pembelajaran masih kurang hal ini terlihat dari sebagian besar siswa masih malu bertanya serta ragu untuk menjawab. Selain itu juga siswa belum bisa menyimpulkan materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Hal ini disebabkan karena kurangnya aplikasi pembelajaran inquiri. Sedangkan pada pertemuan pertama pada siklus II sebagian besar siswa sudah mulai aktif bertanya dan tanpa ragu menjawab/menanggapi pertanyaan dari guru maupun dari temannya. Selain itu juga siswa sudah mampu menyimpulkan sendiri materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Begitu juga pada pertemuan kekedua antusias pembelajaran semakin tinggi. Hal ini tercermin dari siswa yang saling berebut untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
Pada proses belajar mengajar didorong oleh motivasi instrinsik siswa, hanya saja guru kurang memanfaatkan apersepsi dalam hal mengajukan pertanyaan untuk menguji pemahaman sebelumnya. Menurut Djamarah (2005) ”Bahan apersepsi merupakan seperangkat materi yang dikuasai yang melicinkan jalan menuju penguasaan materi belajar yang baru”. Sehubungan dengan itu guru hendaknya memerikan apersepsi untuk menguji pemahaman yang dilakukan pada materi selanjutnya dan meningkatkan hal-hal yang dianggap kurang.
Hasil evaluasi siklus I menunjukan bahwa masih ada 6 siswa yang nilainya <65, ini berarti 6 siswa masih belum tuntas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni kurangnya aplikasi pembelajaran inquiri. Dimana guru kurang melakukan pendekatan langsung ke siswa sehinga menyebabkan kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya yakni siklus II. Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I yang mana tahap-tahap dari siklus II sama dengan tahap-tahap pada siklus I. Akan tetapi sebelum dilanjutkan ke siklus II perlu diadakan refleksi untuk perbaikan di siklus berikutnya. Pada siklus II, aplikasi pembelajaran inquiri lebih ditingkatkan sehingga siswa lebih antusias dalam memperhatikan pembelajaran, berani mengajukan pertanyaan serta mengemukakan pendapat, aktif melakukan kegiatan diskusi, menanggapi pertanyaan dari temannya dan mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Hasil evaluasi pada siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar tercapai. 
Dengan demikian penerapan metode inquiri dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada materi pokok garis dan sudut.

                                                                            BAB V
PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
5.1.1.      Penerapan metode inquiri pada pembelajaran materi pokok garis dan sudut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan Tahun Ajaran 2009/2010. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi belajar siswa, yang mana dari 22 orang siswa yang ikut cuman ada 2 orang saja yang belum tuntas.
5.1.2.      Penerapan metode inquiri pada pembelajaran materi pokok garis dan sudut dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII semester II MTs Hidayatullah Ampenan Tahun Ajaran 2009/2010. Hal ini terlihat dari hasil observasi aktivitas belajar siswa yang menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa.
5.2.      Saran
Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini maka saran-saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut:
5.2.1.      Bagi siswa diharapkan membiasakan diri untuk menanyakan materi yang dianggap sulit dan belum dimengerti serta tanpa ragu menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari guru maupun teman-temannya.
5.2.2.      Diharapkan kepada guru agar memperhatikan karakteristik anak didiknya dan memperlakukan sesuai karakteristiknya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
5.2.3.      Bagi peneliti untuk kedepannya diharapkan dapat lebih profesional dalam menerapkan metode inquiri dan mencoba menerapkannya pada materi pokok yang lain dengan cakupan yang lebih luas.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Pedoman Penulisan Skripsi. IKIP. FPMIPA. Mataram
Anonim, 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat JenderalPendidikan Dasar dan Menengah.

Ahmad, 2004. Psikologi Belajar.Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, M. 2002. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Arikunto, M. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdiknas: Balai Pustaka.
Djamarah, 2005. Prestasi Belajar dan Kemampuan Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan SBSA. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hamalik Oemar, 2005. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Bumu Aksara.
Mudjiono dan Dimyati, M. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nana Sudjana, 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Parsada.
Sudjanah, 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006. Matematika SMP Jilid 1 Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rinaka Cipta.



Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Surabaya: PT. Rineka Cipta.

Sagala, M Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.
Wardani, dkk.  2003. Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
































No comments:

Post a Comment