Thursday, December 27, 2012

CONTOH SKRIPSI SOSIOLOGI LENGKAP TRADISI UPACARA SELAMATAN LAUT DI DESA TANJUNG LUAR DITINJAU DARI PELAKSANAAN


TRADISI UPACARA SELAMATAN LAUT DI DESA TANJUNG LUAR DITINJAU DARI PELAKSANAAN






KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan limpahan rahmat dan taufik-Nya lah, sehingga penyusunan proposal yang berjudul “TRADISI UPACARA SELAMATAN LAUT DI DESA TANJUNG LUAR DITINJAU DARI CARA PELAKSANAANNYA” dapat terselesaikan tepta pada waktunya. Namun terlepas dari itu semua, bila dalam penyusunan proposal ini terdapat kekurangan dan kekeliruan, itu semua tidak ada lain dikarenakan kehilafan dari penulis.
            Akhirnya peneliti meminta kepada para pembaca atas saran dan kritik dan tegur sapa yang membangun agar tulisan yang akan dating lebih sempurna dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi pecinta ilmu maupun peneliti lain selanjutnya.


Pancor, 17 Juli 2008
Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
             Kebudayaan daerah yang memiliki ciri tersendiri pada suatu kelompok masyarakat pendukungnya, mempunyai arti penting dlama pengembangan kebudayaan nasional. Kebudayaan daerah dapat dijadikan sebagai sumber yang dapat memperkaya khasanah kebudayaan nasioanl dan dapat sebagai penyaring dari pengaruh kebudayaan asing. Karena itu kebudayaan daerah perlu dikembangkan dan dilestarikan dan disesuaikan dengan tuntutan pembangunan, yang selaras dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
             Apa yang dikemukakan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut adalah sebagai landasan konstitusional yang perlu dijabarkan lebih lanjut. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah melakukan penggalian dan inventarisasi serta pengkajian khasanah tradisi dan kebudayaan lama dan asli oleh berbagai daerah satu atau suku bangsa yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
             Pada pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945 dapat diartikan bahwa kebudayaan Nasional tersebut merupakan perwujudan dari kebudayaan bangsa Indonesia yang terdiri dari puncak-puncak tradisi atau kebudayaan di daerah-daerah di seluruh tanah air Indonesia.
             Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk. Penduduknya tersebar di kepulauan nusantara yang terpisah-pisah oleh letak geografisnya telah membentuk kelompok. Kelompok sosial yang masing-masing kelompok dan sedang mengembnagkan tradisi dan kebudayan setempat. Sementara itu kebudayaan bangsa yang bersifat nasional masih dalam taraf perkembangan dna pertumbuhan. Dalam usaha memajukan kebudayaan yang bersifat nasional sudah barang tentu tidak akan terlepas dari sumbernya yakni kebudayaan daerah dan tradisi daerah yang justru akan memberikan warna dan kepribadian kebudayaan bangsa Indonesia yang dikembangkan.
             Dalam rangka pengembangan dan pertumbuhan kebudayaan Nasional yang utuh tanpa mengabaikan perkembangan kebudayaan dan tradisi daerah serta suku bangsa yang ikut memperkaya kebudayaan Nasional. Pulau Lombok yang termasuk salah satu pulau di propinsi NTB memiliki berbagai budaya dan tradisi yang perlu dikembangkan dan dilestarikan, dimana kebudayaan yang telah menjadi tradisi masyarakat Lombok khususnya daerah Tanjung Luar yang memiliki tradisi upacara selamatan laut yang diselenggarakan setiap tahun. Tradisi ini diselenggarkana oleh masyarakat Tanjung Luar Lombok Timur merupakan salah satu tradisi masyarakat yang telah menjadi budaya daerah dari nenek moyang suku Sasak. Akan tetapi upacara selamtan laut tersebut saat ini kurang diminati oleh para remaja dan masyarakat Sasak umumnya hanya masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pantai Tanjung Luar saja yang masih mempertahankannya. Keadaan tersebut sudah tentu tidak diinginkan. Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat masalah selamatan laut tersebut agar upacara selamatan laut di pantai Tanjung Luar tidak punah dan dapat dikembangkan menjadi aset kebudayaan daerah yang dapta dipasarkan kepada para wisatawan domestik maupun mancanegara.
             Permasalahan di atas menarik untuk diangkat dan digali disamping memiliki nilai-nilai historis yang tinggi juga akan berdampak kepada pengembangan kebudayaan daerah yang dapat meningkatkan aset sumber pembangunan yag nsedang dilaksanakan. Permasalahan tersebut pengetahuan peneliti sampai saat inibelum ada yang menggalinya. Masalah tersebut diangkat sebagai karya tulis yang berjudul upacara selamatan laut pada masyarakat pantai Tanjung Luar.
B.     Identifikasi
1.      Bagaimana bentuk tradisi upacara selamatan laut masyarakat pantai Tanjung Luar kecamatan Keruak?
2.      Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam tradisi upacara selamatan laut pada masyarakat pantai Tanjung Luar kecamatan Keruak?
3.      Bagaimana sejarah tradisi upacara selamatan laut pada masyarakat pantai Tanjung Luar Kecamatan Keruak?
4.      Kapan saja diselenggarakannya tradisi upacara selamatan laut pada masyarakat pantai Tanjung Luar Kecamatan Keruak.
C.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah tradisi upacara selamatan laut pantai Tanjung Luar ditinjau dari cara pelaksanaannya?
2.      Nilai-nilai sosial apa saja yang terkandung pada tradisi upacara selamatan laut?
D.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui sejarah upacara selamatan laut pada masyarakat pantai Tanjung Luar Kecamatan Keruak.
2.      Untuk mengetahui nilai-nilai sosial budaya upacara selamatan laut pada masyarakat pantai Tanjung Luar Kecamatan Keruak.
3.      Untuk mengetahui wujud upacara selamatan laut pada masyarakat pantai Tanjung Luar Kecamatan Keruak.
E.     Manfaat
1.      Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada ilmuan yang akan meneliti bidang pendidikan. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada peneliti lain guna mengembangkan penelitian lanjutan yang belum terungkap dalam penelitian ini agar penelitian lebih lengkap.
2.      Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi pihak yang terkait untuk digunakan sebagai bahan acuan dalam mengembangkan tradisi masyarakat Sasak.



BAB II
KERANGKA TEORITIS

A.    Tradisi Upacara Laut Masyarakat Pantai Tanjung Luar
1.      Pengertian Tradisi Selamatan Laut Masyarakat Pantai Tanjung Luar
            Tradisi adalah suatu kebiasaan yang telah berlaku di masyarakat secara turun menurun. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang turun menurun dari nenek moyang” (Purwadarminto, 1994: 1088). Ahli lain mengemukakan bahwa “tradisi adalah kebiasaan dan kepercayaan serta adat istiadat yang diterima secara turun menurun dari nenek moyangnya” (Surono, 1995: 78). Berdasrakan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tradisi adalah kebiasaan, kepercayaan dan adat istiadat yang diwariskan secara turun menurun dari nenek moyangnya.
            Sementara itu pengertian selamatan dikemukakan ahli bahwa “selamatan adalah doa, upacara untuk meminta selamat” (Purwadarminto, 1984: 893). Ahli lain mengemukakan bahwa “selamatan adalah do’a, suatu upacara tasyakuran untuk minta selamat” (Surono, 1981: 45). Dengan demikian yang dimaksudkan dengan upacara selamatan laut masyarakat adalah kebiasaan, kepercayaan dan adat istiadat untuk melakukan upacara ritual dengan melakukan do’a yang dilaksanakan di laut pantai Tanjung Luar oleh masyarakat pantai Tanjung Luar.
2.      Pelaksanaan Singkat Tradisi Selamatan Laut Masyarakat Pantai Tanjung Luar
            Nenek moyang bangsa Indonesia memang mayarakat yang religius dan memiliki berbagai tradisi yang kuat dan sangat diyakininya sampai turun menurun setiap kejadian yang di luar batas kemampuan manusia selalu dilakukan suatu upaara tradisional dengan maksud menghindari terulang kembalinya kejadian yang menyedihkan. Masyarakat Jawa terkenal dengan selamatan laut kidul dengan maksud memberikan persembahan kepada Ratu laut kidul agar tidak mengganggu aktivitasnya dalam mencari nafkah di laut. Sedangkan masyarakat pantai Tanjung Luar memiliki tradisi upacara selamatan laut Tanjung Luar.
            Upacara selamatan laut masyarakat pantai Tanjung Luar tersebut merupakan tradisi upacara yang telah diwarisi dari nenek moyangnya dengan maksud agar aktivitas pencahariannya tidak menemui rintangan, uapcara selamatan laut Tanjung Luar diadakan setiap tahun sekali dan kadang-kadang dua kali tergantung situasi dan permintaan dari penguasa/pemerintah.
            Tradisi upacara selamatan laut Tanjung Luar berupa upacara untuk melakukan persembahan kepada Datuk Laut yang menguasai lautan tempat masyarakat pantai Tanjung Luar mencari penghidupan. Upacara Ritual ini sangat diyakini oleh masyarakat pantai Tanjung Luar dan apabila tidak dilakukan, maka mereka akan menerima akibatnya. Konon apabila dalam satu tahun tersebut tidak dilakukan tradisi selamatan laut, maka apabila pejabat datang ke tempat teresbut maka pejabat yang datang itu akan kurang wibawanya.
            Tradisi upacara selamatan laut masyarakat pantai Tanjung Luar ini merupakan upacara adat kebiasaan nenek moyangnya dalam mendekatkan diri kepada sang pencipta di kala mereka sedang krisis, baik krisis ekonomi maupun krisis mental spiritualnya.
            Memang nenek moyang bangsa Indonesia ini merupakan masyarakat yang religius sebagaimana telah dikemukakan di atas. Sebagai masyarakat pantai mereka memiliki tradisi upacara yang berbeda-beda akan tetapi tujuannya adalah sama yakni medekatkan diri kepada yang Maha Tinggi.
            Tradisi upacara selamatan laut masyarakat Tanjung Luar ini bermula ketika terjadi kekosongan atau kekeringan isi laut yakni kurangnya tangkapan ikan di laut. Mereka melakukan selamatan agar hasil tangkapan mereka berhasil dengan memuaskan yang telah dilakukan sejak nenek moyang mereka.
            Upacara dipimpin oleh para penguasa adat (dukun) dan tuan guru yang duduk pada sebuah panggung yang telah dibuatnya sebelujnya dan masyarakat yang hadir di tempat tersebut dari jauh harus berjalan duduk (ngesot) untuk menuju ke aeal upacara yang dipimpin oleh pemuka kelompknya. Baru kemudian dilakukan pengarahan ari tuan guru atau alim ulama yang hadir yang dilanjutkan dengan penyembelihan seekor sapi yang kepalanya diangkut ke tengah laut yang diiringi oleh rombongan ketua adat dan para tuan guru serta alim ulama yang hadir dengan kapal yang disediakan.
            Kepala sapi tersebut dibuang ke laut baru masyarakat mulai masuk ke laut beramai-ramai dengan iringan kesenian tradisional yang ada seperti gendang belek, cilokak, rudat, klentang, jangger, dan sebagainya. Mereka beramai-ramai menangkap ikan di luat.
            Sebelum sapi disembelih atau upacara adat dilakukan biasanya keadaan laut pantai Tanjung Luar tersebut bergelombang besar. Kadang-kadang tinggi gelombang sampai 4 meter lebih.
            Akan tetapi begitu kepala sapi yang diarak dengan sampan yang diiringi dengan kesenian yang ada bersama alim ulama dan pemuka adat melepaskan ke tengah laut, maka gelombang laut hilang dan seakan-akan tidak pernah terjadi gelombang, laut tenang dan airnya seperti telaga, barulah para nelayan dan masyarakat banyak yang ikut upacara turun ke laut beramai-ramai menangkap ikan (tuturan informan).
B.     Kerangka Berfikir
             Tradisi selamatan laut masyarakan pantai Tanjung Luar adalah suatu tradisi kebudayaan yang memiliki nilai yang sangat tinggi dan sakral disampaikan dalam bentuk kelompok atau selamatan massal dan dimanfaatkan sebagai pemanjatan do’a kepada yang Maha Esa agar diberikan keselamatan dan rezeki yang murah dan terbebas dari gangguan dalam mencari ikan laut sebagai mata pencaharian pokok pada masyarakat Tanjung Luar. Dimana dalam tradisi upacara selamatan laut itu mengandung nilai-nlai masyarakat yang tinggi diantaranya:
a.       Sosial dan budaya
b.      Spritual dan agama
c.       Mental dan moral
d.      Ekonomi
e.       Budaya
             Sebagai bagian dari kebudayaan yang memiliki historis dan nilai yang sakral menunjukkan gejala-gejala kurangnya diketahui oleh kalayak dan kepunahan. Hal ini sangat disayangkan, oleh karena itu perlu pelestarian yang dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh berbagai pihak, seperti dilakukannya inventarisasi tradisi selamatan laut masyarakat pantai untuk ketertibannya. Pada masyarakat suku Sasak yang berada di pantai  Tanjung Luar khususnya dan Lombok umumnya diharpakan untuk tidak merasa enggan untuk ikut melestarikan tradisi selamatan laut tersebut. Supaya tradisi selamatan laut masyarakat pantai Tanjung Luar dapat dipertahankan keberadaannya, dalam fungsinya sebagai media hiburan, pendidikan informal, dan media pemasaran pariwisata. Disamping itu juga dapat dilestarikan melalui budaya dan tradisi pada generasi muda.
             Setiap anggota masyarakat pendukung tradisi selamatan laut masyarakat Tanjung Luar harus berbangga dengan adanya tradisi upacara selamatan laut tersebut karena merupakan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyangnya dengan maksud agar aktivitas pencahariannya tidak menemui rintangan.
C.    Definisi Operasional Variabel
1.      Ruang Lingkup Operasional
Sasaran penelitian ini adalah tradisi selamatan laut masyarakat pantai Tanjung Luar kecamatan Keruak Lombok Timur. Ditentukan sebagai subjek dan objek penelitian adalah: objek penelitian adalah tradisi selamatan laut masyarakat pantai Tanjung Luar, sedangkan objek penelitian ini adalah seluruh masyarakat pantai yang mengetahui tentang tradisi selamatan laut di Tanjung Luar.
2.      Variabel Penelitian
Variabel merupakan istilah yang tetap ada dalam setiap jenis penelitian, variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998: 92).



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Pengertian Metode Penelitian
             Metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data yang diperoleh guna menjawab persoalan yang dihadapi (Donald Ary, 1982: 30). Dalam kamus umum Bahasa Indonesia ditegaskan, kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “methodus” yang berarti “cara atau jalan” (Koentjaraningrat, 1977: 16).
             Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka metode merupakan jalan atau cara yang diperlukan dalam penelitian untuk mencapai tujuan kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan dan sekaligus menjawab pertanyaan yang ada dalam penelitian.
             Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Menurut Jalaudin Ahmad “maka metode penelitian dikategorikan dalam lima macam yaitu; historis, deskriptif, korelatif, normatif, dan eksperimen” (1979: 30).
             Dari pendapat di atas, maka dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Menurut Iscca dan Nichail, “Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi tertentu secara faktualdan cermat”. Menurut Jalaludin Ahmad sendiri “penelitian deskriptif sendiri hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (1989: 34).
             Suharsimi Arikutno menekankan “pada umumnya pendekatan deskriptif merupakan penelitian non-hiptesis, sehingga dalam langkah kegiata ntidak perlu merumuskan hipotesis. Sehubungan dengan penelitian deskriptif sering dibedakan atas dua jenis yaitu menggunakan proses sifat dan proes analisis.”
“Pendekatan adalah metode atau cara mengadakan suatu penelitian seperti halnya eksperimen atau non eksperimen. Tetapi di smaping itu juga menunjukkan jenis atau tipe penelitian yang diambil, sipandang dari segi tujuan misalnya eksplorasi deskriptif atau historis” (Suharsimi Arikunto, 1999: 20).

Pendekatan akan menentukan variabel atau subjek penelitian dan sekaligus menentukan subjek penelitian atau sumber di mana kita akan memperole hdata. Selanjutnya Arikunto menjelaskan variabel yaitu hal-hal yang menjadi objek penelitian yang menunjukkan variasi, baik secara kauntitatif maupun secara kualitatif. Dari istilah variabel itu terkandung makna “variabel”. Variabel disebut juga dengan istilah “ubahan”, karena dapat berubah, bervariasi (1998: 2).
             Survey menurut Jacob Verenden Brest yaitu “suatu metode yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar variabel mengenai sejumlah besar individu mengenai alat pengukur wawancara” (1984: 44).
             Selanjutnya J.V. Chalir berpendapat, “survey adalah suatu studi ekstensif dan luas yang dipolakan untuk mencapai serta memperoleh informasi ekslusif” (Kartini Kartono, 1996: 6). Survey dalam hal ini adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data atau informasi yang dilakukan melalui wawancara. Sedangkan survey menurut Suharsimi Arikunto: “Suatu riset atau penelitian adalah suatu kegiatan yang menuntut adanya tiga persyaratan yaitu secara sistematis, berencana, dan mengikuti prosedur ilmiah. Dengan demikian maka survey dapat dilakukan secara pribadi maupun kelompok, jadi bukanlah hanya bermaksud mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang dipilih atau ditentukan. Di samping itu juga untuk membuktikan atau membenarkan suatu hpotesis” (1988: 60-63).
             Jadi studi survey adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang luas dan banyak. Menurut Van daica bahwa “survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencapai kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan. Yang termasuk study survey: survey sekolah, job analisis. Analisis dokumen, public opinion survey dan komunikasi” (dalam Suharsimi Arikunto, 1993: 93).
             Berdasarkan penjelasan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencapai kedudukan (status), fenomena (gejala), dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yag nsudah ditentukan. Yang termasuk studi survey: survey sekolah, job analisis, analisis dokumen, public opinion survey dan komunikasi. Dengan demikian, studi survey dapta dijadikan studi pendahuluan. Oleh akrean itu dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif data dengan pendekatan survey dalam penelitian ini. Penelitian juga akan menerangkan dan menjelaskan masalah yang menjadi variabel dalam penelitian yakni tradisi selamatan laut masyarakat pantai Tanjung Luar.
B.     Desain Penelitian
1.      Jenis Pendekatan
            Pendekatan-pendekatna naratif-historis, hal ini sengaja dipilih karena akan lebih mampu untuk mengungkapkan sejarah tradisi selamatan laut masyarakat pantai Tanjung Luar Desa Keruak Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur – NTB. Disamping itu juga menggunakan pendekatan eksplorasi. Data-data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber informasi/informan diseleksi dan diuraikan ke dalam hubungannya sehingga membentuk tulisan yang bersifat deskriptif analiti.
2.      Jenis Penelitian
            Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
C.    Populasi dan Sampel
             Dalam penelitian subjek yang dikenakan peneliti biasanya dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan bagian atau wakil dari populasi. Sehubungan dengan hal ini, ahli mengemukakan bahwa “jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Suharismi Arikunto, 1985: 92).
             Sala hsatu syarat utama dari sampel yang baik adalah bahwa sampel itu harus mencerminkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang terdapat pada populasi. Dengan kata lain, sampel yang baik adalah sampel yang representatif atau mencerminkan populasi. Untuk memenuhi syarat ini, harus diperhatikan prosedur atau teknik pengambilan sampel.
             Penelitian ini menggunakan sampel dengan pengambilan sampel dengan teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Penggunana teknik purposive sampling tersebut dengan kriteria:
a.       Kepala desa
b.      Pemuka masyarakat/kepala adat
c.       Pemuka agama dan alim ualama
d.      Umur di atas 55 tahun
e.       Tokoh masyarakat yang mengetahui banyak tentang masalah yang diteliti
D.    Metode Pengumpulan Data
             Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa alat yakni: wawancara, obsrevasi dan pencatatan dokumen.
1.      Wawancara
            Wawancara merupakan suatu alat bantu pengumpul data dengan melakukan tanya jawab langsung terhadap subjek penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara dimaksudkan untuk digunakan pengumpulan data dan informasi dari rsponden atau informan terpilih dalam rangka pengumpulan data masalah penelitian. Penggunaan teknik wawancara secara mendalam terhadap informan yang terpilih.
            Di dalam kegiatan peneliti, cara untuk memperoleh data dikenakan sebagai metode pengumpulan data. Contoh metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi quisioner, dan dokumentasi.” Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita gunakan wawancara, maka di dalam pelaksanaan pekerjaan wawancara ini, pewawancara alat bantu itu berupa ancar-ancar pertanyaan yag nakan ditanyakan sebagai catatan serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang diterima secara ancar-ancar yang disebut pedoman wawancara, mak disebut instrumen pengumpulan data. Dengan demikian maka dalam penggunana metode wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara. Selanjutnya Suharsimi Arikunto menjelaskan, “instrumen adalah alat pada waktu menggunakan suatu metode. Sedangkan instrumen penelitiannya itu adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data, agar pekerjaannya lebih mudah atau lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga bahan lebih mudah diolah” (1998: 137).
“Interview atau wawancara itu adalah suatu percakapan, tanya jawab antara dua orang atua lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu waktu tertentu (interview sama dengan berbicang-bincang/tanya jawab). Asal kata interview adalah tanya jawab lisan, dengan maksud untuk dipublikasikan” (Kartini Kartono, 1990: 181).

            Selanjutnya Suharsimi mengemukakan “interview sering disebut dengan wawancara atau quisioner lisan”. Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawanacara (interviewer) untuk memperoleh dari wawancara (1998: 145). Jadi interview atau wawancara ialah suatu metode untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan hubungan secara langsung dengan responden atau informan yang dilakukan dengan tanya jawab.
2.      Observasi
            Observasi adalah alat pengumpul data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek peneliti. Penggunaan observasi dalam penelitian ini dimaksudkan adalah mengunjungi langsung ke tempat penelitian dengan melakukan pengamatan ke lapangan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kelengkapan data hasil penelitian yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara.

3.      Pencatatan Dokumentasi
            Disamping metode wawancara dengan teknik sampling pada penelitian ini juga menggunakan teknik dokumenter. Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pencatatan. Pencatatan buku-buku sumber yang relevan dengan penelitian, teori-teori pendidikan kayak, nilai budaya dan sebagainya.
            Pencatatan dokumentasi sering dikenal dengan studi kepustakaan adalah mencari bahan-bahan pustaka dan dokumen yang ada kaitannya dengan masalah sebagai rujukan untuk tabulasi dan analisis data.
E.     Analisis Data
             Setelah data terkumpul, maka ada proses pemilihan data dan kemudian dianalisis dan diinterprestasikan dengan teliti, ulet dan cakap sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang objektif. Analisis data adalah kegiatan untuk memaparkan data, sehingga diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu referensi. Batasan lain mengungkapkan bahwa analisis data merupakan proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data. Sebagai usaha untuk memberikan pada tema dan ide (Moleong, 2000: 103).


DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto, 1985. Manajemen. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Poerwadarminto, 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Surono, 1991. Kamus ACIBI. Solo: Tiga Serangkai.

No comments:

Post a Comment