Friday, November 9, 2012

Analisis Kinerja Pemasaran Tanaman Jati (Tectona grandis Linn) (Studi Pemasaran Tanaman Jati di Desa Pamatan Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo ) (PRT-103)

BAB I 
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Kayu jati (Tectona grandis Linn) telah lama dikenal sebagai salah satu kayu yang berkualitas tinggi, tidak menimbulkan persaingan harga yang berat bagi tanaman lain seperti tanaman kopi karena memiliki struktur akar yang dalam, selain itu juga tidak memiliki efek alelopati terhadap kopi. Tanaman jati adalah salah satu jenis tanaman penghasil kayu yang banyak dibudidayakan orang sejak jaman dahulu karena mempunyai nilai jual yang tinggi. Saat ini populasi tanaman jati semakin hari semakin menipis, banyak kerusakan hutan negara akibat penjarahan oleh masyarakat sehingga hutan menjadi gundul yang bisa mempengaruhi ekosistem yang ada. Namun demikian, masih ada harapan bahwa masyarakat saat ini sudah mulai berperan serta dalam pengembangan tanaman jati yang dikenal dengan hutan rakyat.
Di Indonesia tanaman jati tumbuh baik pada dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl, tetapi jati juga dapat tumbuh pada ketinggian hingga 1300 m dpl seperti dijumpai di Myanmar dan India (Lapongan, 1998). Temperatur yang dikehendaki adalah 22-38 °C (Salleh, 2001). Tanaman jati memiliki habitat besar, berdaun lebar (ukuran panjang 20-50 cm dan lebar 15-40 cm) dengan bentuk kanopi membulat. Tinggi pohon jati dapat mencapai 30-45 m dengan diameter batang mencapai 220 cm. Tetapi karena banyaknya permintaan saat ini diameter batang jati umumnya sebesar 50 cm. Dengan pemangkasan, tinggi batang yang bebas cabang besar dapat mencapai 15 - 20 m.
Secara nasional kontribusi sektor kehutanan yang demikian besar ternyata belum dinikmati secara adil oleh petani, hanya kurang lebih 40 % dari harga jual yang ada di konsumen dimiliki oleh petani yang memproduksi bahan kayu tersebut, sedangkan yang 60% dimiliki oleh para pedagang. Idealnya petani harus mampu menjual sendiri produknya namun dalam prakteknya petani kayu jati rakyat di Kabupaten Malang sangat tergantung pada pedagang perantara, akibatnya posisi petani dalam sistem pemasaran selama ini masih sangat lemah. Padahal, sektor kehutanan terutama kayu jati merupakan komoditi yang dapat diandalkan untuk menambah penghasilan petani.

 
Permasalahan yang dialami petani sebagai produsen produk kehutanan (kayu jati) antara lain harga harga yang fluktuasi, tidak jelasnya informasi harga dipasaran, sehingga petani sering kesulitan memprediksi perhitungan usaha taninya. Panjangnya mata rantai pemasaran hasil produksi kayu jati rakyat membuat share pemasaran tinggi.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

No comments:

Post a Comment