Friday, November 9, 2012

Strategi Pengembangan Usaha Jamur Merang Pada Kelompok Tani Mancilan Purworejo Pasuruan (PRT-108)

PENDAHULUAN 

1.1   Latar Belakang.
Jamur merang ( Volvariella Valvacea ) merupakan salah satu komoditas sayuran tunas yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini sudah semakin banyak orang yang mengetahui nilai gizi jamur merang dan manfaatnya bagi kesehatan manusia. Dilain fihak produksi jamur merang di Indonesia sangat terbatas sehingga nilai ekonomi jamur merang semakin meningkat. ( Sinaga, 2000).
Budidaya jamur merang tergolong sangat mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas, bebas pestisida dan ramah lingkungan. Jamur merang dapat dipanen 10 hari setelah tebar bibit, dalam 1 (satu) proses produksi dapat panen 10-15 kali. Suhu kompos yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur merang antara 35 – 38 C, dengan kelembaban 95 – 98% (Anonim, 2003).
Jamur merang sebagai salah satu jenis pilihan Usaha Agribisnis memiliki potensi untuk dikembangkan, bahkan layak diusulkan menjadi sektor unggulan yang akan memperkuat struktur ekonomi. Alasannya, (a) Sumberdaya alam menyediakan bahan baku melimpah, (b) Sumber Daya Manusia (SDM) bersifat padat karya dan berbasis sumberdaya lokal yang kuat serta (c) Tidak memerlukan komponen luar negeri.
Jamur merang banyak mengandung protein nabati, serta unsur mikro nutrisi lainnya yang banyak dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan kesegaran. Dalam 100 gram jamur merang terdapat kandungan gizi sebagai berikut : Protein 2,68%, Lemak  2,24%, Karbohidrst 2,6%, Vitamin C 206 Cal, Calcium 0,75%, Fosfor 30,6% dan Kalium 44,1%. Sedangkan manfaat jamur merang adalah, (a) menghambat pertumbuhan sel tumor, (b) meningkatkan sistim kekebalan tubuh dan (c) Menurunkan kadar kolesterol dalam plasma darah dan hati.

 
Menurut Pasaribu, Permana dan Alda (2002), keunggulan komparatif yang dimiliki jamur adalah kemampuannya dalam mengubah selulose/lignin  menjadi polisakarida dan protein yang bebas kolesterol, sebagai masyarakat tertentu memilih jenis jamur tertentu sebagai fariasi menu makanan sehari-hari untuk menghindari kadar kolesterol yang tinggi dalam darah sehingga dapat mengurangi tekanan darah tinggi (stroke) yang dapat muncul sewaktu-waktu.
.Sebetulnya saat ini pasar jamur masih terbuka luas terutama untuk Ekspor. Negara tujuan Ekspor adalah Singapura, Hongkong, Taiwan dan Jepang. Namun masih ada beberapa kendala bagi produsen jamur yaitu (a) masih kurangnya kebersihan dalam proses produksi sehingga mempengaruhi kualitas jamur merang sehingga kalah bersaing dengan kualitas jamur luar negeri, (b) Jamur merang mempunyai sifat mudah rusak, (c) Masih kurangnya tenaga ahli dibidang pembuatan bibit jamur ( Permana,2002).
Jamur merang memiliki peluang pasar domistik maupun luar negeri yang terus berkembang, masalah penting dan mendasar dalam agribisnis adalah kesinambungan proses produksi dari hulu hingga hilir. Perusahaan berpeluang mendapatkan pasar dengan memperhatikan kebutuhan jamur merang yang belum terlayani. Strategi pemasaran diperlukan juga untuk membidik peluang pasar domistik. Segmentasi pasar jamur merang akan meluas dengan dukungan jaringan pemasaran dan saluran distribusi yang baik. Perluasan pasar ini juga harus didukung dengan peningkatan skala produksi (Anonim, 2003).
Menurut Pasaribu (2002), persaingan pengusaha jamur lokal akan memaksa perusahaan mengembangkan produk baru, memperbaiki produk yang sudah ada menurunkan biaya dan harga, mengembangkan tehnologi baru, memperbaiki mutu dan pelayanan, persaingan domistik yang kuat akan mendorong perusahaan mencari pasar eksport untuk mendukung perluasan dalam skala investasi pengembangan setelah dibukanya perdagangan bebas (AFTA 2003). Pasar eksport akan semakin  membuka peluang untuk ekspor jamur. Produk pertanian jamur berbeda dengan produk non-pertanian, dimana produk pertanian memiliki karakteristik mudah rusak (perishable), beragam kualitas dan kwantitas (variability), dan bulky dengan resiko fluktuasi harga yang cukup tinggi ( Said,2001). Untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk-produk pertanian diperlukan pengembangan pengolahan dan industri hilirnya.
Pada saat ini penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian termasuk pemanfaatan produk samping dan limbahnya (diversifikasi produk) masih sangat kurang. Produk pertanian jamur merang, umumnya dipasarkan dalam bentuk primer (belum diolah), sehingga bernilai rendah dan renta terhadap fluktuasi harga. Harga komoditas primer umumnya cendrung menurun, sedangkan harga produk olahan cendrung meningkat. Di pasar domistik sebagian produk pertanian lokal kalah bersaing dengan produk impor karena efisiensi dan mutu serta tampilan produk.
Data di Departemen Perindustrian dan Perdagangan menyebutkan bahwa sampai tahun 2002 tercatat 14 perusahaan pengalengan jamur yang tersebut di 7 propinsi yaitu di Lampung terdapat 1 perusahaan, Yogyakarta 1, Jawa Timur 2, DKI Jaya 5, Jawa Barat 3, Jawa Tengah 1, dan Sulawesi Selatan 1 perusahaan. Produksi pengalengan jamur pertahun diperkirakan mencapai 120.248.193 ton, dengan menyerap 19.607 orang tenaga kerja Indonesia dan 33 orang tenaga kerja asing. Di Jawa Timur jamur banyak diusahakan di daerah  Nongkojajar, Sukorejo, Purworejo Purwodadi Pasuruan dan Batu Malang karena daerah tersebut mempuyai ketinggian tempat yang sesuai untuk pengembangan jamur merang.
Salah satu perusahaan jamur di Jawa timur adalah Kelompok Tani Mancilan yang membudidayakan jamur merang. Kebunnya berada di Purworejo. Permasalahan yang dihadapi Kelompok Tani Mancilan adalah Tenaga ahli pembuat bibit jamur merang masih belum ada, sehingga membeli di perusahaan lainnya. Masyarakat yang mengetahui tentang jamur merang masih terbatas sehingga konsumennya hanya masyarakat kelas menengah keatas yang telah mengenal jamur dan pengusaha Restoran Surabaya, Pasuruan, Sidoarjo dan Malang. Produk jamur dari luar telah memiliki brand image yang lebih baik daripada produk jamur dari dalam negeri sehingga pengusaha jamur dari dalam negeri kalah bersaing dengan produk jamur dari luar. Permasalahan lain yang dihadapi adalah kurang terpenuhi kualitas produksi jamur, untuk itu Kelompok Tani Mancilan mengadakan kemitraan dengan petani di daerah Purworejo ( kebun ) dalam hal penyediaan sarana produksi, perbaikan kualitas dan mencari peluang pasar.
Dengan kondisi tersebut Kelompok Tani Mancilan perlu memperhatikan usahanya dan memperbaiki strategi pengembangan jamur agar tetap dapat mempertahankan keunggulan komperatif dan kompetitif di persaingan pasar bebas.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

No comments:

Post a Comment