Monday, February 18, 2013

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Karyawan Ksp. Tunas Artha Propinsi Jawa Barat (MS-35)

Sumber daya manusia merupakan aset perusahaan yang paling unik, paling rentan, paling murni dan sukar diperkirakan. Suatu organisasi dalam menjalankan aktifitasnya akan selalu berhadapan dengan manusia sebagai sumber daya yang dinamis dan memiliki kemampuan untuk terus berkembang, dimana dengan berkembangnya manusia sebagai tenaga kerja tersebut akan mempengaruhi stabilitas dan kontinuitas organisasi tersebut.
Untuk itu diperlukan pemimpin yang dapat memacu semangat kerja agar dapat meningkatkan kinerja sehingga tujuan dari perusahaan/organisasi bisa dicapai. Salah satu faktor untuk meningkatkan kerja adalah motivasi. Pada dasar nya suatu instansi bukan saja mengharapkan pegawai mau dan mampu bekerja secara giat, tapi bagaimana memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi, kemampuan, kecakapan dan ketrampilan pegawai tidak ada artinya apabila tidak diiringi dengan motivasi yang tinggi dari setiap pegawai guna meningkatkan kinerjanya. Sumber daya manusia merupakan faktor yang dominan dalam mencapai tujuan organisasi perlu mendapat perhatian secara khusus. Pimpinan unit kerja atau instansi memiliki kewajiban untuk selalu memotivasi pegawai agar meningkatkan kinerjanya,dengan demikian kerja sama dan saling memahami tugas dan fungsi dari setiap unit kerja sangat diperlukan.
Seberapa besar motivasi atau performance pegawai dalam melaksanakan setiap tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sangat tergantung pada keseimbangan antara produktifitas kerja dan kesejahteraan yang diperoleh. Studi tentang motivasi merupakan usaha untuk mendapatkan jawaban‑jawaban atas segala perilaku manusia yang begitu komplek dalam keterkaitanya dengan kerja pegawai.

Seorang pemimpin unit kerja atau instansi harus memiliki visi kedepan yang dapat dipergunakan sebagai gambaran yang akan dicapai oleh instansi yang bersangkutan.Visi sangat diperlukan guna memotivasi setiap pegawai, dengan visi yang jelas maka dalam memberikan motivasi pegawai tinggal mengarahkan kemana kemampuan dan kemauan pegawai untuk berprestasi. Setiap pegawai sering memiliki motivasi sesuai dengan obsesinya, ada yang dalam melaksanakan pekerjaan berorientasi pada besar kecil nya upah yang diterima, ada pula yang berorientasi pada kesempatan dalam memperoleh karir, sesuai dengan kenyataan tersebut maka pengendalian pimpinan diperlukan, sehingga apapun yang terjadi tidak akan berpengaruh terhadap tujuan instansi atau unit kerja.
Usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai bukan pekerjaan yang mudah, karena kinerja, pegawai dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya, skill, kemampauan, lingkungan kerja dan motivasi pimpinan. Secara tegas kinerja pegawai yang paling dominan disebabkan oleh kesiapan mental seseorang untuk memacu dirinya dan berprestasi guna memperoleh segala yang diharapkan. Dengan demikian unsur‑unsur kepuasan merupakan rangsangan untuk memacu tumbuhnya niat seseorang untuk berprestasi.
Ada beberapa hal yang menyebabkan motivasi sesorang menjadi tinggi, diantaranya adalah gaji (reward), prestasi, afiliasi, kekuasaan atau karier, d1l. Peranan motivasi dalam menunjang pemenuhan kebutuhan berprestasi sangat besar dengan keterangan lain motivasi mempunyai hubungan yang positif terhadap prestasi kerja, ini sejalan dengan pendapat Amstrong (1998:75) yakni "hubungan antara motivasi dan prestasi kerja adalah sesuatu yang positif, meningkatnya motivasi akan menghasilkan lebih banyak usaha dan prestasi kerja yang lebih baik, dan sebaliknya.
Hal tersebut didasarkan pada suatu dugaan pada suatu dugaan, bahwa seorang pegawai tidak selalu bekerja dengan latar belakang mendapatkan gaji, dimana oleh maslow diidentifikasikan adanya lima jenjang kebutuhan manusia, yaitu seseorang akan berusaha untuk memenuhi jenjang yang lebih tinggi apabila jenjang lebih rendah sudah dipenuhi. Tidak di pungkiri bahwa seorang pegawai pada awal nya tertarik pada besar nya gaji maupun bonus yang ditawarkan, namun hal ini tidak akan terus berlangsung terus‑menerus, karena saat tertentu perhatian utamanya bukan lagi bertumpu pada besarnya gaji, melainkan job content yang ditanganinya, dengan demikian masalah gaji dan upah bergeser peningkatnya menjadi kebutuhan sekunder.
Pada sisi lain, ada anggapan bahwa gaji atau bonus hanyalah merupakan faktor hygienic yang daripadanya seseorang bersedia untuk bekerja namun bukan atas dasar kebutuhan untuk berprestasi. Motifasi untuk berprestasi sebenarnya merupakan fungsi dari faktor‑faktor luar gaji, yaitu faktor pekerjaan itu sendiri kemungkinan untuk mengembangkan diri tanggungjawab yang diembannya dan pengakuan atas perolehan dalam hal karier di sepanjang masa kerjanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu pokok pemikiran bahwa upaya‑upaya yang dapat dilakukan oleh seorang manager dalam memotivasi pegawai harus dilakukan dengan mengetahui beberapa komponen yang mempengaruhi mereka dalam melakukan pekerjaan.
Dengan demikian suatu pengetahuan dan pemahaman secara komprehensif terhadap faktor‑faktor penentu yang dapat meningkatkan motivasi pegawai haruslah diidentifikasi secara lebih dini.
Berdasarkan pemikiran tersebut penulis ingin mengkaji "Pengaruh Motivasi Terhadap kinerja pegawai di KSP Tunas Artha Propinsi Jawa Barat."

No comments:

Post a Comment