Thursday, February 7, 2013

Analisis Pengaruh Modal, Hari Orang Kerja (Hok), Luas Lahan, Pelatihan, Dan Teknologi Terhadap Pendapatan Petani Padi Di Kabupaten Takalar (PRT-36)

Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya hidup dari bercocok tanam. Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian merupakan sektor penggerak perkembangan ekonomi dan laju pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini sektor pertanian masih merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dalam proses pertumbuhannya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat.
Hal ini ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian serta produk nasional yang berasal dari pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional (Mubyarto 1986)
Beberapa fakta menunjukkan bahwa program pembangunan yang telah dilakukan pemerintah khusunya kebijakan dalam bidang pertanian selama ini tidak secara langsung mampu meningkatkan keberdayaan petani. Hal tersebut dapat dilihat dengan munculnya berbagai permasalahan yang dihadapi petani, yang menyebabkan petani tidak memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari kegiatan usaha tani yang dilakukannya.
Menurut Siagan (2002) bebrepa permasalahan tersebut diantaranya adalah berkaitan dengan 1) kualitas sumber daya manusia disektor pertanian jauh lebih rendah dibandingkan dengan sektor sektor ekonomi lainnya. 2) terbatasnya modal kegiatan usaha menyebabkan petani tidak mempunyai cukup modal untuk melakuakn investasi. 3) pemilikan lahan yang sempit yang tidak memungkinkan terciptanya skala usaha yang ekonomis dengan penggunaan teknologi yang efisien. 4) petani belum memperoleh pendapatan sesuai dengan jerih payahnya.

Pertanian merupakan sektor penyerap tenaga keja yang paling tinggi  diantara sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia. Suatu kenyataan bahwa sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja yang tidak terdidik. Tenaga kerja yang terserap disektor pertanian ini rata-rata berpendidikan rendah (Safari,1999: Ministry Of agriculture, 1996). Jadi dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia (SDM) disektor per tanian tergolong masih rendah. Tingkat pengetahuan dan pelatihan yang rendah merupakan salah satu masalah yang menyebabkan  usaha-usaha untuk memajukan bidang pertanian menjadi sangat lamban karena tingkat pendidikan dan pelatihan yang rendah petani tidak dengan cepat menerima kemajuan teknologi yang diperkenalkan (Gathak,1992).
Kabupaten Takalar sebagai salah satu daerah lumbung padi di Sulawesi Selatan, tentunya persoalan diatas menjadi perhatian besar bagi pemerintah daerah dan para petani pada umumnya. Hal tersebut mengingat besarnya potensi pertanian di kabupaten Takalar yang tentunya akan menghasilkan lapangan pekerjaan yang besar bagi sebagian besar masyarkat. Peningkatan produksi dan pendapatan petani di Kabupaten Takalar ini sangat dipengaruhi oleh tingkat harga pokok produksi dan harga jual hasil-hasil produksi di pasaran, diamana harga pokok produksi padi mereka melalui penggunaan bibit dan pupuk.
Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Takalar atas dasar harga berlaku tahun 2010 dari 1.550.676,31 juta dengan konstribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian yakni sebesar 46,56 persen dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik, tahun 2008 sebesar 528.879,40, tahun 2009 sebesar 613.079,43 dan tahun 2010 sebesar 722.036,70 terjadi peningkatan dari tahun ketahun.
Salah satu hal yang mendasar terjadi pada masyarakat kabupaten Takalar adalah permodalan yang sedikit. Padahal modal sangat penting dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat. Kekurangan modal akan berpengaruh terhadap pendapatan. Dalam suatu usaha tani membutuhkan modal kerja dimana modal memiliki peranan yang sangat besar dalam pengadaan sarana produksi dan upah tenaga kerja.
Sistem pinjam dan dibayar setelah panen atau biasa disebut "yarnen" yang dilakukan oleh para petani tersebut, terpaksa dilakukan karena petani tidak memiliki uang untuk membeli pupuk. Uang yang ada dipergunakan untuk upah garap yang juga sudah sangat mahal. Petani penggarap biasanya berupaya memberikan pelayanan lebih kepada pekerja. Sebab, saat musim garap, sulit mendapatkan pekerja dan adanya penggunaan mesin traktor sehingga menimbulkan biaya produksi.
Teknologi merupakan faktor yang dapat mengefisenkan waktu dan biaya yang dikeluarkan petani dalam menggarap lahannya. Teknolgi seperti kerbau yang dijadikan pembajak sawah menguras banyak energi dan waktu dibandingkan dengan penggunaan teknologi seperti traktor yang cepat dan tidak mnguras energy pembajaknya. Proses perontokan padi yang dilakukan dengan cara menebas kan padi membutuhkan waktu yang lama dibandingkan menggunakan teknologi seperti mesin rontok yang cepat dan tidak menggunakan tenaga kerja yang banyak yang mngeluarankan biaya yang besar. Upaya peningkatan pendapatan petani melalui faktor produksi tidak hanya diperlukan suatu teknologi saja tetapi juga harus dibarengi dengan pembangunan pola pikir prilaku petani, karena setiap individu memiliki kemampuan, cara berfikir dan kreatifitas yang berbeda.
Belum maksimalnya produktifitas pertanian di Kabupaten Takalar antara lain tidak meratanya kemampuan petani dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam mengadopsi inovasi (teknologi) dan kurangnya modal yang dimiiki petani. Luas Lahan merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Skala usaha juga ditentukan oleh luasnya lahan yang akan digarap. Proses produksi berjalan lancar dan menguntungkan dengan catatan faktor-faktor yang menhambat  dapat ditanggulangi. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan dalam penggunaan masukan. Kekurangan modal menyebabkan rendahnya hasil yang diterima (Daniel, 2002).
Pembangunan pertanian yang dilakukan di Sulawesi Selatan ini senantiasa diperhadapkan pada berbagai tantangan dan kendala seperti kecenderungan produksi yang tidak diikuti dengan peningkatan nilai tambah produksi yang dihasilkan, tingkat produksi yang tidak memenuhi skala ekonomi dan kualitas produk pertanian  yang kurang memuaskan.
Untuk meningkatkan produktifitas disektor pertanian, bukan hanya pemerintah saja yang dituntut untuk melakukan perbaikan –perbaikan agrobisnis, namun diharapkan juga peranan petani atau kelompok usaha tani dalam meningkatkan produksi dan pendapatan yang mencakup peningkatan keterampilan usaha, perluasan lahan produksi, perluasan modal kerja yang ditunjukkan pada peningkatan mutu dan penentuan harga jual atas produksi dipasaran.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para petani  mengindikasikan perlunya studi yang mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ini menarik untuk di kaji lebih mendalam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan antara lain modal, Hari Orang Kerja (HOK), pelatihan, luas lahan, dan teknologi.
Faktor modal kerja masuk dalam penelitian ini karena secara teoritis modal  mempengaruhi peningkatan jumlah barang atau produk yang dihasilkan  sehingga akan meningkatkan pendapatan.
Faktor Jumlah Hari Kerja yang diukur berdasarkan HOK secara teoritis mempengaruhi pendapatan usaha dimana semakin tinggi hari kerja yang diluangkan untuk produksi maka probabilitas pendapatan yang diterima petani akan semakin tinggi.
Sama dengan modal dan skill (pelatihan), luas lahan merupakan salah satu  dari faktor-faktor produksi, dimana semakin besar luas lahan yang digarap oleh petani maka semakin besar pula output atau hasil panen yang diperoleh petani.
Faktor Pelatihan (Pengembangan usaha tani) masuk dalam faktor-faktor produksi yaitu skill, dimana skill secara teori mempengaruhi jumlah output yang diproduksi.
Penggunaan Teknologi masuk dalam penelitian ini dikarenakan teknologi secara teori mempengaruhi efisiensi waktu kerja, dimana penggunaan teknologi dalam hal ini mesin traktor akan mengefisiensikan waktu, tenaga dan biaya sehingga akan mengurangi jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses  produksi dibandingkan dengan menggunakan alat bajak tradisional.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ditarik masalah untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dengan judul Analisis Pengaruh Modal, Hari Orang Kerja (HOK), Luas Lahan, Pelatihan dan Teknologi Terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Takalar”.


 Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

No comments:

Post a Comment