Friday, February 8, 2013

Contoh Kumpulan Skripsi Matematika Baru PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA


PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS VII SMP ADVENT VII JAKARTA


 
BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah
Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupakan salah satu dari permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, baik dengan pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, sarana pendidikan serta perbaikan manajemen sekolah. Dengan berbagai usaha ini ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.
1
 
Peran serta warga sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat kurang, partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering terabaikan, padahal terjadi atau tidak terjadinya perubahan di sekolah sangat tergantung pada para gurunya. Oleh karena itu guru dan masyarakat sekolah harus memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan program-program sekolah. Guru perlu memahami bahwa apapun yang dilakukan di ruang kelas mempunyai pengaruh, baik positif maupun negatif terhadap motivasi siswa, cara guru menyajikan pelajaran, bagaimana kegiatan belajar dikelola di kelas, cara guru berintekrasi dengan siswa kiranya dilakukan oleh guru secara terencana dengan perbaikan dan perubahan baik dalam metode, manajemen sekolah yang terus dilakukan diharapkan dapat  meningkatkan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia.
Kegiatan pembelajaran di sekolah biasanya hanya menenkankan pada transformasi informasi faktual dan pengembangan penalaran yaitu pemikiran logis menuju pencapaian satu jawaban benar atau salah. Menurut Gagne “Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai”dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran memerlukan banyak pengetahuan dalam mengarahkan dan menyampaikan informasi agar tidak menimbulkan suatu kesalahan antara orang tua, guru dan siswa.
Tujuan pembelajaran matematika kepada siswa akan tercapai bila faktor-faktor pendukungnya dioptimalkan dengan faktor penghambatnya diminimalisir. Hambatan-hambatan tersebut seyogyanya bisa diatasi sendiri oleh siswa. Salah satu cara untuk mengatasi hambatan-hambatan fisiologis menurut hasil penyelidikan dan Ziger, Paw Lazarsfeld, Netschareffe, Else Liefmann, S. Holingworth, Baldwin yang dikutip oleh Ch. Buhler bahwa “Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan sebagainya”
Pekerjaan mendidik dan melatih harus dimulai pada masa bayi, oleh karena pada saat itu pikirannya paling mudah diajar dan pelajaran-pelajaran yang diberikan akan diingat, oleh karena itu di atas bahu semua orang tua terdapat tanggung  jawab untuk memberikan pendidikan jasmani, mental, dan rohani. Orang tua harus mengetahui bahwa rumah tangga adalah sebuah sekolah latihan. Tempat mendapat pendidikan yang pertama yang harus diterima anak-anak pada tahun-tahun permulaan pada kehidupan mereka, mengajar mereka untuk menjadi baik hati, sabar dan untuk memikirkan kepentingan orang lain.
“Janganlah pendidikan rumah tangga dianggap sebagai soal yang remeh. Ini menempati tempat yang utama di dalam segala pendidikan yang benar. Para ibu dan bapak telah dipercayakan satu tugas untuk membentuk pikiran anak-anak mereka”
Pekerjaan orang tua mendahului pekerjaan guru mereka mempunyai sekolah rumah tangga kelas pertama, untuk mempersiapkan anak-anak untuk memasuki kelas dua, yaitu untuk menerima petunjuk-petunjuk dari guru. Oleh karena itu guru dan orang tua memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan program-program sekolah dan menjamin mutu semua aspek penyelenggaraan dan hasil pendidikan.
Setelah anak  mulai duduk dibangku sekolah, peran orang tua tidak dapat dilepaskan. Sikap orang tua corak hubungan yang terjadi antara orang tua dan anak serta bagaimana perhatian orang tua terhadap sekolah, maka semua ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Menurut Piaget bahwa : “Anak-anak dalam rentang usia 7-11 tahun baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkrit
Perhatian kepada anak bukan hanya pemberian makanan, minuman, pakaian tetapi juga yang lebih penting lagi adalah pemberian kasih sayang orang tua yang penuh dan sabar dalam mendampingi anaknya sehari-hari.
Keberhasilan belajar anak sangat ditentukan oleh dorongan atau bimbingan belajar dari orang tua. Karena dorongan ini dapat mempengaruhi anak secara langsung. Dengan demikian apabila orang tua memberikan dorongan kepada anaknya, sekalipun keluarga tersebut dari keluarga miskin akan tetapi menghasilkan efek yang positif terhadap anak dalam pendidikannya.
Anak selalu berkembang baik fisik maupun mentalnya jika pertumbuhan fisik anak dapat dilihat dari besar tubuh dan tinggi tubuh anak, namun dilihat dari perkembangan anak (jiwa) anak terlihat dari keinginan serta kemampuan anak dalam bersikap sesuatu. Apalagi diera modernisasi ini pengaruh yang masuk atau yang dialami anak sangat besar ditambah dengan kemajuan dunia media baik media cetak atau media elektronik begitu cepatnya mengelilingi kehidupan anak, sehingga jika orang tua lengah dalam menyingkapi keadaan ini maka anaknya akan begitu saja cepat menerima sesuatu budaya atau ajaran dari luar. Tidak semua ajaran dari luar itu buruk dan tidak semua ajaran dari luar itu baik. Sebagai bangsa yang terkenal dengan budi pekerti yang luhur sebaiknya orang tua jangan bosan-bosan untuk selalu mengibarkan dan selalu mencontohkan budi pekerti yang sesuai dengan kehidupan bangsa kita.
Matematika mencakup beberapa operasi  hitungan secara pecahan, penjumlahan, pengurangan, serta pembagian.
Maka sering kali kita mendengar bahwa matematika itu sulit, padahal kesulitan itu bisa diatasi apabila didukung dengan banyaknya latihan dirumah, mungkin bukan hanya matematika saja yang perlu latihan di rumah pada pelajaran lain pun sama.
Segala problem atau masalah anak yang merasa ada kesulitan terhadap penyelesaian pada pelajaran matematika dapat diatasi dengan bimbingan dan perhatian dari orang tua. Orang tua harus selalu menyediakan waktu untuk menyelesaikan masalah anak, sehingga anak terbimbing dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam pelajaran.
Menurut Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, membuat satu konsep bahwa “Kecerdasan emosional” dianggap akan dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan-hambatan psikologis yang ditemuinya dalam belajar. Menurutnya kecerdasan emosional adalah “Kemampuan merasakan, memahami dan secara eefktif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi”
Kecerdasan emosional yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, karena emosi memancing tindakan seorang terhadap apa yang dihadapinya.
Pembelajaran matematika merupakan pengembangan pikiran yang rasional bagaimana kita dapat mereflesikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari alasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi hasil belajar matematik.

B.           Identifikasi Masalah
Memahami latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :
1.      Apakah siswa yang memiliki kecerdasan emosional stabil dapat mempengaruhi hasil belajar matematika ?
2.      Apakah siswa yang memiliki kecerdasan emosional labil dapat mepengaruhi prestasi belajar matematika ?
3.      Apakah lingkungan siswa di sekolah dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika ?
4.      Apakah siswa yang memiliki keinginan untuk berprestasi dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika ?
5.      Apakah ada hubungan motivasi terhadap siswa yang memiliki kecerdasan emosional labil dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika ?
6.      Apakah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional yang dimiliki siswa dengan hasil belajar matematika ?
7.      Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar matematika ?

C.          Pembatasan Masalah
Dari permasalahan yang ada, maka kami membatasi pengkajian pada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar matematika kelas VII SLTP Advent VII Jakarta.
Hasil yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh dari evaluasi siswa dalam pelajaran matematika setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran selama satu semester.

D.          Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar matematika” ?

E.           Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menjelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah :
1.      Menerapkan konsep ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan di STKIP “Kusuma Negara” Jakarta, khususnya tentang ilmu matematika.
2.      Untuk mengetahui sampai sejauh manakah pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar matematika dalam kaitannya dalam peningkatan mutu pendidikan di SMP Advent VII Jakarta.
F.           Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori di bidang pendidikan khususnya mata pelajaran matematika di SMP.
Secara  praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi para guru matematika khususnya di SMP Advent VII Jakarta dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas pengajaran dengan senantiasa memperhatikan kecerdasan emosional siswa guna meningkatkan prestasi belajar.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
                             
A.          Deskripsi Teoritis
Teori yang akan digunakan sebagai landasan meliputi teori yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan prestasi belajar matematika.
1.      Kecerdasan Emosional
Menurut Cooper dan Sawaf ; “Emosi adalah sumber energi, pengaruh dan informasi yang bersifat batiniah. Emosi yang baik atau buruk sudah ada sejak lahir, sehingga sangat penting dalam eksistensi kepribadian untuk mendukung kemapuan bertindak cerdas”
Sedangkan yang dimaksud dengan kecerdasan emoisonal adalah “Keterampilan memahami diri sendiri, mengatur diri sendiri, motivasi dari empati, sebagai prediktor yang sangat kuat dan dapat dipercaya untuk meraih keberhasilan dalam bekerja.
9
 
Para ahli psikologi meyakini bahwa terdapat hubungan erat antara kemampuan pengendalian emosi dengan kesuksesan dalam kehidupan. Menurut Mc Celland bahwa “Keinginan untuk berprestasi adalah suatu motif untuk mencapai suatu standar kualitas. Sesorang yang digerakkan oleh motif akan berusaha melakukan usahanya atau pekerjaannya sebaik mungkin”Oleh karena itu emosi merupakan suatu sistem sebagai pemandu internal dalam melayani kebutuhan dasar manusia. Emosi dapat mempermudah dan mempersulit pengambilan keputusan, demikian pula sebaliknya.
Menurut Cery Y Young bahwa kecerdasan emosional ada lima dimensi, antara lain :
a.       Sadar diri
b.      Mampu mengatur diri
c.       Mampu memotivasi diri
d.      Memahami perasaan orang lain
e.       Ketrampilan sosial  / menjaga persahabatan

Kemampuan setiap orang berbeda beda, ada yang trampil menangani kecemasan diri sendiri dan ada yang tidak mampu untuk mengatasi kecemasan dalam dirinya. Oleh karena itu emosi pada dasarnya adalah motivasi untuk bertindak untuk mengatasi masalah atau kemampuan memecahkan masalah.
Kesiapan seorang anak untuk masuk sekolah tergantung pada hal yang paling dasar, yaitu belajar. Dalam lima dimensi itu terdapat tujuh perilaku kunci kecerdasan emosional antara lain :
a.       Percaya diri
Penguasaan seseorang terhadap tubuh, perilakunya terhadap dunia sekitarnya.
b.      Rasa ingin tahu yang besar
Perasaan bahwa menyelidiki segala sesuatu itu bersifat positif dan menimbulkan kesenangan terhadap dirinya sendiri.
c.       Tekun dan bersungguh-sungguh
Hasrat dan kemampuan untuk berhasil dan untuk bertindak berdasarkan niat dengan tekun. Ini berkaitan dengan perasaan efektif dan terampil.
d.      Kontrol diri
Kemampuan untuk mengontrol dan menyesuaikan aktivitas diri secara benar.
e.       Kemampuan berhubungan dengan orang lain
Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain dengan berdasarkan saling memahami.
f.       Kemampuan berkomunikasi
Kemampuan untuk bertukar fikiran, perasan dengan orang lain, ini berhubungan dengan rasa percaya pada orang lain.
g.      Kemampuan bekerjasama.
Kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhan sendiri dengan kebutuhan lain
Menurut uraian diatas bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat memperbaiki nilai prestasi belajarnya dan hampir semua siswa yang berprestasi kurang tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional.
Kemampuan orang berbeda dalam wilayah ini, ada yang terampil menangani kecemasan diri sendiri tetapi agak kerepotan meredam kemarahan orang lain. Landasan dibalik ini adalah saraf, otak bersifat platis, sangat mudah dibentuk, dan terus menerus belajar. Kekurangan-kekurangan dalam ketrampilan emosional dapat diperbaiki sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya. Masing-masing wilayah dapat menampilkan bentuk kebiasaan dan respons yang tepat sesuai dengan kondisi.
Mayer dan Salovey mengategorikan kecerdasan emosional yang dimiliki manusia dalam tiga kelompok berdasarkan kesadaran emosional, yaitu :
a.       Non – conscious and regulation of emotion.
Ketidaksadaran dalam penyusunan dan pengaturan emosi, tidak mampu menahan emosi, pengeluaran terjadi diluar kesadaran diri.
b.      Low – level consciousness
Tipe kesadaran tingkat rendah, melibatkan kesadaran dalam sekejap, kurang melatih diri untuk mengendalikan emosi.
c.       Higher consciousness
Mampu merefleksikan emosi dengan tepat, terlibat pemikiran tentang diri, dan sering me-recall pengalaman emosi.
Kesiapan seorang anak untuk masuk sekolah bergantung pada hal yang paling dasar diantara semua pengetahuan yaitu bagaimana belajar. Dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, maka belajar ini disebut “Rote Learning”.
Menurut Nasution belajar adalah penambahan pengetahuan, sehingga didalam praktek banyak dianut oleh sekolah dimana guru-guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid giat untuk mengumpulkannya, dan bukti bahwa seorang anak telah belajar dapat dilihat dari hasil ujian yang diadakan, sedangkan pada pendidikan modern definisi tentang belajar memperhatikan perkembangan seluruh pribadi anak seperti yang tercantum dalam pendidikan Nasional
Belajar juga bisa diperoleh dengan jalan mengalami pengalaman itu sendiri memiliki arti sumber pengetahuan dan keterampilan, yang bersifat pendidikan. Pada garis besarnya pengalaman itu dibagi dua yaitu :
1.      Pengalaman langsung, partisipasi sesungguhnya, berbuat dan lainnya.
2.      Pengalaman pengganti.
a.       Melalui observasi langsung
b.      Melalui gambar
c.       Melalui grafik
d.      Melalui kata-kata
e.       Melalui simbol-simbol

Belajar yang efektif dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan, apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu sheingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.
2.      Belajar memerlukan latihan, dengan jalan : relarning, recailing dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran akan lebih mudah dipahami.
3.      Belajar akan lebih mudah berhasil jika belajar dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
4.      Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajar.
5.      Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, pengalaman belajar yang lalu dengan yang baru diasosiasikan sehingga menjaid satu kesatuan pengalaman.
6.      Pengalaman masa lalu besar peranannya dalam belajar, pengalaman ini menjadi dasar untuk menerima pengalaman baru.
7.      Faktor kesiapan belajar, siswa yang telah siap belajar akan lebih mudah berhasil.
8.      Faktor minat dan usaha, belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada tanpa minat.
9.      Faktor-faktor psikologis, kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar, badan yang lemah tak mungkin melakukan belajar dengan sempurna.
10.  Faktor intelegensi, siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena anak yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan, hal ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikanyang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implicit (tersembunyi). Kegiatan belajar terdiri dari kegiatan psikis dan kegiatan fisis yang saling bekerja sama secara terpadu dan konferhensif integral, sejalan dengan itu belajar dapat dipahami sebagai usaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian.
Menurut pengertian secara psikologi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungan
Untuk menangkap isi pesan belajar, maka dalam belajar individu menggunakan ranah-ranah :
a.       Kognitif
yaitu keamanan yang berkenaan dengan pengetahuan, atau penalaran atau pikiran.
b.      Efektif
yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi.
c.       Psikotomorik
yaitu kemampaun yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan dan kreatifitas
Arthur T Jersild menyatakan bahwa belajar adalah “Modification of behavior through experience and traning”yaitu perubahan atau membawa perubahan tingkat laku karena mengalami latihan.
Sebuah laporan dari National Center for Clinical Infant Programs menyatakan bahwa keberhasilan di sekolah bukanlah diramalkan oleh kemampuan dini siswa untuk membaca, melainkan oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial seperti yakin pada diri sendiri dan mempunyai minat, tahu pola perilaku apa yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat nakal, mampu menunggu, mengikuti petunjuk, dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan, serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhannya saat bergaul dengan anak-anak lain. Menurut laporan tersebut, hampir semua siswa yang berprestasi sekolahnya buruk tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional.

2.      Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam prilaku individu sebagai hasil dari pengalaman, pada prinsipnya hasil belajar merupakan nilai (value) yaitu konsepsi prilaku abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Dalam praktiknya hasil belajar dijadikan instrumen (instrumental value) yaitu suatu nilai yang menjadi sarana bagi nilai lainnya Perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, kebiasaan, kepandaian atau satu pengertian. Perubahan perilaku sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis dan psikologis seorang siswa sehingga perlunya guru memahami kondisi  siswa tersebut, apabila ingin mendapatkan prestasi belajar yang maksimal.
“Output pendidikan merupakan kinerja sekolah, yaitu prestasi yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Hal ini dapat diukur dari kualitas, efektivitas, produktivitas, efisiensi, inovasi, dan moral kerjanya. Kualitas dari sebuah keluaran sekolah dapat tercermin dari prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswanya menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, Ujian Akhir Nasional, karya ilmiah, dll. (2) prestasi non-akademik seperti peningkatan Imtak, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, ketrampilan dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya
“Prestasi belajar adalah hasil penilaian guru terhadap siswa untuk mengetahui beberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi belajar yang telah diberikan”. Penilaian prestasi belajar dalam pelajaran biasa ditentukan hasilnya melalui nilai angka atau pernyataan singkat.
Adapun maksud hasil belajar Matematika dalam skripsi ini adalah hasil penilaian guru terhadap siswa untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Matematika yang telah diberikan.
Prestasi belajar merupakan suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu. Pada prinsipnya hasil belajar matematika merupakan nilai yang konsepsi perilaku abstrak didalam diri manusia. Dalam praktiknya hasil belajar dijadikan suatu nilai berupa kecakapan, kepandaian atau satu pengertian. Oleh karena itu guru perlu memahami kondisi siswa, apabila ingin mendapatkan prestasi belajar yang maksimal. Prestasi sekolah dapat diukur dari kualitas, efektivitas, produktivitas, efisiensi, inovasi dan moral kerjanya.
Kualitas dari sebuah keluaran sekolah dapat tercermin dari prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswanya menunjukkan pencapaian yang tinggi berupa nilai ulangan umum, ujian akhir nasional, dl.
“Prestasi belajar  adalah hasil penilaian guru terhadap siswa untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi belajar yang telah diberikan”. Penilaian prestasi belajar dalam pelajaran bisa ditentukan hasilnya melalui nilai angka atau pernyataan singkat.
Adapun maksud prestasi belajar matematika dalam skripsi ini adalah hasil penelitian guru terhadap siswa untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika. Prestasi belajar matematika yang diambil sebagai data dalam penelitian ini adalah nilai murni ulangan umum siswa semsester khususnya pelajaran matematika.
3.      Penelitian Yang Relevan
1.      Penelitian Daniel Golamen menyatakan bahwa “Setinggi tingginya IQ menyumbang sekitar 20% sebagai faktor yang menentukan sukses dalam hidup, sedang yang 80% disebabkan kekuatan-kekuatan lain, antara lain kelas sosial dan nasib baik sebagai kemampuan yang bernuansa kecerdasan emosional.
2.      Penelitian Robert A. Baron menyatakan bahwa kemampuan berpikir secara abstrak dan belajar dari pengalaman, sehingga menunjukkan perilaku mampu mengerjakan tugas dan menerima informasi yang beragam secara cepat, mengerti dan mampu beradaptasi dengan situasi baru, sukses disekolah, dalam penelitian dan kehidupan. 

B.        Kerangka Berpikir
Supaya proses belajar efektif diperlukan motivasi yang cukup kuat, karena belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan untuk mencapai tujuan.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah untuk :
1.      Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.
2.      Mengarahkan kegiatan belajar
3.      Membesarkan semangat belajar
4.      Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian belajar. 
Bila motivasi disadari oleh siswa, maka suatu pekerjaan dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.
Manusia adalah makhluk sosial. Perilakunya tidak hanya terpengaruh oleh faktor biologis saja, tetapi juga faktor-faktor sosial. Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif, kognitif dan konatif. Komponen afektif adalah aspek emosional yang terdiri dari motif sosial, sikap dan emosi. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Sebagai anggota masyarakat, lingkungan dapat mempengaruhi cara belajar siswa. Oleh karena itu kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, kondisi sekolah yang sehat, lingkungan yang aman, tentram dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Keinginan untuk berprestasi adalah merupakan sebagai motif untuk mencapai suatu standar kualitas seseorang yang digerakkan oleh keinginan akan berusaha melakukan usahanya sebaik mungkin. Siswa yang mempunyai ketahanan yang tinggi dalam melakukan tugas tidak cepat menyerah. Mereka cenderung mempunyai hasil kerja yang baik.
Aktivitas siswa dikelas dibimbing dan diarahkan guru untuk menuntunnya dalam belajar matematika mereka diajak untuk melibatkan mental, fisik dan emosinya dalam proses memperoleh ilmu matematika. Dalam melakukan aktivitas tersebut, siswa dapat merasakan berbagai emosi seperti bersemangat, gembira, bosan dan putus asa, dan aktivitas seperti ini melibatkan kecerdasan emosional siswa. Adapun siswa yang mudah merasa kecewa, sedih, frustasi, cemas dalam mengikuti suatu pelajaran akan kesulitan dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam pelajaran matematika.
Siswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali emosi dirinya, mengelola emosi, memotivasi diri, berhubungan dengan orang lain, dan mempunyai keinginan untuk berprestasi adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang baik. Sedangkan siswa yang kesulitan mengatasi satu atau lebih kemampuan diatas berarti kecerdasan emosionalnya kurang.
Dari kerangka berpikir di atas, diduga bahwa kecerdasan emosional siswa mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa SMP Advent VII Jakarta. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional stabil juga akan dapat memiliki prestasi belajar matematika yang tinggi. Adapun siswa yang kecerdasan emosionalya labil atau kurang stabil dalam belajar matematika diduga akan menjumpai banyak kesulitan dalam belajar matematika sehingga prestasi dalam pelajaran matematika kurang memuaskan.
Siswa yang lingkungan sekolahnya aman, tentram, indah, keluarga yang harmonis diduga akan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika dengan hasil yang baik dan siswa yang mempunyai keinginan untuk berprestasi akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Sedangkan siswa yang tidak mempunyai keinginan untuk berpretasi mereka akan cepat menyerah dan tidak mau berusaha sehingga hasil prestasi dalam pelajaran matematika kurang baik karena kehilangan minat untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun siswa yang termotivasi cara belajarnya diduga akan dapat mengoptimalkan dirinya sehingga dapat memiliki prestasi belajar matematika yang tinggi dan sebaliknya bila siswa tidak memberi perhatian, proses belajar tidak akan berjalan dengan semestinya.
Oleh karena itu bisa diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosionalnya stabil diduga akan memiliki hasil belajar matematika yang tinggi. Demikian sebaliknya siswa yang memiliki kecerdasan emosionalnya kurang stabil, diduga memiliki hasil belajar matematika yang rendah.

C.          Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka befikir diatas, maka dapat dirumuskan :
Terdapat pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Advent VII Jakarta.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.    Deskripsi Data
1.      Deskripsi data Variabel X (Motivasi)
Deskripsi data variabel X diperoleh rentang nilai terendah 53 dan nilai tertinggi119 dengan mean (rata-rata) 83.90 modus 81.50 median 83.10 varian 193.49 dan simpangan baku 13.91 (Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 4). Dari data tersebut dibuat distribusi frekuensi, grafik histogram dan polygon frekuensi di bawah ini :

  1. Deskripsi data Variabel Y (Hasil Belajar Matematika)
Untuk variabel Y diperoleh rentang nilai 52 sampai 96 dengan rata-rata 70.57 modus 68.70 median 69.50 varians 109.17 dan simpangan baku 10.45. (Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 4). Dari data tersebut dibuat distribusi frekuensi, grafik histogram dan polygon frekuensi di bawah ini.

B.     Pengujian Persyaratan Analisis Data Varibel Y (Hasil Belajar Matematika)
  1. Uji Validitas
Untuk mengetahui instrumen yang diberikan Valid atau tidak maka dilakukan uji validitas, dari 30 tes hasil belajar didapat 25 soal valid. (Hasil uji validitas soal dapat dilihat pada Lampiran 2).
  1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dengan menggunakan uji Liliefors. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut :
Hasil perhitungan uji normalitas Variabel X diperoleh Lo = 0,0986 Le= 0,161 pada taraf signifikan 0,05 untuk n = 30 dan pada Variabel Y diperoleh Lo = 0,0987 Le = 0,161 pada taraf signifikan 0,015 untuk n = 30.
Karena Lo dari kedua perhitungan lebih kecil dari Le (L tabel) maka dapat disimpulkan bahwa data variabel X dan variabel Y berdistribusi normal. (Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 10 dan Lampiran 12).

  1. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui berapa jauh pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika siswa, perlu dicari angka indeks korelasi (rxy) dengan menggunakan rumus korelasi roduct moment dari pearson. Berdasarkan perhitungan angka indeks korelasi Variabel X dan Variabel Y diperoleh nilai koefisien korelasi rxy = 0,9388 (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6).
Dari hasil perhitungan diperoleh rhitung > rtabel(0.9388 > 0.361) berarti koefisien korelasi signifikan.
Koefisien Determinasi (KD) didapat :
KD = (0,9388)2 X 100% = 0.88 X 100% = 88%
Maka 88% dari hasil belajar matematika disebabkan oleh pengaruh dari kecerdasan emosional.
Uji signifikansi yaitu : thitung   
Karena thitung > ttabelmaka uji hipotesis signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan atnara kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Advent VII Jakarta.

4.      Uji Homogenitas
Pengujian Homogenitas antara kelompok eksperimen dan control dilakukan dengan uji Fiser (F).
Langkah-langkah perhitungan :
1.      Hipotesis
Ho : Varians kedua kelompok adalah homogen
Hi : Varians kedua kelompok adalah tidak homogen
2.      Menghitung fhitung = Varians terbesar
                                       Varians terkecil

a.       Sx = 13,91
Varians x      = S x2
                            = (13,91)2
                     = 193,49
b.      Sy = 10,45
Varians y      = S y2
                     = (10,45)2
                     = 109,20
Maka didapat :
Fhitung
           = 1,772      


  1. Membandingkan harga fhitung dengan ftabel.
Dari daftar distribusi f dengan taraf signifikan α = 0,05 dengan dk pembilang dan dk penyebut n – 1 = 30 -1 = 29 diperoleh harga ftabel = 1,858
  1. Kriteria Pengujian
Terima Ho atau varians kedua kelompok adalah homogen jika fhitung < ftabel.
5.      Kesimpulan
Dikarenakan fhitung < ftabel yaitu 1,772 < 1,858 Ho diterima, sehingga populasi adalah homogen.

BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar matematika siswa SMP Advent VII Jakarta dengan koefisien korelasi r = 0,9388 dan rtabel0,361 pada taraf signifikan = 0,05.

B.     Implikasi
Hasil penelitian ini memiliki implikasi praktis dan implikasi bagi penelitian selanjutnya sebagai berikut ;
1.      Implikasi Praktis
a.       Upaya diagnostik dalam rangka memahami latar belakang kesulitan belajar matematika siswa, dimungkinkan akibat tidak memiliki suatu atau lebih unsur kecerdasan emosional.
b.      Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa, sehingga diharapkan para guru memiliki wawasan tentang kemampuan kecerdasan emosional (EQ).
c.       Kegiatan pembelajaran siswa di kelas agar tidak hanya berorientasi ilmu matematika, tetapi juga kepada usaha peningkatan kecerdasan emosional.
 
2.      Implikasi bagi penelitian selanjutnya
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini memberikan beberapa alternatif bagi penelitian lebih lanjut, antara lain :
a.       Pengujian pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari hasil belajar efektif dan psikomotorik.
b.      Pengujian pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang studi lain.
c.       Pengujian pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika dengan populasi dan sampel yang lebih luas.

C.    Saran
Dengan terjaringnya data dalam menguji hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa SMP, maka berikut ini peneliti menyampaikan beberapa saran untuk peningkatan kualitas prestasi belajar matematika siswa yang dapat mengacu kepada peningkatan kualitas pendidikan, yaitu :
1.      Bagi guru matematika
a.       Hendaknya memperkaya wawasan tentang teori belajar dan metode pengajarannya dengan “kecerdasan Emosional (EQ)” dan cara-cara menerapkan dan mengembangkannya bagi peserta didik.
b.       Hendaknya dapat menciptakan suasana yang kondusif dan proaktif dalam proses belajar mengajar matematika di kelas, sehingga siswa tidak hanya memperoleh ilmu matematika tetapi juga memperoleh kesempatan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan emosional.
c.       Hendaknya dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar matematika dengan memperhatikan kecerdasan emosional siswa, sehingga siswa mampu berprestasi dengan baik.
2.      Bagi Orang Tua
a.       Hendaknya selalu memperhatikan anaknya di rumah maupun dalam pergaulan di masyarakat, agar selalu terawasi dalam pergaulannya.
b.      Hendaknya selalu memperhatikan perkembangan kecerdasan emosional dalam upaya peningkatan prestasi belajarnya di sekolah.
c.       Hendaknya memperhatikan kemauan dan kemampuan anaknya, sehingga siswa termotivasi dalam belajar di sekolah dan keberhasilan hidupnya di masa depan.
3.      Bagi Peneliti Lain
a.        Kecerdasan emosional siswa bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, oleh karena itu hendaknya mencari alternatif lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran dan hasil belajar matematika.
b.       Kemampuan guru dalam pengajaran dan pembelajaran matematika masih banyak yang harus diperbaiki, oleh karena itu hendaknya dapat menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran matematika di kelas, sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Belajar dan pembelajaran 1, Depdikbud, Dirjen, Jakarta : Rineka Cipta. 2002.

Bernadib, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta, 1999.

Depdiknas, Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta : 2000

Ellen G. White, Mendidik dan membimbing anak, Grafindo Persada : 2002.

Gayar Media Pratama, Filsafat Pendidikan, Jakarta : 1997.

H. Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta,  1999.

Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Penelitian Kwalitatif dalam Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1999.

Muhidin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2002.

Nasution. S. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Bumi Aksara  Jakarta : 2000.

Program Penyetaraan D III Guru SMP PSI . 040

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksar, 2001.

R. Madha Komala, Berbagai Faktor yang Berpengaruh terhadap Hasil Pendidikan, Jakarta : Uhamka, 2000.

Robert K. Cooper dan Anyman Sawaf; Kecerdasan Emosional : Gramedia, Pustaka Utama, Terjemahan Alex Tri Kuntjono Widodo, Jakarta : 2001.

Sumadi Suryabrata, Psikologi. Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara, 1990.

W.S. Winkel. loc.cit.


 








No comments:

Post a Comment