Monday, February 4, 2013

Kumpulan Contoh Skripsi Biologi Lengkap PENGARUH PEMBERIAN TUGAS SETIAP AKHIR PERTEMUAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA


PENGARUH PEMBERIAN TUGAS SETIAP AKHIRPERTEMUAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
SISWA KELAS V  PADA SD INPRES
BUTTATIANANG I MAKASSAR




BAB  I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konsep mengenai pendidikan yang dikembangkan saat ini, merupakan rangkaian upaya manusia Indonesia untuk meningkatkan sumber daya yang akhir-akhir ini santer diperbincangkan sehubungan dengan peningkatan sumber daya manusia pembangunan.
Pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran yang diterapkan di seluruh tanah air, sudah tentu tidak terlepas tuntutan zaman dan kebutuhan pendidikan yang cenderung melibatkan seluruh strata sistem kemasyarakatan dalam suatu proses interaksi dan komunikasi yang berimbang sebagai penjabaran operasional fungsi dan strategi bagi dunia pendidikan. Mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Rumusan mengenai sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran senantiasa mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional serta telah ditetepkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia dengan ketetapan MPR Nomor II/ MPR/1993, bidang pendidikan bahwa “Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cita tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan”.
Untuk merealisasikan kerangka dasar pendidikan seperti yang telah dipaparkan di atas, tentunya diperlukan upaya maksimal dari berbagai pihak, dalam melihat tugas dan tanggung jawab pendidikan itu, tanpa harus terikat dengan kondisi formal pendidikan semata.
Kiranya perlu dipahami bahwa indikator keberhasilan suatu proses pendidikan dan pengajaran tentunya tidak hanya terbatas pada sederetan angka-angka prestasi belajar, akan tetapi harus terkait dengan kemampuan seseorang anak didik merefleksikan program belajarnya dalam bentuk aplikasi sikap positif melalui serangkaian aktivitas yang selektif dan efektif. Dalam prestasi yang demikian itu, maka kita dapat memahami bahwa aspek nilai yang ditransfer dalam dunia pendidikan dan pengajaran harus selalu terkait dengan unsur pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diproyeksikan melalui kurikulum dan silabus pengajaran, untuk selanjutnya dioperasionalisasikan melalui kegiatan pengajaran. Diukur dengan menggunakan instrumen test yang tepat.
Kenyataan empiris proses pendidikan dan pengajaran yang dikembangkan berbagai lembaga pendidikan menunjukkan bahwa penerapan pola pendidikan dan pengajaran yang tepat, tampaknya masih kurang mendapat perhatian yang memadai dari tenaga pengajar. Sehingga proses pengajaran cenderung tidak relevan dengan pola pendekatan atau metode pengajaran yang digunakan. Hal ini menyebabkan sisi kualitas pengajaran yang diharapkan kurang terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk melihat efektivitas suatu pendekatan dan metode pengajaran proses belajar mengajar yang dilakukan dapat berhasil guna dan memudahkan bagi siswa dalam memahami   suatu disiplin ilmu atau mata pelajaran diterimanya.
Berdasarkan dari pemikiran di atas, penulis dengan segenap kemampuan untuk mencoba melakukan suatu penelitian sekitar penggunaan metode pemberian tugas dalam pengajaran IPA yang oleh penulis diduga meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah pokok dalam penelitian ini yang didasarkan pada latar belakangnya di atas adalah :
1.     Bagaimana efektifitas metode pemberian tugas dalam pengajaran IPA bagi siswa kelas V  SD Inpres Buttatianang  I Makassar.
2.     Bagaimana pengaruh pemberian tugas setiap akhir pertemuan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V  SD Inpres Buttatianang  I Makassar
3.     Faktor-faktor apa yang dapat menghambat pemahaman siswa kelas V pada SD Inpres Buttatianang  I Makassar terhadap mata pelajaran IPA.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian difokuskan pada pembahasan untuk mengetahui :
1.     Efektifitas dari pelaksanaan metode pemberian tugas dalam pengajaran IPA bagi siswa kelas V SD Inpres Buttatianang  I Makassar.
2.     Pengaruh dari pelaksanaan metode pemberian tugas terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Inpres Buttatianang  I Makassar
3.     Faktor-faktor yang dapat menghambat pemahaman siswa kelas V SD Inpres Buttatianang  I Makassar terhadap mata pelajaran IPA.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan terhadap hasil penelitian ini adalah :
1.   Sebagai informasi bagi para tenaga pengajar IPA khususnya dan tenaga pengajar umumnya tentang bagaimana efektifitas metode penggunaan metode pemberian tugas.
2.   Diharapkan dijadikan dasar pemikiran dalam pengambilan keputusan guru dalam memilih metode yang tepat dalam kegiatan pengajaran.
3.   Sebagai bahan informasi yang nyata bagi guru terhadap kondisi pengajaran dengan metode pemberian tugas bagi siswa kelas V SD Inpres Buttatianang  I Makassar.
E. Hipotesis
Berdasar dari uraian latar belakang dan penelusuran literatur yang dilakukan penulis sebelumnya, maka dapat ditarik suatu hipotesis bahwa diduga metode pemberian tugas setiap akhir pertemuan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Inpres Buttatianang  I Makassar dapat memberikan atau meningkatkan prestasi belajar IPA siswa (efektif).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.     Pengertian Metode Pemberian Tugas

Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya disesuaikan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila tidak dapat menguasai satu atau beberapa metode mengajar. Olehnya itu guna pencapaian tujuan pengajaran, maka pemilihan metode dalam mengajar harus tepat. Dengan demikian diharapkan kegiatan pengajaran dan berlangsung secara berdaya guna dan bernilai guna.
Dalam proses mengajar, seorang pendidik tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode mengajar, akan tetapi harus menggunakan beberapa metode mengajar yang digunakan secara bervariasi agar pengajaran tidak membosankan. Sebaliknya dapat menarik perhatian siswa. Meski penggunaan metode bervariasi tidak akan menguntungkan proses interaksi belajar mengajar bila penggunaan metode tidak tepat dengan situasi pengajaran yang mendukungnya. Disinilah dituntut kompetensi guru dalam pemilihan metode pengajaran yang tepat. Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan, bila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya.
Dalam kajian pustaka ini, penulis akan membahas salah satu metode mengajar yang sering digunakan oleh guru dalam proses interaksi belajar mengajar, yaitu metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikarenakan di sekolah dengan mempertanggung jawabkan kepada guru (Abdul Kadir Munsyi Dip. Ad. Ed, tanpa tahun). Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa, guru memberikan pekerjaan kepada siswa berupa soal-soal yang cukup banyak untuk dijawab atau dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh guru.
Dalam literatur yang dijelaskan bahwa pemberian tugas dapat diartikan pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pemberian tugas dan pekerjaan rumah, untuk pekerjaan rumah guru menyuruh siswa membaca buku kemudian memberi pertanyaan-pertanyaan di kelas, tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh siswa membaca dan menambahkan tugas (Roestiyah N.K, 1989).
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru secara langsung. Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya secara nyata. Tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan.
Penggunaan suatu metode dalam proses belajar mengajar, seorang guru sebaiknya tetap memonitoring keadaan siswa selama penerapan metode itu berlangsung. Apakah yang diberikan mendapat reaksi yang positif dari siswa atau sebaliknya justru tidak mendapatkan reaksi. Bila hal tersebut terjadi maka guru sedapat mungkin mencari alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang lain, yang sesuai dengan kondisi psikologi anak didik.
Semua guru harus menyadari bahwa semua metode mengajar yang ada, saling menyempurnakan antara yang satu dengan yang lainnya. Karena tidak ada satupun metode yang sempurna tetapi ada titik kelemahannya. Oleh karena itu penggunaan metode yang bervariasi dalam kegiatan mengajar akan lebih baik dari pada penggunaan satu metode mengajar. Namun penggunaan satu metode tidaklah salah selama  apa yang dilakukan itu untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Metode pemberian tugas sebagai salah satu metode yang dikaji penulis dalam pembahasan ini tentunya juga memiliki kelemahan dan kelebihan seperti halnya dengan metode yang lain. Mengenai kelemahan dan kelebihan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut :

Kelebihan metode pemberian tugas :

1.      Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
2.      Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
3.      Memberi kebiasaan anak untuk belajar.
4.      Memberi tugas anak yang bersifat praktis (H. Zuhairini, 1977).
Dari berbagai kelebihan-kelebihan yang telah dipaparkan di atas tentunya metode pemberian tugas juga tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
1.      Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
2.      Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam kemampuan dan minat belajar.
3.      Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya menyalin pekerjaan temannya.
4.      Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu keseimbangan mental anak (H. Zuhairini, 1977).
Dengan memahami kelebihan dan kelemahan metode pemikiran tugas di atas, tentunya akan menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan. Sebaliknya manakala guru tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan satu metode mengajar. Maka akan menemui kesulitan dalam memberikan bahan pelajaran kepada siswa. Ini berarti guru tersebut gagal melaksanakan tugasnya mengajarnya di depan kelas.
Salah satu dampak yang sering kita lihat dari penggunaan metode yang tidak tepat yaitu ; anak atau siswa setelah diberi ulangan, sebagian besar tidak mampu untuk menjawab setiap item soal dengan baik dan benar. Akibatnya sudah dapat dipastikan bahwa prestasi belajar anak didik rendah. Di sisi lain, anak didik sering merasakan kebosanan. Situasi demikian menjadikan proses belajar mengajar menjadi kurang efektif dan kurang efisien.

B.     Penerapan Metode Pemberian Tugas dalam Pengajaran IPA

Dalam proses pengajaran IPA, semua upaya yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pengajarannya merupakan rangkaian proses yang menentukan pencapaian hasil pengajaran, termasuk pemilihan metode yang tepat untuk setiap pertemuan.
IPA sebagai bagian dari ilmu yang ada, merupakan ilmu yang sarat dengan dengan fakta sehingga pengajarannya menuntut kemampuan pengetahuan dari guru, disamping keterampilan pengajaran lainnya.
Penerapan metode pemberian tugas dalam proses pengajaran IPA, umumnya dimaksudkan untuk melatih siswa agar mereka dapat aktif mengikuti sajian pokok bahasan yang telah diberikan, baik di dalam kelas maupun di tempat lain yang representatif untuk kegiatan belajarnya. Tugas yang diberikan kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti daftar pertanyaan mengenai suatu pokok bahasan tertentu, suatu perintah yang harus dibahas melalui diskusi atau perlu dicari uraiannya dalam buku pelajaran yang lain. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain, mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu, mengadakan observasi, eksperimen dan berbagai bentuk tugas lainnya. Kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
Perlu dipahami bagi seorang guru bahwa waktu belajar siswa di sekolah sangat terbatas untuk menyajikan sejumlah materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas kepada siswa diluar jam pelajaran, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam hubungan ini, guru sangat diharapkan agar setelah memberikan tugas kepada siswa supaya dicek atau diperiksa pada pertemuan berikutnya apakah sudah dikerjakan oleh siswa atau tidak. Kesan model pengajaran seperti ini memberikan manfaat yang banyak bagi siswa, terutama dalam meningkatkan aktivitas dan motivasi belajarnya.
Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama mengerjakan tugas. Dari proses seperti itu, siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi akibat pendalaman dan pengalaman siswa yang berbeda-beda pada saat menghadapi masalah atau situasi yang baru. Disamping itu, siswa juga dididik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, aktivitas dan rasa tanggung jawab serta kemampuan siswa untuk memanfaatkan waktu belajar secara efektif dengan mengisi kegiatan yang berguna dan konstruktif.
Bagi seorang guru dalam menerapkan metode pemberian tugas tersebut diharapkan memperjelas sasaran atau tujuan yang ingin dicapai kepada siswa. Demikian halnya dengan tugas sendiri, jangan sampai tidak dipahami tidak dengan jelas oleh siswa tentang tugas yang harus dikerjakan.
Dalam penggunaan teknik pemberian tugas atau resitasi, siswa memiliki kesempatan yang besar untuk membandingkan antara hasil pekerjaannya dengan hasil pekerjaan orang lain. Ia juga dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Kesemuanya itu dapat memperluas cakrawala berfikir siswa, meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman berharga bagi siswa.
Sebagai petunjuk dalam penerapan metode pemberian tugas Roestiyah N.K (1989) mengemukakan perlunya memperhatikan langkah-langkah berikut:
1.   Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.
2.   Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik pemberian tugas itu telah tepat untuk mencapai tujuan yang anda rumuskan.
3.   Anda perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti.
Dalam menerapkan metode pemberian tugas seperti dikemukakan di atas, guru hendaknya memahami bahwa suatu tugas yang diberikan kepada siswa minimal harus selalu disesuaikan dengan kondisi obyektif proses belajar mengajar yang dihadapi, sehingga tugas yang diberikan itu betul-betul bermakna dan dapat menunjang efektifitas pengajaran. Berbicara lebih jauh mengenai penerapan metode pemberian tugas, seringkali diterjemahkan oleh sebahagian orang hanya terkait dengan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa. Akan tetapi sebenarnya metode ini harus dipahami lebih luas dari pekerjaan rumah karena siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya tidak mutlak harus dilakukan di rumah, melainkan dapat dilaksanakan di sekolah, di laboratorium atau di tempat-tempat lainnya yang memungkinkan untuk menyelesaikan tugas. Sehubungan dengan ini Nana Sudjana (1989) mengemukakan bahwa; Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan tempat lain. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar diberikan secara individual atau dengan kelompok.
Penguasaan itu tidak harus selalu didiktekan oleh guru melainkan dapat berasal dari perencanaan kelompok, sehingga kelompok dapat membagi tugas kepada anggotanya secara baik menurut minat dan kemampuannya. Jelasnya bahwa penguasaan yang diberikan kepada siswa harus selalu dirumuskan dengan seksama agar tugas itu tidak terlalu memberatkan siswa dan juga tidak membosankan. Ini tidak berarti bahwa tugas itu tidak boleh sukar. Bahkan senantiasa diharapkan menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan pemberian tugas yang menantang buat siswa.
Menurut Sutomo (1993) bahwa metode pemberian tugas dapat digunakan apabila :
1.   Suatu pokok bahasan tertentu membutuhkan latihan atau pemecahan yang lebih banyak di luar jam pelajaran yang melibatkan beberapa sumber belajar.
2.   Ruang lingkup bahan pengajaran terlalu luas, sedangkan waktunya terbatas. Untuk itu guru perlu memberikan tugas.
3.   Suatu pekerjaan yang menyita waktu banyak, sehingga tidak mungkin dapat diselesaikan hanya melalui jam pelajaran di sekolah.
4.   Apabila guru berhalangan untuk melaksanakan pengajaran, sedangkan tugas yang harus disampaikan kepada murid sangat banyak. Untuk itu pemberian tugas perlu diberikan melalui bimbingan guru lain yang menguasai bahan pengajaran yang dipegang oleh guru yang berhalangan tadi.
Beberapa jenis tugas penugasan dianggap sudah ditunaikan apabila siswa telah mengerjakannya. Di sini tidak diperlukan standar minimum. Akan tetapi jika suatu keterampilan tertentu ingin dikembangkan, maka tolok ukur penilaian perlu ditentukan dan disampaikan kepada siswa, sehingga mereka berkesempatan untuk mempraktekkan keterampilan itu dengan memuaskan. Demikian pula jika penugasan itu berupa laporan atau makalah yang harus dipersiapkan, para siswa sedapat mungkin sering diberitahu apa saja target atau sasaran yang diharapkan dari mereka atau dari tugas yang diberikan, sehingga mereka memiliki cukup pedoman dalam bekerja menyelesaikan tugas-tugasnya.
Mengingat pentingnya metode pemberian tugas dalam proses belajar, sehingga dalam mencermati hal itu kalangan ahli pendidikan banyak memberikan petunjuk dan penekanan khusus yang berkaitan dengan jenis dan metode pemberian tugas kepada siswa. Kesemuanya berorientasi pada pencapaian hasil belajar yang lebih baik. Sehubungan dengan itu Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1993) menegaskan bahwa “tugas yang harus dilakukan siswa perlu jelas. Ini berarti bahwa guru, dalam memberikan tugas, harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu dipelajari siswa, agar siswa tidak merasa bingung apa yang harus dipentingkan jika aspek-aspek yang diperhatikan sudah jelas, maka perhatian siswa waktu belajar akan lebih dipusatkan pada aspek-aspek yang dipentingkan itu”.
Khusus dalam pengajaran IPA, metode pemberian tugas memegang peranan yang penting untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan siswa terhadap materi pelajaran. Dengan pemahaman seperti itu diharapkan siswa memiliki motivasi untuk belajar IPA secara maksimal, agar siswa mampu menghubungkan pemahaman IPA-nya dengan perkembangan yang ada.

C. Prestasi Belajar IPA
1.        Pengertian prestasi belajar IPA
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “prestitie” yang artinya apa yang telah dapat diciptakan atau hasil pekerjaan. Dalam ekonomi perhitungan yang dimaksud dengan prestasi adalah produk yang telah dicapai seseorang atau daya kerja seseorang dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan belajar adalah merupakan aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang yang belajar, baik aktual maupun potensial, perubahan-perubahan mana pada pokoknya adalah didapatkan kemampuan baru yang bertahan dalam waktu yang relatif lama. Dimana perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha pada individu yang belajar.
Jadi prestasi belajar siswa merupakan keberhasilan siswa yang diperoleh dari hasil belajarnya. Di dalam kamus berbahasa Inggris prestasi belajar diistilahkan dengan ; achievement, learning achievement, dan academic achievement. Oleh karena prestasi belajar merupakan suatu ukuran berhasil tidaknya seseorang setelah menempuh pelajaran di suatu sekolah, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan, maka akan dilakukan penilaian atau pengukuran berupa test.
R.S Wood Worth dan D.G. Muguis dalam Ambo Emre Abdullah (1979) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan suatu alat dalam hal ini test. Pendapat lain mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai murid dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan test standard sebagai alat pengukur keberhasilan seseorang siswa (Syamsu Mappa, 1975).
Berdasarkan pengertian seperti yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar IPA dalam penelitian ini adalah kemampuan-kemampuan tentang IPA yang telah dimiliki oleh siswa kelas V SD Inpres Buttatianang  I Makassar, yang bersifat kognitif setelah siswa selesai belajar IPA selama kurun waktu tertentu. Kognitif yang dimaksud meliputi; ingatan, pemahaman, penerapan, analisa dan sistem.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar IPA
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat ditinjau dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa yang berbentuk interaksi timbal balik antara keduanya.
a. Faktor dari dalam diri siswa
Siswa yang melaksanakan proses belajar, dapat diperiksa hasil-hasilnya melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa. Hal ini dapat diketahui antara lain dengan membandingkan tingkat penguasaan siswa antara sebelum dan sesudah terjadi proses belajar mengajar.
Faktor utama yang terdapat dalam diri siswa adalah faktor fisik atau jasmani dan faktor psikis. Faktor fisik meliputi keadaan jasmani dan panca indera, sedangkan faktor psikis meliputi; minat, intelegensi, bakat, motif, dan sebagainya.
b. Faktor dari luar siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa dari ketiga lingkungan belajar, yaitu; lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dimana lingkungan keluarga meliputi ; cara orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Sedangkan lingkungan sekolah meliputi; metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa dan sebagainya. Serta lingkungan masyarakat meliputi; kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat dan sebagainya.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.     Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental, dimana dalam pelaksanaannya terdapat kelompok perlakuan (pengajaran dengan pemberian tugas) dan kelompok kontrol atau perbandingan (pengajaran tanpa tugas).

B. Desain Penelitian


Dimana R adalah sampel penelitian, X0 adalah kelompok kontrol, XI adalah kelompok perlakuan, K0 adalah hasil pada kelompok kontrol, dan KI adalah hasil pada kelompok perlakuan.

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu metode pemberian tugas sebagai variabel bebas dan prestasi belajar IPA siswa sebagai variabel tergantung.
2. Definisi Operasional
Untuk mengarahkan peneliti pengambilan data maka perlu adanya batasan operasional dalam penelitian, yakni :
a.       Metode pemberian tugas; yang dimaksudkan di sini adalah memberikan tugas-tugas kepada siswa pada saat dan setelah selesai pengajaran untuk dikerjakan di rumah secara berkelompok dan atau mandiri.
b.      Prestasi belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa dilakukan test terhadap materi tertentu.

D. Populasi dan sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan siswa kelas V SD Inpres Buttatianang I Makassar Tahun pelajaran 2003/2003 dan para guru.
2.Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas V yakni 30 siswa dan guru yang mengajar pada kelas V, yakni wali kelas, guru agama, guru penjaskes dan guru BP.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data prestasi belajar IPA siswa yang terambil dengan tahapan kerja sebagai berikut:
1. Persiapan. Pada tahap ini mempersiapkan tugas yang akan dikerjakan siswa (menulis tugas-tugas).
2. Pelaksanaan. Pada tahap ini, dilakukan /diberikan tugas, selanjutnya mereka kumpul setelah dikerjakan.
3.  Skoring (data). Yang dilakukan adalah memeriksa tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan memberikan skor.

F. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul sebelum dianalisis terlebih dahulu dilakukan pengolahan data dengan menggunakan deskripsi yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana gambaran hasil penelitian. Setelah itu dilakukan analisis dengan teknik statistik infrensial untuk mengatasi pengaruh metode pemberian tugas (efektif atau tidak), statistik yang dimaksud adalah uji-t.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amboe Enre, Prinsip-prinsip Layangan Bimbingan Konseling, Ujungpandang, FIP IKIP, 1985. 

Ahmadi, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Bandung; Pustaka Setia, 1997.

Arikunto, S, Prosedur Penelitian, Jakarta; Rineka Cipta, 1992.

--------, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Bina Aksara, 1997.

Hadi, Sutrisno, Statistik, Jilid I, II, dan III, Cet. IX, Yogyakarta, Gadja Mada Pres, 1982.

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Ketetapan-ketetapan MPR 1993, Cet. I, Jakarta; Bina Aksara, 1993.

Munsyi, Abdul Kadir, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis Untuk calon Guru, Surabaya-Indonesia; Usaha Nasional, Tanpa Tahun.

N.K, Roestiyah, Didakti Metodik, Cet. III, Jakarta; Bina Aksara, 1989.

--------, Strategi Belajar Mengajar, Cet. III, Jakarta; Bina Aksara, 1989.

Slameto, Pelajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta; Rineka Cipta, 1995.

Subiyanto, Strategi Belajar Mengajar IPA, Malang; IKIP Malang, 1990.

Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Cet II. Bandung; CV. Sinar Baru, 1989.

Sutomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Cet I, Surabaya-Indonesia; Usaha Nasional, 1993.

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik   PBM, Cet. V, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 1993.

Zuhairini, H, Metode Khusus Pendidikan Agama, Cet I, Surabaya-Indonesia; Usaha Nasional, 1977.     


 
   

  










No comments:

Post a Comment