Wednesday, January 30, 2013

Kumpulan Skripsi Matematika Terupdate MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SDN 1 SILA BIMA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSITED INDIVIDUALIZATION)

 

 

BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam pembelajaran matematika guru harus mampu mengaktifkan siswa dan mengurangi kecenderungan untuk mendominasi pembelajaran sehingga  tidak lagi berpusat pada guru, tetapi harus berpusat pada siswa.
Menurut Herman Hudoyo (dalam Ganung Anggraeni: 2007) pembelajaran matematika di Indonesia sampai saat ini dalam pelaksanaannya masih banyak mengandung kelemahan, di antaranya adalah matematika merupakan pelajaran yang “kering” dan membosankan, diberikan terlalu abstrak, siswa harus mengingat dalil dan rumus, siswa tidak aktif, dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar matematika siswa umumnya relatif  rendah.
Prestasi belajar matematika relatif rendah juga terjadi di kelas V SDN 1 Sila Bima, terlihat dari rendahnya pencapaian KKM secara klasikal. Berdasarkan data hasil  ulangan sumatif  kelas V tahun pelajaran 2008/2009 semester I hanya 50% siswa yang mencapai KKM, sedangkan pada semester II hanya 52 % siswa yang mencapai KKM. Ini berarti persentase keberhasilan klasikal matematika  lebih rendah daripada  mata pelajaran yang lain.

Dari sejumlah materi pokok matematika di kelas V semester II , materi pokok operasi hitung pecahan  memiliki pencapaian KKM  lebih rendah dibandingkan materi pokok yang lain. Terlihat dari data pencapaian KKM pada ulangan harian di bawah ini.
Sila Bima berdasarkan observasi yang dilakukan adalah pemilihan model pem belajaran yang  kurang tepat,  guru jarang menggunakan alat peraga,  motivasi dan minat belajar siswa yang rendah,  dukungan orang tua yang masih minim.
Menurut peneliti,  rendahnya prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN 1 Sila lebih banyak disebabkan oleh pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat. Model pembelajaran yang diterapkan selama ini masih konvensional dalam arti komunikasi dalam pembelajaran cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke  siswa sehingga pembelajaran cenderung monoton dan mengakibatkan siswa merasa jenuh. Guru mendominasi pembelajaran, materi pembelajaran hanya diberikan dalam bentuk ceramah, kemudian siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal latihan tanpa ada bimbingan dan tindak lanjut, pola interaksi cenderung monoton dan mengakibatkan siswa merasa jenuh, tidak bergairah. Siswa tidak dibiasakan untuk  saling berpikir kritis, saling berbagi kemampuan, saling membantu belajar.
 Berdasarkan uraian di atas, maka untuk meningkatkan prestasi belajar matematika, pemilihan model pembelajaran yang tepat penting sekali.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Dalam pembelajaran, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan ketrampilan sosial.
Slavin (dalam Ibrahim: 2000) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan, menyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar, meliputi setiap tingkatan pelajar dan berbagai bidang studi. Menunjukkan kelas kooperatif memperlihatkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi  dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.
Adapun tipe TAI (Team Assited Individualization )  adalah tipe pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam tipe  ini, diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab kepada siswa yang lemah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis berinisiatif mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team assited Individualization) di kelas V SDN 1 Sila Bima Tahun Pelajaran 2009/2010”
B.       Pembatasan Masalah
                  Agar penelitian ini lebih efektif, efisien,  dan terarah maka perlu pembatasan masalah. Dalam penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut:
1.      Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization) yang dikembangkan oleh Slavin
2.      Penelitian ini dilaksanakan  untuk mata pelajaran  matematika pada materi pokok operasi hitung pecahan khususnya perkalian berbagai bentuk pecahan.
3.      Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh dari tes secara individu pada siklus I dan II

C.      Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.    Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah yaitu “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika di kelas V SDN 1 Sila Bima tahun pelajaran 2009/2010?”
2.    Pemecahan Masalah
  Masalah peningkatan prestasi belajar Matematika di kelas V SDN 1 Sila Bima, akan dipecahkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization).
     Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI sebagai berikut:
a.         Penyajian materi secara singkat
b.         Pemberian tes awal
c.         Pembagian kelompok
d.        Menyelesaikan LKS secara individual, hasilnya didiskusikan dalam kelompok
e.         Presentasi  hasil diskusi kelompok
f.          Merangkum dan menegaskan kembali materi pembelajaran
g.         Pemberian tes akhir
h.         Pemberian penghargaan kelompok
D.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas permasalahan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika di kelas V SDN 1 Sila Bima tahun pelajaran 2009/2010 dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization).
E.       Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah
1.           Bagi siswa:
Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya tentang operasi perkalian berbagai bentuk pecahan
2.           Bagi guru:
Sebagai  salah acuan/pedoman untuk memilih model pembelajaran yang tepat dalam membelajarkan matematika di Sekolah dasar
3.           Bagi sekolah:
Meningkatkan kualitas lulusan SDN 1 Sila khususnya untuk mata pelajaran matematika
4.           Bagi peneliti:
Sebagai sarana belajar untuk menuangkan kembali seperangkat pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang telah diperoleh, guna diakumulasikan kembali sehingga diperoleh pengetahuan dan pengalaman baru


BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.     Deskripsi Teoritis
1.    Hakikat  Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan, atau dengan kata lain belajar itu merupakan aktivitas yang dapat membawa perubahan secara sadar pada diri setiap individu ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih baik, terutama dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Sejalan dengan pendapat Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa
 “ Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan”. Menurut Sudjana (1989: 5) menyatakan bahwa “Apabila kita berbicara mengenai belajar berarti membicarakan bagaimana tingkah laku itu berubah melalui pengalaman dan latihan”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu dari segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai hasil pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.
2.      Hakikat  Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan gambaran keberhasilan seorang guru dalam mengajar  dan juga gambaran keberhasilan siswa dalam belajar. Sudjana (2001:22) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki setelah menerima pengalaman belajar. Djamarah (1994:23) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian pendidikan  tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan dan percakapan/ keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.
Berdasarkan pengertian prestasi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari suatu aktifitas dalam belajar. Prestasi belajar merupakan suatu penghargaan yang diberikan di bidang akademik sebagai kebutuhan siswa sehingga siswa berusaha  belajar seoptimal mungkin untuk memperoleh penghargaan berupa penilaian yang dapat dinyatakan dalam angka atau pernyataan.
3.      Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di bagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a.       Faktor-faktor internal yaitu:
1.      Faktor Jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.
2.      Faktor Psikologi yang terdiri dari:
-          Intelegensi
-          Perhatian
-          Minat
-    Bakat
-          Kematangan
-          Kesiapan
-          Sikap terhadap belajar
-          Motivasi belajar
-          Konsentrasi belajar
b.      Faktor-faktor Eksternal yaitu:
1.      Faktor kelurga yang terdiri dari:
-          Cara orang tua mendidik
-          Suasana rumah
-          Keadaan ekonomi keluarga
2.      Faktor sekolah yang terdiri dari:
-          Guru sebagai pembina siswa belajar
-          Sarana dan prasarana
-          Metode dan model mengajar
-          Kurikulum
3.         Faktor Masyarakat
4.    Hakikat Matematika
Matematika merupakan suatu bidang ilmu yang memegang peranan penting dalam kehidupan serta hubungannya dengan ilmu pengetahuan lain sehingga sudah sepantasnya jika disebut sebagai ratu ilmu dan ibu dari ilmu pengetahuan (Siswanto: 2004). Dalam penelitian ini, prestasi belajarm matematika merupakan suatu kecakapan nyata yang dapat diukur dengan tes hasil belajar Matematika.
5.    Operasi Hitung Berbagai Bentuk Pecahan
a.    Perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa
Pecahan biasa dikalikan pecahan biasa hasilnya pembilang dikalikan pembilang, penyebut dikalikan penyebut atau dalam bentuk umum   
Contoh:
     =
            =
b.    Perkalian pecahan biasa dengan pecahan campuran
Untuk mengalikan pecahan biasa dengan pecahan campuran, sebaiknya kita mengubah bentuk pecahan campuran menjadi pecahan biasa terlebih dahulu. hasilnya pembilang dikalikan pembilang, penyebut dikalikan penyebut atau dalam bentuk umum 
   
c.    Perkalian pecahan  biasa dengan pecahan desimal
Untuk mengalikan pecahan biasa dengan pecahan desimal, sebaiknya kita mengubah terlebih dahulu pecahan desimal tersebut menjadi pecahan biasa, hasilnya pembilang dikalikan pembilang, penyebut dikalikan penyebut atau dalam bentuk umum
   dengan  adalah bentuk desimal.  dapat ditulis dalam  , sehingga:
 
d.   Perkalian pecahan biasa dengan persen
Untuk mengalikan pecahan biasa dengan persen, sebaiknya kita ubah dahulu persen  menjadi pecahan biasa,  hasilnya pembilang dikalikan pembilang, penyebut dikalikan penyebut atau dalam bentuk umum:
 dengan  adalah bentuk persen.  dapat ditulis dalam  , sehingga:
]
6.        Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif  
                        Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Wardani: 2005) model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi belajar mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar.
                        Model pembelajaran kooperatif  merupakan suatu model yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari satu ras, budaya, dan suku yang  berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model Pembelajaran kooperatif  mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 3), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam pembelajaran dengan model ini, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif  adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan ketrampilan sosial.
Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif   sebagai berikut :
1.         Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.         Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3.         Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
4.         Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.         Setiap anggota kelompok (siswa) harus berbagi kepemimpinan dan membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.         Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok koperatif.
Masih menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), ciri-ciri pembelajaran kooperatif   adalah:
1.         Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi belajar yang akan dicapai.       
2.         Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3.         Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.
kooperatif di atas, dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki banyak keuntungan yang membuat model pembelajaran ini lebih menonjol dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.
Adapun keuntungan pembelajaran kooperatif antara lain seperti yang diungkapkan oleh Yamin dan Ansari (2008) adalah:
a.       Mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain.
b.      Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah.
c.       Membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah dan menerima perbedaan ini.
d.      Suatu strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain, meningkatkan ketrampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
e.       Banyak menyediakan kesempatan bagi siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban itu.
f.       Suatu strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan orang lain seperti pemecahan masalah.
g.      Mendorong siswa lemah untuk tetap berbuat dan membantu siswa pintar mengidentifikasikan celah-celah dalam pemahamannya.
h.      Interaksi yang terjadi membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya.
i.        Dapat memberikan kesempatan bagi para siswa belajar ketrampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.
j.        Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarakan ketrampilan diskusi.
k.      Memudahkan siswa melakukan interaksi sosial.
l.        Menghargai ide orang lain yang dirasa lebih baik.
m.    Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi tipe yang dapat diterapkan di antaranya yaitu: Jigsaw, STAD (Student Team Achivement Division), GI (Group Investigation), TGT (Team Games Tournament), dan TAI (Team Assited Individualization)
7.         Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization)
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization) tidak jauh berbeda dengan tipe-tipe yang lain dalam pembelajaran kooperatif sepert halnya Jigsaw, STAD (Student Team Achivement Division), GI (Group Investigation), TGT (Team Games Tournament).
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization) mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Model ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas pada model ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TAI sebagai berikut:
1.         Guru menyajikan materi pembelajaran secara singkat kepada siswa.
2.         Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
3.         Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Hasil belajar individual  didiskusikan dalam kelompok.
Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
4.         Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
5.         Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
6.         Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Cara-cara  pemberian nilai penghargaan kepada kelompok mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1.         Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
2.         Menentukan nilai tes/kuis  terkini yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut  nilai terkini.
3.         Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini:
 Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.
Kriteria untuk status kelompok sebagai berikut:
-          Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15
-          Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20.
-          Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25
-          Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25.
Menurut Suyitno (2002: 9) pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki keuntungan dan kelemahan.  Keuntungan pembelajaran kooperatif  tipe TAI adalah:
1.         Siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan masalahnya.
2.         Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya.
3.         Adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya.
4.         Siswa diajarkan bagaimana bekerja dalam kelompoknya.
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah:
1.      Tidak ada persaingan antar kelompok
2.      Siswa yang lemah dimungkinkan menggantung diri pada siswa yang pandai


B.     Kerangka  Berpikir
Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan dari ketepatan dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh pada akhir proses pembelajaran.
Model  pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Ibrahim (2000 : 16) mengemukakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan teknik-teknik dalam pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individu atau kompetitif.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe TAI ((Team  Assited Individualization). Pembelajaran kooperatif tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual.  Model ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Bila kesulitan belajar teratasi, otomatis prestasi belajar siswa meningkat.  Dengan demikian, maka model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
C.      Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori di atas, maka hipotesis tindakan penelitian kelas ini adalah “Bila dalam pembelajaran matematika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, maka dapat meningkatkan prestasi belajar matematika di kelas V SDN 1 Sila Bima”.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.      Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 1 Sila Bima. Sekolah ini terletak di sebelah selatan jalan lintas Bima- Sumbawa Desa Rato Kecamatan Bolo. Memiliki dua lokal ruang belajar, satu lokal di antaranya  berlantai  dua, tujuh ruang kelas, satu ruang perpustakaan, satu ruang kepala sekolah dan  satu mushalah.  Sekolah ini pula dikelilingi oleh dua Sekolah Dasar Negeri, satu Madrasah Ibtidayah Negeri dan satu Madrasah Tsanawiah Negeri.  Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Sila pada Semester II tahun pelajaran 2009/2010  yang berjumlah 24 orang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 10 orang perempuan
B.       Variabel yang Diselidiki
1.      Variabel Tindakan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization) dalam pembelajaran matematika
2.      Variabel Harapan
Adanya peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN 1 Sila Bima pada tahun pelajaran 2009/2010.
C.      Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun tahap-tahap kegiatan yaitu:

A.    Siklus I
 Pada siklus ini, pelaksanaan penelitian dibagi atas empat tahap sesuai dengan kriteria penelitian tindakan kelas yaitu:
a.    Tahap Perencanaan
                       Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1.        Menyusun RPP
2.        Menyusun LKS
3.        Menyusun lembar observasi kegiatan guru
4.        Menyusun lembar observasi kegiatan siswa
5.        Membuat alat penilaian dan kunci jawaban
b.      Tahap pelaksanaan Tindakan
1.    Menyajikan materi secara singkat kepada siswa
2.    Memberikan tes awal
3.    Membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa
4.    Menyelesaikan LKS secara individual kemudian didiskusikan dalam kelompok.
5.    Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
6.    Memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan memberikan penegasan.
7.    Memberikan tes akhir secara individual.
8.    Memberikan penghargaan terhadap kelompok.

c.       Tahap Observasi dan Evaluasi
Mengobservasi pelaksanaan tindakan kelas dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan  siswa yang telah disusun serta melaksanakan evaluasi dengan memberikan tes akhir tiap siklus.
d.   Tahap Analisis dan Refleksi
Hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa dikumpulkan. Demikian pula dengan hasil tes akhir. Dari hasil yang diperoleh, guru melakukan refleksi diri apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN 1 Sila Bima. Berdasarkan hasil refleksi tersebut dirancang tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.
2.    Siklus II
Langkah-langkah yang diambil pada siklus II ini relatif sama dengan langkah-langkah yang diambil pada siklus I, hanya saja ada perbaikan dan penambahan kegiatan  sesuai dengan hasil analisis dan refleksi pada siklus I.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II meliputi:
1.      Tahap perencanaan
2.      Tahap tindakan
3.      Tahap observasi dan evaluasi
4.      Tahap analisis dan refleksi

D.      Data dan Cara Pengumpulannya
1.    Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru
2.    Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari:
a.       Data kuantitatif yaitu data hasil belajar siswa
b.      Data kualitatif yaitu data hasil observasi terhadap kegiatan guru dan siswa.
3.  Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a.       Data hasil observasi kegiatan guru dikumpulkan dengan melakukan observasi terhadap tindakan guru dalam pembelajaran. Hal ini diperoleh dengan mengisi lembar observasi kegiatan guru.
b.       Data hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran dikumpulkan dengan melakukan observasi terhadap kegiatan siswa. Hal ini akan diperoleh dengan mengisi lembar observasi kegiatan siswa.
c.        Data hasil belajar siswa akan dikumpulkan dengan mengadakan tes yang telah disiapkan diakhir pertemuan pada tiap siklus.
4.      Tehnik Analisis Data
a.    Data Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa
Data hasil observasi kegiatan guru dan siswa dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan rumus:
Persentase =  x 100%
b.    Data Hasil Belajar Siswa
-Secara individu dianalisis dengan menggunakan rumus :
NA =  x 100
NA = Nilai Akhir
-            Secara klasikal dianalisis dengan menggunakan rumus :
Persentase KK =    100%
KK = Ketuntasan klasikal
    = Jumlah siswa yang mencapai KKM
   = Jumlah siswa seluruhnya
E.     Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas adalah:
a.         Secara individu bila hasil belajar siswa telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)    65
b.         Secara klasikal bila hasil belajar 75% siswa telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)    65

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Penelitian
1.       Siklus I
a.       Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, secara kolaboratif antara guru dengan observer melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pelaksanaan tindakan agar dapat berjalan sesuai rencana. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah, menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), menyiapkan LKS (Lembar Kegiatan Siswa), menyusun lembar observasi kegiatan guru, menyusun lembar observasi kegiatan siswa, menyusun alat penilaian  berupa tes tertulis dalam bentuk uraian dengan jumlah soal 5 butir dan kunci jawaban
b.      Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I model pembelajaran kooperatif tipe TAI di kelas V SDN I Sila pada hari Selasa tanggal 2 Maret 2010 pada jam pelajaran ketiga  s/d keempat pukul 09.30 s/d pukul 10.40 WITA. Jumlah siswa yang hadir 24 orang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 10 orang perempuan dengan materi perkalian berbagai bentuk pecahan berpedoman pada  RPP yang telah disusun. (Lampiran 1)
c.       Hasil Observasi dan Evaluasi
            Pada tahap ini dilakukan observasi oleh observer (Drs.M.Natsir HAR dan Syamsuri A.Talib,S.Pd) terhadap pelaksanaan tindakan baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa dengan menggunakan lembar observasi. Pada akhir pembelajaran guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari dengan memberikan tes.
Hasil observasi terhadap kegiatan guru menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan. Dari 42 butir aspek yang diamati, yang terlaksana hanya 33 butir (78,57%) dengan persentase rata-rata keterlaksanaan 83,93%. (Lampiran 5).  Persentase aktifitas siswa  secara klasikal baru mencapai 71,05%. (Lampiran 7). Hasil analisis terhadap hasil belajar siswa siklus I terlihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
Data
Nilai Data
Subyek
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Persentase siswa yang tuntas
Persentase siswa yang belum tuntas
24
87
27
16
8
66,67
33,33

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 24 orang siswa jumlah siswa yang tuntas 16 orang (66,67%). Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas 8 orang (33,33%). Hal ini berarti  persentase ketuntasan minimal  secara klasikal belum tercapai. (Lampiran 10)
d.      Refleksi
 Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan setelah pelaksanaan tindakan siklus I, terlihat bahwa sejumlah aspek kegiatan yang telah dirancang untuk guru maupun siswa belum terlaksana secara optimal. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal baik secara individu maupun klasikal.
  Beberapa kegiatan yang belum optimal dilaksanakan guru adalah:
-       Menyampaikan kembali beberapa konsep yang belum dikuasai siswa.
-       Peran guru untuk mengaktifkan siswa dalam  kegiatan diskusi dan presentasi
-       Mengarahkan langkah penyelesaian soal yang kurang tepat.
-       Memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
-       Menyampaikan pesan-pesan moral.
 Beberapa kegiatan yang  belum optimal dilaksanakan oleh siswa adalah:
-       Kurang mencatat informasi cara belajar yang ditempuh
-       Sebagian siswa belum bisa menerima anggota kelompok yang berbeda kemampuan
-       Partisipasi dalam kegiatan diskusi dan presentasi  masih rendah.
-       Tanggung jawab anggota kelompok masih minim.
Kelebihan pembelajaran siklus I ini adalah siswa dan guru mendapat pengalaman baru dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran lebih variatif bagi siswa, tidak hanya mendengarkan  ceramah dan menyelesaikan tugas-tugas latihan. Dominasi guru dalam proses pembelajaran mulai berkurang karena guru hanya bertindak sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan. Siswa pintar bisa lebih mengasah kemampuannya, sedangkan siswa yang lemah merasa terbantu untuk memecahkan masalahnya karena adanya bimbingan temannya dan guru. Kelebihan-kelebihan di atas tentunya akan bermuara pada peningkatan hasil belajar.
   Berdasarkan kelemahan dan kekurangan  pelaksanaan siklus I, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan tindakan pada siklus II yaitu:
-       Menginformasikan secara jelas kepada siswa tentang cara belajar yang ditempuh
-       Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok melalui pemberian tanggung jawab kepada siswa yang pintar untuk membimbing temannya yang kurang mampu
-       Menugaskan siswa secara acak untuk mengemukakan pendapat/pertanyaan dalam kegiatan diskusi.
2.      Siklus II
a.       Perencanaan
            Belajar dari kelemahan dan kekurangan  yang dialami guru dan siswa pada siklus I, maka guru melakukan beberapa penyempurnaan pada siklus II. Dengan demikian kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah merumuskan kembali rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Adapun langkah-langkah kegiatan sama seperti yang dilaksanakan pada siklus I, dengan penyempurnaan di beberapa bagian kegiatan.
b.      Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I model pembelajaran kooperatif tipe TAI di kelas V SDN I Sila pada hari Kamis tanggal 11 Maret 2010 pada jam pelajaran pertama s/d ketiga pukul 07.30 s/d pukul 09.15 WITA. Jumlah siswa yang hadir 24 orang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 10 orang perempuan dengan materi pokok perkalian berbagai bentuk pecahan. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam RPP. (Lampiran 2)
c.       Hasil Observasi dan Evaluasi
            Pada tahap ini dilakukan observasi oleh observer (Drs.M.Natsir HAR dan Syamsuri A.Talib,S.Pd) terhadap pelaksanaan kegiatan baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa dengan menggunakan lembar observasi. Pada akhir pembelajaran guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari dengan memberikan tes.
Hasil observasi terhadap kegiatan guru menunjukkan bahwa hampir semua kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan oleh guru. Dari 42 butir aspek yang diamati, yang terlaksana mencapai 40 butir (95,23%) dengan persentase rata-rata keterlaksanaan 96,43% (Lampiran 6).  Persentase aktifitas siswa secara klasikal mencapai 86,84%. (Lampiran 8). Hasil analisis terhadap nilai hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
 Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 24 orang siswa jumlah siswa yang tuntas 20 orang (83,33%). Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas 4 orang (16,67%). Hal ini menunjukkan persentase ketuntasan minimal  secara klasikal tercapai. (Lampiran 12).
d.      Refleksi
           Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan siklus II, terlihat bahwa terjadi peningkatan kualitas baik kegiatan guru, kegiatan siswa maupun hasil belajar siswa.
            Hampir semua aspek kegiatan guru terlaksana dengan baik. Peran guru dalam kegiatan diskusi dan presentasi telah dapat meningkatkan partisipasi untuk mengajukan pendapat/pertanyaan kepada guru maupun temannya serta memberikan tanggapan  terhadap hasil diskusi.
           
Sebagian besar siswa merasa takut lagi untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.  Hal ini ditunjukkan dengan keberanian mereka untuk meminta diri melakukan presentasi. Peran anggota kelompok untuk mengajukan pertanyaaan atau menanggapi pertanyaan semakin meningkat.
B.     Pembahasan
                Setelah dilakukan pembelajaran dalam dua siklus dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization)  dalam materi perkalian pecahan, maka diperoleh gambaran peningkatan prestasi belajar  siswa. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan pencapaian hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Untuk lebih

            Berdasarkan data di atas, maka terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 16,66% dari siklus I ke siklus II. Peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari pengoptimalan penerapan langkah-langkah  model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang tercermin dari kegiatan guru dan siswa.
            Pada pembelajaran siklus I sampai siklus II menunjukkan adanya peningkatan  kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I dan  Siklus II
           
            Berdasarkan data di atas, dari  42 aspek yang diamati  terjadi peningkatan persentase keterlaksanaan aspek yang diamati dari siklus I ke siklus II sebesar 16,66%. Demikian juga persentase rata-rata keterlaksanaan  meningkat 12,5%. Adanya kekurangan, hambatan, dan kendala pada pembelajaran siklus I ditindaklanjuti oleh guru untuk memperbaiki kemampuan dalam pengelolaan kelas pada siklus II.
            Peningkatan kemampuan guru diikuti pula oleh peningkatan aktifitas siswa setiap pembelajaran. Terlihat dari persentase aktifitas siswa pada siklus I 71,05% naik menjadi 86,84% pada siklus II atau terjadi peningkatan 15,79%. Pada siklus I siswa masih bingung tentang apa yang harus dilakukan. Siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Ketidakbiasaan siswa dalam bekerja kelompok, membuat siswa merasa enggan untuk dibimbing atau membimbing teman, serta mengeluarkan pendapat dalam diskusi. Pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Siswa sudah mampu mengembangkan ketrampilan kooperatifnya. Kegiatan pembelajaran mengajari siswa menjadi pendengar yang baik, tidak lagi merasa asing dengan teman lain sehingga memberikan ruang bagi siswa untuk saling membimbing teman kelompoknya, berdiskusi dan menghargai pendapat orang lain.  Hal ini dapat berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
                        Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa yang lemah mendapat bantuan dari teman sekelompoknya yang lebih pandai untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Suyitno, 2002). Melalui teman sendiri, siswa akan merasa nyaman, tidak ada rasa malu sehingga diharapkan siswa yang lemah tidak segan-segan untuk menanyakan kesulitan yang dihadapinya.   Keberhasilan yang dicapai juga tercipta karena adanya hubungan antar personil yang saling mendukung, saling membantu, dan saling menghargai. Di samping itu guru dapat memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya. Hal itu menimbulkan dampak positif terhadap hasil belajar.

                

BAB V
PENUTUP
A.      Simpulan
            Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan penelitian bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited individualization)  dapat meningkatkan prestasi belajar matematika di kelas V SDN 1 Sila Bima tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini terlihat dari peningkatan persentase ketuntasan klasikal dari 66,67% pada siklus I menjadi 83,33 pada siklus II.
B.    Saran
  Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan sebagai berikut:
1.    Bagi guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization) sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi perkalian pecahan.
2.    Perlu ada penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan hasil penelitian ini.
    


DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Ganung, 2007. Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Matematika.  Paket Pembinaan Penataran.Yogyakarta: PPPG Matematika.

Djamarah, 2002., Psikologi Belajar., Jakarta: PT.Rineka Cipta.
                 ,1991., Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Ibrahim, 2000., Pembelajaran Kooperatif., Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Nurkanca, 1990., Evaluasi Hasil Belajar., Surabaya: Usaha Nasional.
Siswanto, 2004., Matematika Inovatif (Konsep dan Aplikasinya) 2A., Solo: Tiga Serangkai.

Slameto, 2003., Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi., Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana, 1989., Penelitian dan Penilaian Pendidikan., Bandung: Sinar Baru.

Suyitno, Amin, 2002., Mengadopsi Model Pembelajaran TAI (Team Assited Individualization) Dalam Pembelajaran Matematika., Semarang: Seminar Nasional.

Wardani, Sri, 2005., Pembelajaran Matematika Kontekstual., Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika., Yogyakarta: PPPG Matematika.

Widyantini, Th, 2006., Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif., Paket Pembinaan Penataran., Yogyakarta: PPPG Matematika.

Yamin, 2008., Taktik Mengembangkan Kemampuan Individu Siswa., Jakarta: GP Press Jakarta.





No comments:

Post a Comment